Kamu Yang Aku Mau

Kamu Yang Aku Mau

01. Hari Yang Menyebalkan

Di dalam kelas 12 MIPA 1, meski bel pulang telah berbunyi dari 15 menit yang lalu namun beberapa murid masih mengerumuni guru tampan mereka yang hendak keluar dari kelas untuk memaksa kertas ulangan mereka dibawa serta.

" Kalian ini, kalau udah begini aja baru ngumpulin, mental santainya hilangin dikit." Omel sang guru yang bernama Bhumi Mahadewa Mahendra.

Di sekolah dirinya di panggil Dewa, sedangkan di rumah dia dipanggil Bhumi.

" Dih, si bapak kalau ngomong merasa gak berdosa. Jam terakhir, ulangan. Bapak sadarkan mata pelajaran bapak tuh fisika bukan bahasa Indonesia." Protes Bian Ferdinand Mahendra, si murid dengan seribu kenakalannya namun cerdas.

Samanya nama belakang mereka karena mereka memang terlahir dari ayah yang sama, namun ibu yang berbeda, dan hal ini hanya mereka dan para sahabat yang tahu.

Kisah pelik dimasa lalu yang melibatkan mereka membuat mereka menyembunyikannya.

Bahkan pada pertemuan awal mereka Bian dihajar habis-habisan sampai masuk rumah sakit oleh Bhumi.

Penolakan berkali-kali Bian dapatkan namun tak menyurutkan tekad Bian untuk menjalin hubungan dengan kakak seayahnya.

Satu alasan yang Bian utarakan yang membuat akhirnya Bhumi menerimanya.

" Awas, bapak mau pulang." Sungguh Dewa sangat tidak tahu para muridnya bisa seenak udel begini. Dia akan mengevaluasi kedekatannya dengan para muridnya.

Bayangkan pintu kelasnya telah dijaga  beberapa siswa yang menulis di punggung pintu yang sengaja mereka tutup.

" Bapak hitung, dalam hitungan ke-3 belum dikumpulin kelar usaha kalian." Tegas Dewa.

" Satu, dua, ti..."

" Pak, bapak. Tunggu tinggal nulis angka satu." Teriak si jambul perkutut bernama Ajis.

" Ti..."

" Bapak ah elah. Tunggu tinggal tulis nama." Sahut Nuril, di ceking

" Tiga ..." Menyusul serempak banyak kertas ditaruh di telapak tangannya.

" Buka pintunya, bapak traktir minum yang mau kumpul di warung." Ujar Dewa merujuk restorannya yang menyediakan makanan kesukaan semua orang.

" Minum doang? Makannya? Itu warung makan lho pak." Ujar Leo, sahabat Bian sejak SMP.

" Ck, modal. Jangan manja."

Pintu dibuka oleh salah satu murid, memberi hormat dengan membungkuk 90% saat guru mau keluar.

" Silakaaannnnn...bapak ganteng..." Seru Aditya., si tengil yang cuek, sahabat Bian sejak MOS.

" Darr..." Tiba-tiba gadis berkuncir sepunggung muncul di ambang pintu yang ditanggapi datar oleh semua orang karena sudah biasa.

" Bapak, ganteng. Bisa anter neng ke rumah gak? Atau ajak kemanapun deh yang mau bapak kunjungi." Ucapnya bergaya genit sok imut sambil memelintir ujung rambutnya.

" Biaannn, coba piaraan kamu angkut, bikin mata bapak sepet." ucap Dewa malas.

" Siap." Lelaki tampan berambut agak gondrong sebahu itu mencangkolkan tangannya di leher gadis itu.

" Bian, apa sih awas ih, aku lagi mau modusin pak Dewa." Ujar gadis bernama Aira Hartono, teman sedari kecil Bian Mahendra sekaligus tetangganya yang berjarak dua rumah di kompleksnya.

" Ai, please. Hidup Lo memang sudah ditakdirkan sama si Bian, terima nasib gak baik melawan takdir." Seru Devgan, sahabat Bian sejak SD.

Setelah Aira ditarik Bian dari pintu, tanpa mau tahu selanjutnya ulah para muridnya Dewa berlalu meninggalkan kelas.

Cklek...

