Harap bijak memilih bacaan banyak ****** ****** dan kekerasan.
jangan lupa tinggalkan jejak like, komen, hadiah, dan vote supaya lebih semangat.
Bercerita Bhumi Mahadewa Mahendra, guru yang didesak menikah oleh ibunya katena ia khawatir putra kebanggannya memiliki penyimpangan orientasi seksual karena di usianya Yang ke 29 tahun Bhumi tidak pernah memiliki kekasih, padahal dinginnya sikap Bhumi karena kisah masa lalu keluarganya.
Disisi lain Shavara Nasution yang dikhianati Tunangannya setelah empat tahun berhubungan enggan memiliki kembali kekasih karena menurutnya cinta itu bullshit yang ada hanya nafsu birahi yang dipaksa Ibunya mencari pengganti mantannya alih-alih mendekam menangis mantannya yang jahanam itu.
Dua pribadi yang berbeda dengan luka masing-masing namun sikap yang apa adanya tanpa mereka sadari mereka saling menyembuhkan.
cover by pinteres
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taufan kamilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
" Apa?" Saking kagetnya Aditya berteriak di ruang sempit itu, badannya sampai ia tolehkan ke belakang menatap meminta penjelasan pada ayahnya yang diam saja .
" Mama kamu yang pengenin." Jawab Angga santai.
" Dan papa ngebiarian."
" Ini semua demi kamu, anakku yang ganteng. Mama gak rela anak mama yang naudzubillah ini jadi gunjingan orang. Kamu memang bukan anak yang paling Soleh, tapi juga kan bukan termasuk anak durhaka." Cerocos mama.
" Aku bingung mama mau hujat atau muji aku." Balas Aditya.
" Ini." Fena memberi secarik kertas pada Aditya.
" Apa ini?" Aditya menerimanya.
" Perintah buat kamu. Kalau kamu menyanggupi perintah yang mama tulis mama akui kalau kamu itu best seller di sekolahan seperti yang sering kamu sombongkan."
" Best seller? Dikira aku buku apa." kata Aditya bingung akan maksud mamanya.
" Ish, bukan itu, itu loh orang yang paling terkenal seantero sekolah." Terang Fena.
Aditya mendecak," most wanted."
" Lha udah ganti?"
" Sedari dulu juga itu julukannya mama." Tekan Aditya kesal.
" Dih jadi buronan aja bangga."
" Apa lagi ini, kok ke buronan." gerutu Aditya.
" Lah kamu lihat sana di film-film barat, orang yang jadi buronan polisi di selembarannya ditulis apa?"
" Most wanted sih, tapi bukan itu konsepnya, mam."
" Terserah, pokoknya kalau kamu berhasil melaksanakan apa yang mama inginkan dalam kertas itu berarti kamu populer, dan dengan berat hati mama bakal mengakuinya."
" Tuan, apa kita langsung masuk atau berhenti dahulu di depan gerbang?" Tanya sopir yang bernama Nuh.
" Jalannya pelan-pelan aja, pak Nuh. Tolong juga buka kaca pintunya." Pinta Fena.
" Ma..." Rengek Aditya yang langsung kembali duduk sopan menghadap ke depan.
" Rapihkan penampilan kamu, dan tegakkan tubuhmu, dek. Kamu bakal masuk berita." Titah Fena mentouchup dandanannya.
Saat mobil Mercedez-Benz keluaran terbaru berwarna hitam metalik tiba beberapa meter dari gerbang sekolah laju mobil melambat dengan kaca jendela dibuka lebat
Saat kehadiran Aditya disadari oleh beberapa wartawan, mereka langsung menggerumini nya dan Blitz kamera menyoroti wajah Aditya yang diam kaku tegang.
" Maaf, ya mas, lama. Terima kasih mau datang." Para wartawan beralih pada Fena yang tersenyum manis pada mereka
" Ibu begaimana tanggapan ibu atas berita bahwa anak ibu adalah anak yang nakal?" Tanya satu wartawan.
" Tentu sedih, saya yang merawat dan mendidik Adek sejak dalam kandungan, sampai seusia inipun adek anak yang manis dan penurut. Hanya karena membela gurunya dari tindakan asusila siswi dia dituduh sebagai sosok yang durhaka, tentu saya tidak terima."
