NovelToon NovelToon
High School Iyuna

High School Iyuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Teen Angst / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Menjadi NPC / Romansa
Popularitas:891
Nilai: 5
Nama Author: Anggara The Blukutuk³

Setelah berhasil kabur dari Ayah angkatnya, Iyuna Marge memutuskan untuk bersekolah di sekolah elite school of all things Dengan Bantuan Pak kepala yayasan. Ia dengan sengaja mengatur nilainya menjadi 50 lalu mendapat kelas F. Di kelas F ia berusaha untuk tidak terlihat mencolok, ia bertemu dengan Eid dan mencoba untuk memerasnya. Begitu juga beberapa siswa lainnya yang memiliki masa lalu kelam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggara The Blukutuk³, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masa lalu Sherin

"Jadi, bagaimana?" Tegas Iyuna sekali lagi, mengangkat dagunya sedikit dengan tatapan yang menusuk tajam.

Sherin masih terdiam, jari-jarinya meremas ujung pakaiannya hingga kusut. "Huh" Ia menghela napas berat, bahunya turun dengan gerakan pasrah. "Baiklah" Jawabnya tegas, menegakkan punggungnya seolah mengumpulkan keberanian.

"Demi Eid, apapun akan kulakukan!" Lanjutnya, mengepalkan tangannya di depan dada dengan tekad yang terpancar dari matanya.

Iyuna hanya menatap datar, bola matanya tidak bergerak sedikitpun dari wajah Sherin. Ia lalu menghela napas panjang, bahunya turun perlahan. "Baiklah" Ucapnya, ia lalu mendorong Sherin perlahan ke arah pintu, telapak tangannya menekan lembut punggung gadis itu.

"Tu-tunggu.." Ucap Sherin yang terdorong, kakinya terseret di lantai, berusaha melawan dorongan Iyuna.

"Kalau begitu, sudah yah" Ucap Iyuna, ia sudah mendorong Sherin ke depan pintu, jemarinya dengan cepat meraih gagang pintu dan memutarnya. "Brwak" Iyuna langsung menutup pintunya dengan gerakan tegas, deburan angin meniup helaian rambutnya.

Iyuna lalu menjatuhkan tubuhnya ke kasur, pegas kasur berderit menerima beban tubuhnya. Ia menatap langit-langit sejenak, jemarinya mengetuk-ngetuk pelan di atas perutnya. Ia lalu bangkit dengan gerakan tiba-tiba, kakinya berayun ke lantai, dan menatap jam dinding yang berdetak konstan. Jam menunjukkan pukul 06.30 PM. "Sudah jam segini Yah..? Aku bosan, keluar aja deh" Gumamnya, sambil mengusap rambutnya ke belakang.

Ia pun keluar untuk mencari udara segar, membuka pintu dengan satu gerakan cepat. Karena dingin, ia mengambil jaket yang tergantung di belakang pintu dan mengenakannya, menarik resleting hingga ke dagu dengan suara halus.

Ia berhenti di vending machine soda yang sebelumnya, mata mengamati pilihan minuman di balik kaca. Jemarinya menekan tombol dengan gerakan familiar, suara koin berdenting saat masuk ke dalam mesin. Ia memesan 1 soda seperti biasanya, kaleng dingin jatuh dengan bunyi 'klang' pelan. "Glek⁴~" Ia meminum soda itu, kepalanya sedikit mendongak saat cairan dingin mengalir di tenggorokannya.

Tak lama setelahnya, ia melihat siluet seorang pria duduk di kursi trotoar yang menghadap ke sungai. Lampu jalan menyinari sebagian wajah orang itu, menciptakan bayangan panjang di trotoar. Ia tampak tak asing dengan siluet itu, matanya menyipit mencoba mengenali.

Iyuna kemudian menyeberang dan menghampiri siluet itu, langkahnya tenang. "Kau..., sedang apa kau disini?" Tanyanya, ia berdiri di samping kursi, kaleng soda tergenggam erat di tangan kanannya.

Siluet yang menunduk itu adalah Eid, kepalanya terangkat perlahan mendengar suara Iyuna. "Eh? Iyuna? Aku..., aku hanya mencari udara segar" Ucapnya, jemarinya saling bertaut di atas pangkuannya.

Iyuna menatapnya sejenak, mengamati ekspresi wajahnya yang terlihat gelisah, lalu menoleh ke arah sungai yang berkilau ditimpa cahaya bulan. "Hei, ada yang ingin ku tanyakan kepadamu" Ucap Iyuna, suaranya tenang namun penuh tekanan.

"Tanyakan?" Tanya Eid penasaran, alisnya terangkat dan kepalanya sedikit miring.