Saat membuka pintu ruangannya, Dewa membuang nafas kesal dan memasang wajah dingin pada siswi cantik berseragam kecil dan ber-rok pendek duduk dengan sikap provokatif di atas kursi kerjanya dengan dua kancing atas yang sudah dilepas dilengkapi senyum menggoda padanya.

Alih-alih menutup pintu takut ketahuan guru yang belum pulang, Dewa sengaja membuka penuh pintu itu.

" Kalau kamu sedang BO, bukan di sini tempatnya, keluar..." Usir Dewa langsung.

Senyum itu berangsur menghilang, digantikan mimik sendu di wajahnya atas perkataan kasar sang guru.

" Pak,...beri Leta kesempatan untuk menunjukan cinta Leta ke bapak." rayu Arleta Ajikusuma.

Most wanted girl di SMA dimana Dewa mengajar. Sejak kelas 10 Arleta sudah menyukai Dewa dan melakukan segala hal untuk menarik perhatian Dewa, namun tidak ada yang berhasil. Apalagi sifat keras kepala dan memaksa dari muridnya ini sangat menyebalkan baginya.

" Keluar Arleta." Bentak Dewa.

" Pak, saya suka bapak, cinta bapak. Tidak bisakah bapak menghargai perasaan saya?"

" Leta, sejak kamu kelas 10 saya disusahkan oleh tingkah laku kamu, dengan saya tidak melaporkan kamu dengan dalih pelecehan itu bentuk saya menghargai kamu Karena kamu punya masa depan."

" Kalau begitu sayangi saya."

" Saya tidak mau, saya tidak suka kamu. Dari kata-kata itu bagian mana yang kamu tidak mengerti." Tekan Dewa.

" Bapak belum pernah mencoba untuk menyukai saya, beri saya kesempatan untuk kita dekat, bapak pasti akan suka saya." Kekeuh Arleta.

" Tidak sudi  tingkah murahan kamu yang membuat saya lebih tidak menyukai kamu, selagi saya bersabar, keluar kamu dari ruangan saya." Tegas Dewa.

" Saya tidak mau."

" Terserah. Jangan salahkan saya kalau saya melaporkan tindakan kamu kebagian komite disiplin dengan tuduhan asusila. Kamu sudah kelas 12, dan menyedihkan sekali kalau kamu harus di DO karena nafsu kamu." Ucap Dewa serius.

Arleta terbelalak kaget, segera Arleta berdiri dan berlari kecil ke arah Dewa yang berbalik badan dan hendak meninggalkan ruangan.

" Kunci motor bapak ada di saya." Teriak Arleta menggantungkan kunci di jari manisnya.

" Ambil, sebagai bayaran untuk kamu agar kamu menjauhi saya."

" BAPAK, saya bukan wanita murahan." Arleta berteriak marah karena tersinggung.

" Benarkah? beberapa menit yang lalu saya yakin kamu akan memberi tubuh kamu pada saya kalau saya menutup pintu itu. Apa namanya untuk wanita yang menyodorkan tubuhnya kalau bukan murahan, apalagi tidak hanya sekali kamu lakukan itu." Ucap Dewa dengan seringai merendahkan.

Arleta tertegun mematung, wajahnya memucat, dia tidak pernah berpikir gurunya yang sangat dia kagumi mampu mengatakan hal hina itu.

" Itu bentuk cinta saya untuk bapak." Lirih Arleta, airmatanya jatuh.

" Sangat menjijikan. Kamu pikir saya akan jatuh cinta sama kamu kalau kamu memberi tubuh kamu pada saya cuma-cuma? Saya tidak serendah itu, Arleta."

Arleta menangis, perkataan Dewa hari ini yang paling menyakitkan dibandingkan hinaan yang lain, sungguh dia hanya ingin memperlihatkan perasaannya pada gurunya itu, bukan yang lain.

Arleta melempar kunci motor pada Dewa sangat kencang sebagai bentuk kekecewaannya pada sang guru.

Dia berlari meninggalkan ruang guru sambil menangis. Di pintu dia berpapasan dengan Siena, guru seni budaya namun tidak dia gubris.

Dewa mengambil kunci di lantai berjalan menuju ruangannya merapihkan ruang kerjanya sebelum dia pulang.