" Asusila? Apa maksudnya, Bu?"
" Untuk keterangan lebih lanjut kalian akan mendapatkannya setelah kami bertemu dengan pihak yang sedang merugikan kami. Permisi yang mbak, mas. Tolong minggir dulu, nanti kalian kesenggol lagi kan gak enak."
Pintu gerbang dibuka satpam saat mobil itu hendak masuk, Fena sengaja memberhentikan mobil
di tengah gerbang yang terbuka dan turun dari mobil agar wartawan bisa menyelinap masuk ke area sekolah.
Disaat satpam kerepotan menghalau wartawan yang berlomba masuk sampai akhirnya mereka menyerah.
" Jangan lupakan tugas dari mama."
" Iya." Aditya mencium tangan mama dan papanya sebelum dia keluar dari mobil lalu berlari kecil ke arah kelasnya dibawah sorotan kamera dan teman sekolahnya.
Di kelas Aditya langsung disambut para teman sekelasnya yang meminta penjelasan padanya, saking ributnya dan tidak terkendali Aditya sampai harus menaiki meja untuk menenangkan para temannya.
" Teman-teman, tenang...woy tenang, oke. Gua bakal jelasan secara terperinci, tapi gak sekarang. Kalau sekarang gue cuma bisa ngomong, gue marah-marah karena pak Dewa diminta dipecat sama kedua orang tuanya Arleta."
" Seriusan, gak bohongin kita kan?" Tanya gadis berambut sebahu yang bernama Erna.
" Enggaklah, Na. Apa untungnya gue bohong. Tapi yang itu dikesampingkan dulu ada yang lebih urgent yang harus kita lakukan." Aditya merogoh saku bajunya mengeluarkan selembar kertas.
" Ini tugas dari nyokap gue, kata beliau kalau kita berhasil melakukan ini, gue keren, ini demi nama baik gue."
" Untungnya buat kita apa?" tanya Ajis.
" Lo dapet traktiran cilok dari gue." Jawab sebal Aditya.
" nyokap Lo yang tadi naik mercy?" Tanya yang lain.
" Heeh."
" Kaya Lo, Dit."
" Gue gak pernah kelihatan kayak orang miskin ya." sewot Adityam
" Dit, fokus." Tegur Bain.
Aditya menepuk jidatnya" lo sih. Ah elah. Ni gue bacain, kalau kalian merasa teman gue, atau kelas kita solid, ga ada alasan gak bantu gue sih."
¥¥¥¥¥¥¥
Fena mengenakan kaca mata hitamnya sesaat sebelum membuka pintu mobilnya.
" Ma, masih kepagian gak sih pake kaca mata hitam?"
" Enggak, gak ada kata kepagian untuk terlihat keren."
" Terserah, papa udah memperingati ya." Ucap Angga keluar dari mobilnya, Fena mengabaikan kata-kata suaminya
Blitz kamera langsung menerpa Fena yang segera memasang senyum paling manisnya sambil melambai satu tangan ala putri kecantikan.
" Pagi Bu, apa ada yang bisa disampaikan terkait tindakan tidak sopan putra anda?" Tanya pewarta.
Secara dramatis dan slow motion Fena melepas kaca mata hitamnya, dengan mata menatap langsung si wartawan.
" Pemuda, hati-hati kalau bicara. Kalian pasti tahu jika video itu tidak sempurna, perbaiki pertanyaannya." Dengan gugup wartawan itu mengangguk.
" Tapi gimana ya saya belum punya waktu untuk menjawab, saya masuk dulu ya, dadah."
Berjalan dengan langkah tegak nan anggun khas pembelajaran ala konglomerat Fena menghampiri Wisnu, Bhumi dan yang lain.
Bhumi langsung pergi ke sekolah setelah mengantar Shavara pulang, dia kebut motornya agar tidak terlambat dari kedatangan Fena.
" Selamat pagi semua." Sapanya ramah.
" Pagi, Tante cantik." Jawab Erlangga yang langsung mendapat tatapan tajam dari Angga.
" Peace, om. Aku hanya memuji bukan untuk mencintai."
" Heeerrghmm." Geram Angga.