"Katakan padaku, apa kesalahan Sherin di masa lalu?" Tanya Iyuna, dengan nada mengancam, matanya menatap lurus tanpa berkedip.

"Ra-rahasia? Rahasia apa maksudmu?" Elak Eid, berpura-pura tidak tau, tubuhnya menegang dan mundur sedikit dari posisi duduknya.

Iyuna tersenyum tipis, sudut bibirnya terangkat hampir tak terlihat. Tatapannya datar namun mengintimidasi, "Apalagi? Sherin sudah bercerita kepadaku. Sekarang aku hanya perlu memastikannya saja" Ucap Iyuna, jari-jarinya mengetuk pelan kaleng soda.

Eid tersentak, pupil matanya mengecil kaget. "Be-benarkah?" Tubuhnya bergetar dan terguncang kebelakang, tangannya mencengkeram pingiran kursi hingga buku-buku jarinya memutih.

"Jika kau tidak menceritakannya kepadaku, aku akan mengumbarnya kepada semua orang. Kau tau apa akibatnya jika itu terjadi kan?" Ancam Iyuna, nadanya dingin nan mengintimidasi, matanya menyipit tajam.

Mendengar itu, Eid langsung berdiri dengan gerakan tiba-tiba, kursi berderit keras. Ia lalu menyambar kerah pakaian Iyuna dengan gerakan cepat lalu mengangkatnya, jemarinya mencengkeram kuat kain itu. "Jangan macam macam! Jika kau berani macam macam kepada Sherin! Aku akan membunuhmu!" Ancam Eid, nadanya meninggi dan marah, napasnya memburu dan wajahnya memerah.

Iyuna melemaskan badannya agar tak terasa sakit, kepalanya tetap terangkat meski tubuhnya terangkat beberapa sentimeter dari tanah. "Coba saja..., aku bersumpah kau tidak akan bisa melakukan itu" Ucapnya, nadanya datar, tanpa sedikitpun rasa takut di matanya.

Eid hanya menggeram, giginya bergemeretak menahan amarah. "Gadis ini.., wajah dan tatapannya dingin sekali. Seolah, aku sedang menatap seorang pembunuh keji" Monolog Eid, pegangannya sedikit mengendur.

Ia lalu membanting tubuh Iyuna ke tanah dengan kekuatan penuh, debu beterbangan di sekitar mereka. "Baiklah, akan ku ceritakan" Ucap Eid, nadanya meninggi kesal, napasnya terengah-engah.

Iyuna berusaha bangkit, tangannya menepuk-nepuk pakaiannya yang kotor oleh debu jalanan. "Jika ceritamu tidak sesuai dengan yang dikatakan Sherin, aku akan menyebarkannya. Bahkan, akan ku lebih-lebihkan" Ancam Iyuna, merapikan rambutnya yang berantakan dengan jemari lentik.

"Tch" Eid hanya berdecak, membuang muka dengan gerakan kasar.

Ia lalu duduk kembali, menunduk, bahunya merosot, matanya menerawang jauh seolah mengingat ingat kejadian itu... "Ini dimulai saat kami SMP" Ucap Eid, suaranya bergetar halus.

"Aku dan Sherin sudah berteman sejak SD. Aku menyukainya, dan aku yakin dia juga begitu. Namun, semasa SMP ia menjadi gadis yang populer sehingga aku sulit mendekatinya—"

"—hingga suatu saat..." Ucap Eid bercerita, tangannya mengepal di sisi tubuhnya.

Di dalam cerita itu (Flashback On):

"Nah, terima ini!" Ucap seorang anak Laki², menendang Eid SMP. Kakinya menghantam rusuk Eid dengan keras. Ada 2 anak laki laki yang membully Eid waktu itu, berdiri mengitarinya dengan tangan terkepal.

"Hei! Hentikan!" Teriak Sherin SMP. Ia datang dari kejauhan dengan langkah cepat, roknya berkibar tertiup angin, menyelamatkan Eid.

Salah satu anak laki laki itu menendang tubuh Eid hingga terpental, tubuhnya meluncur di lantai koridor. Salah satu lainnya menghampiri Sherin dengan langkah santai namun mengancam.

"Hei Sherin" Goda anak laki laki itu, suaranya rendah dan berbahaya. Ia kemudian menyentuh kaki Sherin, jarinya menelusuri dari betis ke atas.

"Hei lepaskan!" Teriak Sherin, menepis tangan anak itu dengan gerakan kuat, pipinya memerah.

"Ne..., apa kau mau ikut kami?" Ucap salah seorang lelaki itu, memegang pundak Sherin dengan cengkeraman yang terlalu kuat.