Di parkiran motor, saat mengeluarkan motor terdengar ada yang memanggil namanya.

Siena berlari kecil ke arahnya." Pak Dewa, boleh saya nebeng sampai depan?" Ucapnya dengan suara terengah-engah.

" Maaf, Bu. Gak bisa. Saya permisi."  Dewa tanpa merasa bersalah melajukan motornya meninggalkan area sekolah.

Sungguh hari ini hari yang menyebalkan!!!

Siena dan seorang gadis di ujung tempat parkir melepas kepergian Dewa dengan raut sedih.

" Sudah berapa kali gue bilang hilangkan perasaan Lo buat pak Dewa, beliau gak cinta Lo." Ucap satu lelaki yang muncul dari belakangnya.

" Dan Lo ngomong, Lo cinta gue, dan gue harus beralih ke Lo yang siap membahagiakan gue, gitu? Basi tau gak?" Hardik Arleta.

" Enggak, karena itu masih fresh untuk Lo, dan gue pastiin akan selalu fresh." Ucap Leo serius.

" Heuh, Lo pikir gue gak tahu betapa play boy-nya Lo?"

" Lo cuma denger dari teman Lo yang gue tinggalin karena nyelingkuhin gue, tapi dia fitnah gue."

" Alaaah cari pembelaan, tukang bohong lo." Sergah Arleta.

Arleta berbalik hendak pergi, namun tangannya dicekal oleh Rudfi." Gue memang bukan cowok baik-baik, tapi gue gak pernah bohong dengan perasaan gue."

Cup...

Teriakan dan decakan godaan dari para teman Leo di parkiran motor meramaikan parkiran yang sudah sepi.

Tiba-tiba Leo mengecup bibir Arleta yang membuat Arleta terkejut mematung. Matanya menatap horor pada Leo yang terkekeh geli melihat tampangnya.

" Ayo gue anter."

" Ogah." Arleta mencoba melepaskan pegangan Rudfi.

" Jangan ngeyel, udah sore. Gue anter."

" Entar Lo minta patungan bensin lagi kayak waktu itu." Arleta menyinggung kejadian sebulan yang lalu saat dirinya diantar pulang Leo, tapi naasnya saat mau pulang bensin motor Leo habis, dan begitupun dengan uang sakunya. Terpaksalah dia menodong Arleta untuk membelikannya bensin.

Leo tergelak mengingat kejadian memalukan itu," Hahaha, gak bakalan. Waktu itu duit gue habis dirampok sama si Devgan yang lagi pdkt tapi kekurangan modal karena uang jajannya dipotong sama nyokapnya waktu ketauan bolos. Kalau sekarang aman, bensin full, duit..cukuplah buat traktir Lo ngebakso doang mah."

" Ayo gue anter." Arleta mau tidak mau mengikuti Leo berjalan ke motornya dibawah pandangan menggoda dari para temannya.

♥️♥️♥️♥️

" MONIK....MONIK..." Teriak gadis cantik berambut hitam sepunggung dengan poni tipis kesal.

Gadis yang berambut dicat blonde sebahu terus berjalan meski telah dipanggil berulangkali dengan keras.

Beberapa pasang mata melihat kearahnya dengan tatapan geli, gadis berparas cantik berkulit mulus itu berhenti lalu berbalik badan jengkel karena malu.

" Apasih mulut Lo toa banget, kampungan banget manggil orang pake teriak." Bentak gadis bernama Monika Arabella.

Shavara, gadis yang memanggilnya tadi berlari kecil sambil menatap monik tajam. Ia mengelus dadanya atas ejekan sahabatnya dari sejak SMA itu.

Sudah dua bulan Monika menjauhinya karena marah tidak mau diajak jalan dua bulan lalu, yang bertepatan dengan ulang tahun pacarnya Aryo.

" Lo beneran masih marah sama gue?" Tanya Shavara jengah.

" Var, Lo gak capek ngintilin gue mulu, ngemis temenan sama gue, Lo pasti ngerasa gue jauhin Lo, ngehindarin Lo, kurang jelas kode dari gue yang gak mau temenan sama orang kayak lo? Gue tahu Lo be-go, tapi Lo gak to-lol kan?" Ucap Monika dengan suara meninggi yang disengaja agar orang yang disekitaran mendengar.

