Bagaimana jadinya jika dijodohkan dengan ketua osis yang selalu menghukum mu disekolah? Konyol? Yah tentu saja!
Itulah yang terjadi dengan gadis bernama Bianca Dealova Christabel. Dijodohkan dengan ketos yang minim ekspresi. Hemat dalam mengeluarkan kalimat. Agam Ezekiel Arbyshaka, the king disekolah SMA Garuda.
Namun, siapa sangka dibalik cover kalem, dingin nan bijaksana, tersimpan sebuah sisi liar yang baru diketahui oleh Bianca setelah menikah dengannya.
"Dasar ketos nyebelin!"
"Shit! I'm addicted to that girl's lips."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rsawty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dan ternyata
...HAPPY READING!...
...***...
...Sudah berusaha agar menghindar dari masa depan yang sudah ditentukan agar masih mempunyai kesempatan untuk bersama mu. Namun, siapa sangka orangnya itu adalah kamu?...
...-Agam Ezekiel Arbyshaka...
...Terkadang, aku bingung dengan dirimu yang plin-plan, seperti menginginkanku tetapi juga seperti tak menginginkanku....
...-Bianca Dealova Christabel...
***
Malam ini, Mobil Bastian melaju sedang membela jalanan Ibu kota Jakarta. Sekarang, dirinya dan Agam sedang diperjalanan menuju rumah Bianca. Tangan Bastian begitu gesitnya memutar setir.
"Jujur saja Gam, papa sungguh tak enak hati dengan teman papa. Dia sudah menyelamatkan nyawaku waktu itu, tapi aku membalasnya dengan seperti ini. Rasanya aku malu sekali untuk sekedar melihat mukanya saja." Ucapan Bastian barusan memecah keheningan yang melanda sedari berangkat tadi.
"Maafin aku pa,"
Bastian mengangguk dan melirik sekilas kepada Agam. "Kamu yang harus jelasin semuanya Gam. Papa tak mampu."
Agam mengangguk mantap. "Baik pa."
Pukul 20:12 mobil itu berhenti, dahi Agam mengerut lantaran pemberhentiannya tepat didepan gerbang rumah Bianca.
"Pah, kok berhenti disini?"
"Iya Gam, inikan rumah teman papa." Bastian berujar seraya melanjutkan laju mobilnya memasuki perkarangan rumah Bianca setelah Pak Satpam membuka gerbang tersebut.
Agam semakin bingung, otaknya dipaksa berpikir untuk saat ini, dia berusaha into connect dengan situasi sekarang.
"Gam, ayok keluar, sampai kapan kamu didalem terus!"
Mendengar perkataan papanya yang entah sejak kapan sudah berada di luar mobil, barulah Agam dengan gerakan cepat melepas sabuk pengaman dan keluar dari dalam mobil dalam keadaan yang masih bingung.
***
"Emang sesepsial apa sih tamu yang dateng, sampe-sampe gue harus disuruh dandan ginian?" monolog Bianca memandangi dirinya dipantulan cermin. Gadis itu terlihat sangat cantik dan feminim dengan dress hitam yang dipilih Bundanya tadi siang, sangat cocok dengan kulit putih beningnya juga dengan make up yang sederhana tak terlalu menor.
Tok tok tok
"Bia, udah siap belum? tamunya udah dateng nih!" suara Alena dari balik pintu.
Bianca menghela napasnya kemudian beranjak dari duduknya dengan muka malas dan membuka pintu kamar.
"Aduhh lelet amat si kamu Bia, ayok cepetan." Alena menarik pergelangan tangan Bianca dan menuntunnya turun menyusuri anak tangga.
Sementara dibawah sana, terlihat Rendra dan Bastian sedang bercengkrama di ruangan tamu. Sedangkan Agam, hanya diam dengan sejuta pikiran bersarang di otaknya. Jiwanya sedang duduk bersama kedua pria paru baya itu namun, raganya melayang dengan sejuta pemikiran dibenaknya.
Kenapa papanya membawanya ke rumah Bianca? itu pertanyaan yang terlintas sedari tadi di kepalanya.
Dia mencoba berpikir keras, mungkinkah anak teman papanya yang dijodohkan dengan dirinya adalah Bianca? dan pria yang sedang berbincang dengan papanya saat ini adalah Ayah Bianca?
Agam belum yakin dengan pemikirannya itu.
Tetapi setelah muncul gadis dengan dress hitam menghampiri mereka, barulah dia yakin bahwa memang Bianca lah orang yang akan dijodohkan dengannya. Sepertinya gadis itu belum menyadari adanya Agam disini karena dia terus menundukkan kepala, dirinya hanya terfokus dengan hidangan yang tersedia diatas meja.
Agam tertegun saat gadis itu mengangkat wajah, sejenak ia begitu terpukau dengan kecantikan Bianca saat ini. Gadis itu terlihat sangat cantik membuat lelaki itu tak berkedip sama sekali beberapa detik.