Fena terkikik senang melihat suaminya cemburu." Papa masih aja cemburu sama curut satu ini, Vara aja gak mau sama dia apalagi mama. Cuma papa yang mama mau."
Mendengar gombalan khas istrinya yang genit nan manja namun nyatanya sulit diraih sejak pacaran dulu selalu berhasil membuat Angga salah tingkah.
Bola mata Wisnu bosan," Ma, bisa kita fokus ke persoalan adek?"
" Ish, kamu mah ganggu kesenangan orang aja. Hidup itu jangan terlalu serius. Lihat muka kamu udah kayak orang tua yang banyak beban. papa kamu aja makin bertambah umur makin hot, kalau ada perempuan yang suka kamu langsung ajak nikah langka itu. Iya, kan Bhum?"
" Hah?" Pertanyaan tiba-tiba Fena mengagetkan dirinya.
" Kamu setuju perkataan Tante tentang Wisnu kan?"
" Ee..h itu..." Bhumi melirik Wisnu yang menatapnya datar.
" Bhumi, kamu masih butuh restu Tante gak?"
Dengan sigap Bhumi mengangguk.
" Jadi kamu setuju kalau Wisnu terlihat tua dari usianya."
" Iya." Ucap Bhumi ragu.
" Dengerin tuh, A. teman kamu aja bilang kamu Tia." Bhumi yang merasa diadu domba meringis pahit.
Saat Fena berjalan masuk ke kantor kepala sekolah, Bhumi berbisik pada Wisnu." Sorry, ini demi masa depan."
" Dasar, pengkianat."
" Ini demi masa depan adik Lo juga, Lo mau Shava sama Erlangga atau Adnan? Liriknya menoleh ke belakang dimana dua playboy tersebut sedang tebar pesona pada para siswi.
Bhumi membuka pintu ruang kepala sekolah setelah dipersilahkan masuk membiarkan Fena memimpin masuk yang langsung berhadapan dengan Deby yang duduk di samping suaminya yang juga duduk seorang remaja berseragam ketat yang gugup dibawah tatapannya.
" Mana putra kebanggaan kamu yang tidak punya sopan santun it Dia tidak berani menghadapi kami kalau ada orang tuanya, pengecut." Cela Deby menggebu tanpa basa-basi.
Fena menyeringai sinis pada Deby yang menatapnya menantang.
" Jangan urusi putra baikku, urusi saja putrimu yang berkali-kali menggoda secara seksual sama gurunya, bagaimana jika itu diketahui publik? Hujatan dong yang kalian dapatkan." Ancam Fena tidak kalah galak.
Arleta tersentak, tidak kalah tersentak dengan yang lain di ruangan ini. Suasana menjadi menegang, Deby melototi Fena yang ditanggapi santai olehnya.
" Atau itu memang hobby keluarga kamu? Setelah keponakan, Aryo. melecehkan putri saya."
" Ibu-ibu, tenang. Kita bisa bicarakan baik-baik." Kepala sekolah menengahi ketegangan yang ada.
" Ibu Fena, pak Angga silakan duduk di tempat yang sudah disediakannya."
Angga membawa lembut tangan Fena untuk duduk di sofa yang kosong yang bertepatan berhadapan dengan Deby dan suami serta Arleta.
Mata Fena menatap sengit pada Arleta," jaga tatapan kamu pada putri saya." Peringat Deby.
" Relax, saya tidak berminat sedikit pun pada putrimu, otak saya ini cuma gatel saja melihat penampilan dia. Dia ke sekolah mau belajar atau open BO."
Wajah Arleta sudah memerah merasa dipermalukan, baru kali ini dia merasa direndahkan. ia semakin menunduk dalam menyembunyikan wajahnya.
" FENA, JAGA UCAPAN KAMU. SAYA BISA MENUNTUT KAMU."bentak Deby.
" Tuntut lagi.. tuntut lagi. Gak bosen ngomong itu? Kita real saja, lihat penampilan putrimu. Rok jaih di atas paha, baju kancingnha kayak mau copot gak muat nampung payu-daranya
Kamu gak bisa beliin baju buat dia? kalau gak mampu saya yang akan beliin, shadaqah ke orang tidak tahu malu perlu kali ya."
" FENAA..."Deby dibuat geram oleh Fena dengan cara bicaranya yang meremehkan.