Satu lagi kebiasaan baru Monik yang baru  disadari gadis yang dipanggil Vara itu. Mempermalukannya, seolah dia gadis jahat, walau tidak Shavara balas.

" Maksud Lo apa orang macam gue?" Shavara mulai terpancing.

" Gue cuma minta anter Lo main, tapi Lo gak mau."

" Itu hari ulang tahun pacar gue, sebagai sahabat Lo seharusnya tahu seperti tahun-tahun yang lalu pasti gue habisin hari itu sama dia." Ungkap Shavara kesal.

Mereka berdua tahu setiap tahun, Shavara atau Aryo yang sudah dipacarinya selama empat tahun saat ulang tahun keduanya pasti mereka menghabiskan waktu bersama. karena hari-hari yang lain disibukan Aryo untuk membangun bisnisnya yang mulai berkembang, demo masa depan mereka berdua.

" Dan jangan lupa demi Lo, gue potong kebersamaan gue sama dia, meski Lo  batalin janjian jalan kita, dan Lo marah sampai sekarang? Lo masih nyebut gue gak setia kawan, di sini siapa yang gak setia kawan, HAH?

" Orang yang Lo sebut gak setia kawan ini adalah orang yang minjamin dana saat Lo gak bisa bayar semester, gue yang nungguin Lo di rumah sakit saat Keluarga Lo gak peduli sama Lo, dan cuma karena gue gak bisa jalan sama Lo, Lo seenak jidat ngecap gue gak setia kawan?" Shavara murka atas perkataan Monik tadi, ia mengeluarkan unek-uneknya.

Monik terjengkit kaget, Shavara dengan gamblangnya mengungkit sedikit kebaikan dia yang sudah Monik terima.

Monik menyeringai culas pada Shavara," Wow, jadi mau Lo apa, aslinya gue gak mau temenan sama Lo dan gue yakin, Lo gak punya teman selain gue, karena gak akan ada yang mau temenan sama Lo kalau gak butuh duit, dan memanfaatkan kenaifan lo. Menyedihkan sekali Lo."

Terikat nafas dari beberapa orang yang mendengar omongan Monika seiring memanasnya mata Shavara yang merasa dikhianati. 

" Siapa bilang Vara gak punya teman?" Ucap salah satu perempuan yang duduk bersama gerombolannya yang yang terkenal seantero kampus karena visualnya yang di atas standar yang menyaksikan mereka sejak awal perdebatan.

Dia melangkah mendekati Shavara yang dadanya masih naik turun, tangannya merangkul pundak tegang Shavara.

" Gue mau sahabatan sama Vara."

" Lo butuh traktirkan dia kan?" Cemooh Monika.

Mata Shavara tidak lepas dari mimik Monika yang masih meremehkannya.

" Gue bahkan lebih kaya dari dia, tahu nama Hartono? Itu nama belakang gue." Ucap gadis yang bernama Berliana Hartono.

Monika terkejut, dia tertegun. Matanya menyisir satu persatu orang yang memandangi mereka dengan tatapan merendahkan pada dirinya.

Monika lupa dia sekarang sedang berada di gedung fakultas bisnis, tempat Shavara belajar. Dia mengenal baik beberapa pemuda yang terkenal tebal dompetnya dari gedung ini.

" Lo kan ya, yang beberapa bulan lalu masih  menyodorkan tubuhnya buat gue jamah meski udah gue tolak berkali-kali." Kata Kenzo, teman kecil Berliana yang juga most wanted kampus karena wajah blasteran Prancis, betawi, dan Spanyol.

" Asal Lo tahu, Lo terkenal di fakultas ini karena Lo sahabatnya Vara, cantik sih, bohay juga body Lo, tapi gimana dong bagi lelaki di fakultas ini Vara lebih menarik." Cibir Beliana sambil menatap remeh diri Monika dari atas sampai bawah.

" Lelaki di fakultas gue khatam mana  cewek gatelan yang cocok cuma jadiin partner ranjang dan perempuan berkelas yang dijadikan nyonya, dan Lo mau pansos lewat Kenzo mending panjat tebing dulu Lo sana."

Kenzo dan yang lain menertawai hinaan Berliana atas Monika yangs udah memerah malu.