"LOH KOK KAK AGAM ADA DISINI?!" kaget Bianca terperanjat. Dia terlihat sangat terkejut dengan keberadaan Agam juga Bastian yang saat ini dirumahnya.
"Kamu kenal dengan lelaki ini Bia?" tanya Rendra mendapat anggukan kecil dari Bianca.
"Dia ketua osis disekolah aku, Yah." jawabnya menurunkan intonasi suaranya.
Sedangkan Bastian, dia juga tak kalah kagetnya saat melihat gadis itu di sini, pasalnya dia belum pernah melihat anak gadis Rendra sebelumnya. "Tunggu, Gam, bukannya ini gadis yang tadi siang?" tanyanya menoleh kepada Agam.
Lelaki itu mengangguk singkat sebagai tanggapan dengan arah tatapan masih terkunci pada Bianca.
Otak Agam berputar kembali kewaktu siang tadi. Saat dirinya ingin membatalkan rencana perjodohan demi perempuan yang disukainya, dan ternyata perempuan itulah yang dijodohkan dengannya.
Kebetulan macam apa ini?
"Kamu sudah kenal sama anak aku Bas?" Tanya Rendra mendapat anggukan dari sang empu.
"Sebenarnya kedatangan aku kesini untuk membatalkan perjodohan anak kita, karena anak aku udah menghamili perempuan lain. Tapi aku gak nyangka jika perempuan yang dihamili anak aku itu anak kamu." tutur Bastian membuat suasana mendadak menjadi hening.
Bianca melirik kearah Agam yang saat ini sedang meliriknya juga dengan muka datar.
Gadis itu nampak melemparkan tatapan tanya kepada Agam. Dia bingung, masih mencoba berpikir keras dengan situasi sekarang.
"Maksudnya apa Bas?" Rendra masih mencoba menerka ucapan yang terlontar dari mulut Bastian.
"Iya. Anak gadis kalian sedang mengandung anak dari putraku."
Mata Rendra juga Alena membelalak kemudian menoleh serentak kearah Bianca yang saat ini duduk di sofa tunggal sebelah kanan. "Bia, maksudnya apa?" tanyanya dengan suara yang terkesan dingin.
Bianca menggigit bibir bawahnya tegang, sekarang dirinya sudah paham, bahwa yang dijodohkan dengannya adalah Agam dan kenapa juga lelaki itu memintanya untuk berpura-pura hamil. Dia sekarang sudah seperti orang bisu, diam tak bersuara. Dirinya seperti terperangkap dengan kebohongan yang dirinya dan Agam buat dan saat ini dia tak tahu bagaimana menjelaskannya.
Dia melirik kearah Agam meminta untuk agar lelaki itu membantunya menjelaskan.
"Iya Om, aku telah menghamili anak perempuan om, jadi aku akan bertanggung jawab." Bukannya menjelaskannya, Agam malah makin memperdalam kebohongan itu
Tatapan Bianca berubah menjadi horor kepada Agam.
Gadis itu heran dengan Agam yang plin-plan. Padahal, baru tadi siang lelaki itu ingin sekali membatalkan perjodohan itu sampai memintanya untuk berpura-pura hamil.
Dan sekarang, kenapa lelaki ini terlihat ingin sekali menjalankan perjodohan itu.
Mulut Bianca berkomat-kamit marah dengan lirikan tajam yang ia lemparkan pada Agam, tak jelas memang tetapi Agam bisa menerka yang dikatakan oleh Bianca itu, "Anjing lo!"
Kedua tangan Rendra terkepal kuat dengan muka memerah menahan amarah. Sebagai orang tua, pasti beliau tak akan terima jika anaknya dihamili orang diluar nikah.
Alena yang peka segera bangkit dari duduknya dan mendekati Rendra, dia mengusap-ngusap punggung sang suami untuk menenangkan. "Tak apa Ndra. Lagian, mereka kan akan segera menikah. Emang, kamu gak senang kalo kita akan segera mendapatkan cucu." beliau melirik kearah Bianca yang saat ini membulatkan mata.
"K-kayaknya harus ada yang perlu dijelaskan. Ini bukan seper--"
Ucapan Bianca terpotong dengan selaan dari Agam. "Kamu tenang aja, aku akan tanggung jawab, demi anak kita." ujarnya tenang.
"Apaan sih lo!" cebik Bianca dengan suara pelan hampir berbisik.
Rendra melunak, istrinya adalah satu-satunya pengendali saat dia sedang emosi atau marah. Dia menghela napas panjang. "Yaudah, pernikahan kalian akan digelar minggu depan."
Kaget? syok? tentu saja. Bianca tak menyangka jika pernikahannya dan Agam akan secepat itu. "Secepat itu pah? gak bisa diundur dulu?" protesnya.
"Diundur sampai kapan? mau tunggu anak itu lahir dulu?" imbuh Rendra menatap tajam Bianca membuat nyali gadis itu ciut dengan tatapan Ayahnya yang terkesan mengantimidasi.