" Sepulang dari sini kamu akan lihat saya menuntut kamu ke kepolisian atas dasar penghinaan."
" Ma, tenang. Jangan gegabah." Peringatan Jagar, suami Deby.
" Ibu Deby tenang. Kita berkumpul di sini karena permasalah video itu, bukan yang lain." Sekali lagi kepala sekolah menengahi.
" bukankah persolan adanya video itu semua bermuara karena dia." tunjuk Fena menggunakan dagunya dengan sinis.
" FENA, memang dasarnya anak kamu yang tidak berakhlak, jangan bawa-bawa anakku."
" Memang kenyataannya demikian, ini ada korbannya." ucapnya merujuk pada Bhumi yang diam memperhatikan.
" Dengar ini Deby, itu hanya sepenggal potongan rekaman, kami punya seluruh rekaman video yang menyebabkan mengapa putra termanis ku marah-marah. Dan saya menunggu permohonan maaf kamu yang playing fictiv di sini membuat seakan putra tercinta saya adalah orang yang arogan."
" Maaf, tidak sudi. terima saja kenyataannya kalau putramu bermoral rendah."
" Bicara soal moral rendah, moral putrimu yang beberapa kali menggoda gurunya bahkan terkesan melecehkan guru secara seksual memang tiada tandingannya. Dan kalau kamu tidak meminta maaf serta menjelaskan apa yang terjadi, dengan senang hati saya akan membeberkan tingkah dia yang tidak senonoh ke publik."
Arleta, ditempatnya duduk tidak tenang, dia bahkan beberapa kali melirik Bhumi meminta bantuan yang diabaikan Bhumi.
" Kamu mengada-ngada."
" Saya punya rekaman cctv di ruangan saya, dan ibu akan lihat bagaimana kelakuan memalukan putri kalian pada saya." Ucap Bhumi.
" Kau yang memancing dia?"
" Ma. Sudahlah kamu yang salah menyebarluaskan video itu. Kamu yang harus meminta maaf."
" Tidak mau, tidak ada bukti saya yang menyebarluaskannya."
Wisnu maju, dia menaruh amplop besar di atas meja." Kami sudah menelusuri asal akun yang menyebarluaskan, dan akun itu atas nama anda, Tante." Amplop itu diambil Jagar, dia membacanya secara seksama.
" Supaya apa kamu menyebarluaskan hal fitnah itu?" tanya Fena.
" Itu bukan fitnah, memang ada nyatanya dia marah-marah."
" Karena kamu meminta guru seberkualitas pak Dewa untuk dipecat. Terang saja dia marah. Dan saya akan menyebarluaskan tingkah anakmu ke media supaya adil."
" Kamu tidak akan bisa, saya akan bertindak tegas kalau kamu melakukan itu."
" Tante, berhenti mengancam dan bertindak konyol, satu tekan saja, video asusila Arleta di ruangan pak Dewa akan tersebar saat ini juga." Wisnu memperlihatkan ponselnya yang siap memposting video Arleta di ruangan Bhumi.
Deby dan Arleta sangat kaget dengan sikap ofensif keluarga Fena, sementara kepal sekolah hanya mampu memijit pelipisnya saja.
" Jangaaannn,..pak Dewa, saya mohon cegah dia." Arleta berdiri dan berlari ke arah Wisnu dan Bhumi duduk.
Arleta menaruh tangannya di atas paha Bhumi yang dia gesek-gesekan. Bhumi menepis tangan itu kasar dengan tatapan benci padanya.
" Berhenti modus ngegrayangi saya, saya berulangkali memperingati kamu untuk menjaga sikap, tetapi ibu mu memperkeruh situasi, maka saya memutuskan akan menuntut mu karena melakukan pelecehan pada saya."
" TIDAAAKKK...pak...saya mohon jangan. Bapak tahu saya mencintai bapak, semuanya saya lakukan karena saya mencintai bapak, tetapi bapak tidak pernah merespon perasaan saya. Saya putus asa, pak, saya mohon hargai perasaan saya."
" Apa kamu menghargai saya sebagai gurumu? Soal perasaan, saya sudah menjawabnya kalau saya tidak menyukaimu secara pribadi sebagai wanita. Berkali-kali saya memintamu untuk menjaga jarak dengan saya, tetapi tidak pernah kamu indahkan. Saya pikir dengan membawa ini ke ranah hukum akan membuatmu jera."