"Kemana?" Tanya Sherin, matanya menyipit curiga, tubuhnya menegang waspada.

"Tu-tunggu" Sahut Eid yang terbaring di lantai, tangannya terulur lemah ke arah Sherin.

"Apasih!" Bentak salah seorang lelaki, sembari menendang tubuh Eid yang terbaring lemas, sepatu hitamnya menghantam perut Eid.

"Hentikan!" Teriak Sherin, suaranya pecah oleh rasa panik, matanya berkaca-kaca.

"Jika kau ingin kami berhenti, maka ikutlah dengan kami dulu" Goda salah seorang lelaki lainnya, tangannya mencengkeram lengan Sherin dan menariknya.

"Baiklah baiklah, tapi kalian harus berjanji tidak akan membully Eid lagi!" Ancam Sherin, dagunya terangkat mencoba terlihat berani meski tubuhnya gemetar.

“Baiklah baiklah” Ucap kedua lelaki itu.

Setelah itu, mereka bertiga pergi meninggalkan Eid yang masih terbaring di lantai, langkah kaki mereka menggema di koridor kosong. "Tu-tunggu" Ucapnya, namun tak terdengar, suaranya terlalu lemah, tangannya terkulai tak berdaya.

Kembali ke Eid & Iyuna (Flashback Off):

"Setelah itu, Guru menemukan Sherin terbaring di gudang dalam keadaan telanjang dan rusuh" Ucap Eid menunduk, suaranya nyaris berbisik, matanya berkaca-kaca menceritakannya, jemarinya mencengkeram celananya kuat-kuat.

"Pa-padahal, dia berusaha melindungiku. Tapi, mengapa jadi begini—"

"—ini semua karena aku pengecut!" Ucap Eid, memukul pahanya sendiri dengan keras, air mata mulai menggenang di sudut matanya.

"Lalu, apa yang terjadi pada Sherin dan kedua anak laki laki itu" Tanya Iyuna, ia duduk di bawah sembari meminum sodanya dengan santai. Tampak menikmati cerita tentang Sherin, mata tajamnya menganalisis setiap gerakan Eid.

"Kedua anak laki laki itu di keluarkan dari sekolah dan tidak pernah terlihat lagi. Sedangkan Sherin mendapat pengurangan nilai dan di skors sebulan" Ucap Eid, suaranya monoton seolah telah mengulangi kalimat itu berkali-kali dalam benaknya.

"Begitu yah" Gumam Iyuna, mengangguk pelan, jemarinya mengetuk kaleng soda dengan irama teratur.

"Jadi kumohon! Jangan ceritakan ini kepada orang lain!" Ucap Eid menunduk, tangannya terkepal di atas lutut hingga tremor, keringat menetes dari dahinya.

"Aku tidak bisa membayangkan dia menangis dihadapanku seperti waktu itu" Lanjutnya, suaranya pecah di akhir kalimat.

"Aku tidak bisa menjamin" Jawab Iyuna, menyesap soda terakhirnya dan meremas kaleng kosong dengan satu gerakan tegas.

Mendengarnya, Eid tersentak, tubuhnya menegang seketika. "Tunggu, apa!?" Ucapnya, ia mulai gelisah, berdiri dari kursinya dengan gerakan tiba-tiba.

"Aku tidak pernah bilang kalau kamu menceritakan kisahnya, aku tidak akan pernah mengumbarnya" Jawab Iyuna, membuang kaleng kosong ke tempat sampah terdekat dengan lemparan akurat.

"Ka-kauu!" Ucap Eid, mulai marah dan kesal, tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya hingga kuku-kuku jarinya memutih.

"Asal kau mau menuruti semua perkataanku untuk kedepannya, aku tidak akan mengumbarnya" Ancam Iyuna, matanya menatap tajam tanpa berkedip, tatapannya datar dan mengancam.

"Tch!" Decak Eid, giginya mengeretak frustasi. Tapi ia tau, tidak ada hal yang bisa ia lakukan. Jadi, ia hanya menunduk, bahunya merosot pasrah. "Baiklah! Asal kau tidak mengumbarnya kepada orang lain!" Ucap Eid, mulai gelisah, mengusap wajahnya dengan telapak tangan gemetar.

"Baiklah, ini saja cukup untuk saat ini" Monolog Iyuna, tersenyum puas dalam hati, matanya berkilat penuh kemenangan di bawah sinar rembulan.

1
Jumpri Cry
lanjut
SukiDenial
Mcnya keren. Dan ada banyak fanservicenya😍. Iyuna itu waifu ku banget titik🤬
Dimas Saputra
lanjut thor, dan Saling suport
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!