"T-tapi--"
"Keputusan aku udah bulat! pernikahan kalian akan di langsungkan minggu depan!" tegas Rendra membuat hati Agam melegah.
Mendengar pungkasan dari Ayahnya, Bianca berdiri kasar dari duduknya, lantas menarik pergelangan tangan Agam entah kemana.
Ketiga manusia paru baya itu saling pandang.
***
Bianca menghempas pegangannya dipergelangan tangan Agam saat sampai dihalaman depan rumahnya.
Ditatapnya lelaki itu dengan tatapan marah. "Maksud lo apa sih?! kenapa lo gak bantu gue jelasin?!"
Agam bersidekap dada dan mengangkat bahu acuh. "Ngerepotin."
"Bukannya lo pengen banget ya perjodohan kita dibatalin?"
Bianca mendekat pada Agam dan menunjuknya tepat di dada lelaki tersebut. "Dan dengan lo gak jelasin semua kebohongan itu, itu akan membuat kita gak ada kesempatan untuk menggagalkan dan menghindar dari perjodohan itu!"
"Gue berubah pikiran."
Mendengar perkataan yang terkesan enteng dari mulut Agam itu membuat Bianca semakin marah. "Kenapa lo sampe berubah pikiran?! seharusnya kita kerja sama buat gagalin perjodohan itul!"
Agam hanya mengangkat alis tak peduli. Dia mengikis jaraknya pada Bianca membuat gadis itu mundur beberapa langkah dan tersandung pot bunga yang ada dibelakangnya.
Tubuhnya yang oleng hampir terjatuh itu langsung dengan sigap ditahan lelaki tersebut.
"Lo benci kan sama gue?"
"Benci! benci banget!" desis Bianca mengungkapkan betapa bencinya dia terhadap the king SMA Garuda ini.
Posisi keduanya masih sama dengan Agam menahan pinggang Bianca yang hampir terjatuh.
Berbeda dengan gadis itu yang menatap Agam dengan tatapan kebencian, Lelaki itu hanya menatapnya dengan muka datar dan tatapan dingin.
Saat gadis itu menegakkan badan, didetik yang sama pula Agam menarik pinggangnya semakin mendekat padanya, sehingga tubuh keduanya saling berdempetan.
Agam tersenyum miring dan mendekatkan wajahnya ke wajah Bianca hingga jaraknya tinggal dua centi.
Lelaki itu lalu berbisik tepat didepan wajah gadis itu, "Karena lo segitu bencinya sama gue, gue pengen buat lo tertekan tiap harinya dengan hidup bersama gue, cowok yang paling lo benci."
Bianca bergeming, dirinya mendadak jadi tak fokus. Dari jarak yang sedekat ini, dia dapat mencium aroma mint yang menguar dari mulut Agam saat lelaki itu berbicara. Gadis itu tak sadar jika tangan lelaki itu sudah bergerak perlahan naik menelusuri lengan hingga ke leher dan terakhir berhenti tepat di bibir.
Agam mengusap sensual benda lembut tersebut. "Bibir lo ini, akan gue nikmatin setiap saat kalo kita udah sah." ujarnya dengan suara berat berhasil membuat perempuan itu sedikit tersentak seakan baru terbangun dari tidurnya.
Bianca masih terdiam seribu bahasa, tubuhnya seakan terbelenggu oleh sentuhan dari Agam. "Dan, untuk tubuh lo.."
Bianca mendongak saat Agam menegakkan badan dan mundur satu langkah kebelakang. Lelaki itu melipat tangannya didepan dada seraya menatap Bianca dari bawah sampai atas.
"Walaupun tepos, tapi itu akan tetap jadi hak gue."
Mata Bianca membulat tak terima mendengar penuturan dari Agam yang meroasting tubuh bohay-nya.
"Tepos, tepos pala lo! montok gini!"
Agam tersenyum meremehkan. "Iyakah? coba pegang."
"Apa-apaan lo?!" teriak Bianca marah. Dia benar-benar marah mendengar perkataan Agam yang vulgar.
"Jangan teriak-teriak didepan calon suami, dosa."
"Calon suami bapak lo!"
"Bapak gue, calon mertua lo!"
Rasanya Bianca ingin menangis saja menghadapi lelaki ini, benar-benar menguras kesabarannya. Dia meremas jarinya menahan amarahnya yang menggebu-gebu.
"Bianca! sampai kapan kalian berdiri di situ?! ajak calon suami lo masuk!" itu panggilan Alena dari teras rumah.
"Calon suami." celetuk Agam.
Bianca menolehkan kembali pandangannya pada lelaki itu dengan raut marah tapi kelihatan imut dimata Agam.
Gadis itu kesal! sangat kesal juga marah dan emosi! dia berjalan kearah dalam rumah dengan amarah tertahan.
"Hati-hati jalannya! nanti anak kita kenapa-napa!"
Bianca kembali membalikkan badan masih sembari melangkah dan mengangkat jari tengahnya diudara untuk Agam.
Agam terkekeh kecil melihatnya.
...•TBC•...
...***...