" Tidak..., Ma, minta maaf saja, atau nama Leta hancur." rengek Arleta mendesak mamanya.
" Dan bisnis suamimu juga." Timpal Angga yang sejak tadi diam, sekali bicara melahirkan rasa takut pada keluarga itu.
" Bagaimana Deby? Keputusan ada di tanganmu?"
Deby diam bergeming, dia serba salah, dia tidak menyangka tindakannya akan membawanya pada situasi simalakama baginya.
" Persolan putraku dengan mudah akan kami selesaikan hanya dengan memberi rekaman video secara full, tapi soal putrimu yang tidak tahu malu itu masyarakat tidak hanya menggunjingnya tapi juga kamu yang dinilai tidak becus mengasuh anak. Kalau kamu ingin menghancurkan nama baik putraku, nama baik putrimu pun akan hancur-sehancurnya." Ancam Fena dengan mencondongkan badannya pada Deby yang terdiam, kalah telak.
Dari luar terdengar sayup-sayup teriakan dari banyak orang, kepala sekolah lantas dengan setengah berlari keluar dari ruangannya, matanya membelalak kaget melihat anak didiknya berkumpul memenuhi di lapangan utama dengan orasi " ADIT TIDAK BERSALAH, TEGAKKAN KEADILAN, HUKUM YANG BERSALAH, KEMBALIKAN NAMA BAIK ADITYA, IDOLA KAMI!" teriak para siswi menggebu-gebu.
Pun demikian dengan para siswa," SAVE PAK DEWA, SAVE ADITYA DARI KESEWENANGAN DONATURRR.. URAAAA...!
Teriakan demi teriakan saling menyusul dibawah perhatian para wartawan.
kepala sekolah dan para guru segera menghadap mereka meminta untuk tenang karena situasi semakin tidak terkontrol.
" Anak gue...emang berdamage." gumam Fena yang hanya didengar Angga.
" Kami menuntut Arleta dan ibunya meminta maaf." seru Bian.
" IYA, MEREKA HARUS MEMINTA MAAF!" seru serempak yang lain.
" Minta maaf..minta maaf." demonstran secara berbarengan berucap serempak.
Sang kepal sekolah menghampiri Deby," Bu, sebaiknya anda meminta maaf agar semuanya cepat clear."
" Bapak, kenapa ngurusin saya, urus anak didik bapak, memang mereka diperbolehkan mengadakan demonstrasi di sekolah?"
" Sah, sah saja mereka melakukan itu sebagai bentuk menyampaikan aspirasi." ujar Bhumi.
" Kamu..."
" Atau memang ibu menginginkan putri ibu dilaporkan polisi."
Setelah mengingat dan mempertimbangkan akhirnya Deby setuju untuk meminta maaf.
" Hallo, semua. Selamat pagi." Salam Deby yang disambut.
" HUUUUUUUUU...." Sorakan mencemooh.
Muka Deby seketika memerah malu, para wartawan berlomba memotretnya.
" Tidak panjang lebar, saya di sini hanya ingin mengatakan saya menyesal telah menyebarluaskan hal yang menggiring opini negatif masyarakat pada siswa yang bernama Aditya Nasution.
" Dalam video itu memang Aditya marah, tetapi ada alasan yang jelas yaitu kami membujuk pihak sekolah untuk memecat salah satu guru, kami sadari itu salah karena mencoba mengintervensi sekolah kami memohon maaf."
" Kenapa anda ingin guru yang bersangkutan dipecat?" Tanya wartawan.
Di sini Deby tidak langsung menjawab, dia malah melirik Arleta yang menunduk dalam. Deby mendorong Arleta untuk maju dan menjelaskan.
" Eh, itu..." Arleta kian gugup,. ekor matanya melirik Bhumi yang sama sekali tidak menaruh minta padanya
" To teh point aja Lo bilang kalau Lo penggoda guru kami, eh ternyata guru kamu menolak Lo dong..tengsin gak tuh" Teriak Aira.