Tubuh Monika menegang, dia menatap sengit Shavara yang tidak membelanya seperti biasa jika ada yang membullynya.

" Jadi gini cara main Lo, kotor. Sengaja bikin gue jahat di depan teman Lo, beraninya keroyokan." Culas Monika.

Tudingan playing fiktif yang coba dimainkan Monika tidak Shavara pedulikan, jika biasanya dia merasa bersalah atau tidak enak hati, atau dia langsung akan meminta maaf pada sahabatnya ini jika ada yang membandingkan mereka.

Tidak ada sahutan dari Shavara membuat monika geram, dengan wajah memerah Monika pergi meninggalkan gedung yang terkenal dengan julukan singgasana Dewa tampan dan tajir itu.

Shavara lirih berjongkok lemas, menyembunyikan kepalanya di kedua tangan yang dipangku lututnya.  

Berliana dan yang lain mendekatinya menepuk punggung, pundak dan kepala Shavara.

" Guys, kita bolos kuy, hibur nona yang lagi sad ini." ujar Berliana yang tidak direspon oleh yang lain.

" Lin, sekarang mata kuliahnya pak Wisnu, Lo gak apa-apa gak masuk?" Tanya Kenzo yang mendapat delikan tajam dari Berliana namun yang lain memberi tatapan bingung.

" Memang apa spesialnya matkul pak Wisnu? Tanya Mira bingung, teman Shavara sejak SMA.

" WOY, PAK WISNU GAK MASUK." teriak temannya dari arah pintu masuk gedung.

" HOORREEE....kuy ke resto yang depan itu yang ada pecel lelenya, murah lagi." ajak Bima, anak kost yang hidupnya super ngirit.

" Bisa gak lain hari aja, hari ini hari yang menyebalkan banget.." erang Shavara ogah-ogahan.

" GAK BISA..." jawab mereka serempak ,seraya menarik lengan Shavara yang menahan tubuhnya.

 

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Wkwk kenak kamu Monika…

2023-04-24

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Seantero kampus?? ini ceritanya anak kuliah atau anak SMA sih??kok aku bingung🤫🤫🤫😇😇😇

2023-04-24

0

lihat semua
Episodes
1 01. Hari Yang Menyebalkan
2 02. Ciuman Pertama.
3 03. Sidang.
4 04. Kala Emak provokator beraksi
5 05. first impression.
6 06. Festival.
7 07. Semalam Bersama Mu.
8 08. Interogasi.
9 09. Perkara Jodoh.
10 10. Peran penting Seseorang.
11 11. Kerinduan
12 12. Keributan Di restoran.
13 13. Akhirnya Melepas Rindu.
14 14. Aditya terkena Syok Mental.
15 15. Curahan Hati.
16 16. Bersumbu Pendek.
17 17. love Language
18 18. Percikan Kecil.
19 19. Masalah dan obatnya.
20 20. Tercyduk.
21 21
22 22
23 23. Ketegangan di Kantin.
24 24
25 25
26 26
27 27. Pengakuan Bian.
28 28. Mengungkap Rahasia.
29 27. Keadaan bertolak belakang.
30 30. Pelindung.
31 31. Prasangka.
32 32. Kode
33 33. Drama Festival.
34 33. Baikan
35 35. Perihal cupang.
36 36. kecyduk...
37 37
38 38. Ketemu dan berantem.
39 39. Panas di tengah Dingin.
40 40. Bicara Empat Mata
41 41. Isshhh
42 42 T. K.O buat Aryo.
43 43. Pria Misterius
44 44. Drama Mall.
45 45. Masa Lalu...
46 46. Beban Biyan.
47 47. Reuni.
48 48. Panas Dalam Dingin.
49 49. Kejutan.
50 50. Marahan Lagi.
51 51. Membujuk
52 52. Dadakan
53 53. Tunangan.
54 54. Ulah Satu Wanita
55 55. Beres Urusan.
56 56. Iri.
57 57. Ada Apa Dengan Semalam.
58 58. Adu Taktik.
59 59
60 60.
61 61
62 62 Ujian sebelum Pernikahan.
63 63.
64 64. Setia Kawan????
65 65. Ulah Kinan.
66 66. Akhir dari Kinan.
67 67.
68 68. Pingsan.
69 69. Rumah Sakit
70 70.
71 71. Nasib Pelakor..
72 72. Terungkap status Bian.
73 73. Yuk Berdamai...Semuanya
74 74. Jadikah Liburannya.
75 75. Shavara Ngambek.
76 76. Roda Kehidupan Berputar.
77 77. Karena Cinta dan Sayang
78 78. Dingin-dingin Panas.
79 79.
80 80.
81 81. Drama Club'
82 82
83 83.
84 84. Fena Mereog
85 85.
86 86. Hama.
87 87. Berantem.
88 88. Over Thinking
89 89. Baikan.
90 90. Effort Arleta
91 91. Shavara yang Mengakhiri...
92 92.
93 93.
94 94. Bicara...
95 95. Karma Siena.
96 96. Tanggung Jawab.
97 97. Drama Sekolah.
98 98. Nasib Arleta.
99 99. Luka Arleta
100 100. Kehebohan Sekolah.
101 101.
102 102. Ribut lagi...
103 103. Kasih Sayang Untuk Arleta.
104 104
Episodes