Bian dan kawan-kawan menepuk jidatnya, dia hari ini lelah mencoba mencegah wanita pujaannya untuk bertingkah sembrono. entah mengapa dia begitu tergila-gila pada perempuan satu ini.
Para wartawan langsung segera mencatatnya.
" Benarkah itu?"
❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Shavara sambil mengusak rambut basahnya dengan handuk kecil mencabut ponsel chargernya dan langsung menyalakannya.
Banyak notifikasi masuk ke ponselnya," banyak amat berasa pejabat gue."
Dia buka satu persatu pesan diawali group angkatannya, matanya membelalak, kemudian dia pun membuka pesan dari group yang bernama pengagum pak Wisnu buatan Berliana yang beranggotakan Berliana dan yang lain.
Tubuhnya semakin menegang, ia merasa kecolongan dan bersalah. sejak semalam memang ia mematikan ponselnya, tadi subuh saat ia menyalakan ponselnya langsung mati karena low battery, dan baru sempat mencahrge saat sampai di rumah yang aman dia langsung mandi karena ada jadwal kuliah.
Buru-buru dia menelpon Mira," hallo."
" Mira, ini gue. apa yang dibilang group itu beneran?"
" Iya, bahkan sekarang gue lagi nonton live di sekolah adik Lo, mereka demo kepala sekolahnya. bonyok Lo juga ada di sana."
" Lo izinin gue ya, gue mau ke sekolah adik gue."
" Lo kemana aja? dari semalam kita nelpon Lo gak aktif."
" Nanti gue jelasin. dah."
Shavara langsung melempar handuknya, ia menuju lemari dan mengambil apa yang pertama dia lihat.
Tanpa membuang waktu bahkan tanpa menyisir rambut basahnya Shavara dengan menunggangi motor Scoopy-nya langsung melaju ke sekolahan adiknya.
Mengabaikan napasnya yang terengah-engah Shavara berlari di koridor sekolah seraya matanya mencari adiknya diantara para siswa dan siswi yang hilir mudik sampai dia mendengar teriakan kegembiraan dari segerombolan siswa yang bergerumun.
" Anj1r, hari ini gue kaya...gue bakal traktor Lo semua di kantin." seru Aditya gembira.
" Heh, jangan ngasal, bayar pake apa Lo?" omel Ajis.
" nyokap baru tf 10 JT, bokap 15 jt kakak gue 10 jt. kurang sultan apalagi gue." jumawa Aditya.
" Kuylah jangan jangan waktu." ajak Bian.
" WOY, KE KANTIN ADIT YANG BAYAR UNLIMITED." teriak Ajis.
" Serius Lo?" terima balasan dari yang lain.
" Serius demi jodoh gue yang cantik membahana."
" HOREEEE....KUYLAH...THANK ADIT YANG BAIK." tak membuang waktu para murid berlarian menuju kantin.
Pletak ..
" Aduh, kepala gue." Ajis mengusap kepalanya yang nyut-nyutan.
" Gak diumumin unlimited juga kali ba-gong."
" ADEK." Aditya menoleh ke belakang ke seseorang yang memanggilnya dengan panggilan kesayangan ala keluarganya.
" Teteh..."
grep....
Shavara menubruk tubuh Aditya dan langsung memeluknya yang dibalas Aditya tak kalah erat.
" Kenap gak bilang teteh? kamu baik-baik saja?"
Sebelum Aditya menjawab banyak suara godaan yang diarahkan padanya.
" swit..swit...cie..cie..Adit pelukan..."
" cie...Adit punya cewek ..."
" Cie .. adit udah gede ..."
Jengah dengan godaan itu, " WOY, DIA KAKAK GUE ..." namun godaan masih berlanjut yang membuat Aditya semakin mengamuk.
kamu ngapain nyuruh Bhumi baik ma Arleta, klo lihat sikap baik Bhumi ke Leta bikin kamu bengek
kasihan Arleta... jiwanya sakit karena perlakuan menyakitkan dari ke2 ortunya yg egois
sava, biar g nangis diledekin mama, bsok lagi jangan mikir yg ngadi ngadi. malu kan... nangis kejer, tnyata salah sangka kamu aj
sava, belajar mengungkap apa yg kau mau dg jelas. saat ini kamu g lagi berhadapan dg aryo. ingat va, bhumi beda dg aryo