Updated 104 Episodes

1
01. Hari Yang Menyebalkan
2
02. Ciuman Pertama.
3
03. Sidang.
4
04. Kala Emak provokator beraksi
5
05. first impression.
6
06. Festival.
7
07. Semalam Bersama Mu.
8
08. Interogasi.
9
09. Perkara Jodoh.
10
10. Peran penting Seseorang.
11
11. Kerinduan
12
12. Keributan Di restoran.
13
13. Akhirnya Melepas Rindu.
14
14. Aditya terkena Syok Mental.
15
15. Curahan Hati.
16
16. Bersumbu Pendek.
17
17. love Language
18
18. Percikan Kecil.
19
19. Masalah dan obatnya.
20
20. Tercyduk.
21
21
22
22
23
23. Ketegangan di Kantin.
24
24
25
25
26
26
27
27. Pengakuan Bian.
28
28. Mengungkap Rahasia.
29
27. Keadaan bertolak belakang.
30
30. Pelindung.
31
31. Prasangka.
32
32. Kode
33
33. Drama Festival.
34
33. Baikan
35
35. Perihal cupang.
36
36. kecyduk...
37
37
38
38. Ketemu dan berantem.
39
39. Panas di tengah Dingin.
40
40. Bicara Empat Mata
41
41. Isshhh
42
42 T. K.O buat Aryo.
43
43. Pria Misterius
44
44. Drama Mall.
45
45. Masa Lalu...
46
46. Beban Biyan.
47
47. Reuni.
48
48. Panas Dalam Dingin.
49
49. Kejutan.
50
50. Marahan Lagi.
51
51. Membujuk
52
52. Dadakan
53
53. Tunangan.
54
54. Ulah Satu Wanita
55
55. Beres Urusan.
56
56. Iri.
57
57. Ada Apa Dengan Semalam.
58
58. Adu Taktik.
59
59
60
60.
61
61
62
62 Ujian sebelum Pernikahan.
63
63.
64
64. Setia Kawan????
65
65. Ulah Kinan.
66
66. Akhir dari Kinan.
67
67.
68
68. Pingsan.
69
69. Rumah Sakit
70
70.
71
71. Nasib Pelakor..
72
72. Terungkap status Bian.
73
73. Yuk Berdamai...Semuanya
74
74. Jadikah Liburannya.
75
75. Shavara Ngambek.
76
76. Roda Kehidupan Berputar.
77
77. Karena Cinta dan Sayang
78
78. Dingin-dingin Panas.
79
79.
80
80.
81
81. Drama Club'
82
82
83
83.
84
84. Fena Mereog
85
85.
86
86. Hama.
87
87. Berantem.
88
88. Over Thinking
89
89. Baikan.
90
90. Effort Arleta
91
91. Shavara yang Mengakhiri...
92
92.
93
93.
94
94. Bicara...
95
95. Karma Siena.
96
96. Tanggung Jawab.
97
97. Drama Sekolah.
98
98. Nasib Arleta.
99
99. Luka Arleta
100
100. Kehebohan Sekolah.
101
101.
102
102. Ribut lagi...
103
103. Kasih Sayang Untuk Arleta.
104
104

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!