Divine Gear: Nexus

"Apa kau masih mempermasalahkan hal yang dikatakan ayahmu tadi?."

Noelle menatap sinis Yuki karena perkataannya itu. Yuki pun tidak berani menatap wajahnya karena membayangkan dirinya akan benar-benar dihabisi oleh Noelle.

Suasana kembali menjadi cangung, angin lembut meniup pohon diatas mereka dan membuat suasana menjadi damai. Tanpa sepatah kata pun mereka hanya duduk bersebelahan tanpa berbicara sedikitpun. Yuki tidak bisa membiarkan suasana menjadi seperti ini dan dia mulai berinisiatif untuk memulai topik pembicaraan.

"Alasan mu menyerang ku tadi, apakah itu ada hubungannya dengan kematian ibumu?."

Noelle yang mendengar hal itu langsung mencengkram kerah baju Yuki dengan kuat. Tatapan penuh amarah terlihat dari matanya, Yuki merasa bahwa dia salah memulai topik dan berusaha untuk menenangkan Noelle.

"Jangan pernah ungkit masalah ibuku, kau hanyalah orang asing yang secara tidak sengaja dibawa oleh kakakku, seharusnya kamu sadar diri."

Yuki merasa terpukul dengan kalimat yang dilontarkan oleh Noelle. Ucapan yang benar-benar menusuk hatinya keluar dari mulut sang putri, tetapi Yuki juga merasa pantas mendapatkannya. Tidak seharusnya dia membahas masalah yang sensitif seperti ini pada Noelle.

Noelle melepas cengkraman nya, dan mengambil nafas panjang lalu menatap ke wajah Yuki. Tatapan mata yang awalnya penuh amarah kini berubah menjadi tenang, Yuki penasaran kenapa Noelle memandangi wajahnya.

"Ada apa?."

"Bukan apa-apa. Aku sedikit penasaran padamu."

"Penasaran?"

"Apa kau bukan berasal dari dunia ini?."

Yuki terkejut dengan pertanyaan Noelle. Dia bingung bagaimana untuk menjawabnya, jika dia mengatakan bahwa dia berasal dari masa depan keadaan mungkin akan berubah menjadi kacau. Saat Yuki hendak menjawab pertanyaannya itu, Theresa muncul dari belakang pohon dan mengejutkan mereka berdua.

"Wahh kalian sudah seperti sepasang kekasih."

"Kakak! Sejak kapan kau ada disitu?."

"Hahaha itu tidak penting. Yang terpenting adalah, salah satu pelayan mansion menemukan bekas noda darah di kamar Yuki dan salah seorang pelayan melihat adikku masuk ke sana, lalu dia mendengar suara teriakan. Sepertinya sedang terjadi sesuatu pada kalian berdua."

Tatapan Theresa yang awalnya biasa saja berubah menjadi serius. Yuki dan Noelle hanya saling pandang dan tidak tahu harus berkata apa, terlebih lagi, bagaimana mungkin Noelle bisa sebodoh itu tidak menyadari ada banyak pelayanan yang selalu mengawasi mansion ini.

"Apa maksud kakak?."

Theresa hanya melihat Noelle dengan senyuman yang terlihat jahat. Yuki merasa sedikit merinding dan berusaha untuk terlihat tenang agar Theresa tidak menanyainya, namun nampaknya Theresa justru menyimpan pertanyaan yang pasti akan dijawab oleh Yuki.

"Jangan pura-pura tidak tahu adikku sayang, atau mungkin aku harus bertanya pada penjaga mu ini? Karena seorang bawahan tidak mungkin berbohong pada atasannya kan?."

Yuki terpojok oleh kalimat yang dilontarkan Theresa. Mau tidak mau Yuki harus menjawab pertanyaan Theresa, sekilas dia melihat wajah Noelle yang tertunduk ketakutan, terbesit sesuatu di pikiran Yuki. Mungkin saja dia bisa sedikit menambahkan kebohongan untuk Theresa.

"Sebenarnya.... sebenarnya darah yang ada di kamar ku itu adalah.... bekas jahitan luka ku lepas dan darahnya merembes kemana-mana!."

Noelle terkejut tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Yuki. Yuki sengaja berbohong agar dirinya tidak terkena masalah, karena akan sangat memalukan jika seorang putri bangsawan melakukan hal keji seperti itu, terlebih kepada bawahan nya sendiri.

"Tepat disaat luka ku terluka nona Noelle datang dan dia berteriak panik ketakutan, mungkin itu yang pelayan itu dengar adalah teriakan nona Noelle yang panik dan teriakan ku yang terkejut karena nona Noelle tiba-tiba datang."

Mendengar ucapan Yuki, Theresa yang awalnya serius tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Noelle tidak habis pikir bahwa kakaknya percaya dengan cerita bodoh yang dibuat oleh Yuki. Namun Noelle juga tidak menyangka bahwa Yuki bisa memikirkan hal bodoh seperti itu disaat seperti ini, Noelle pun memperlihatkan sedikit senyumnya.

"Begitu ya, maaf karena sudah menakuti kalian. Aku hanya takut jika kalian berdua berusaha untuk saling membunuh, tapi ternyata aku terlalu paranoid."

"Nona Theresa hal seperti itu tidak mungkin terjadi, benar kan nona Noelle?."

Noelle mengangguk mengiyakan perkataan Yuki, Theresa pun tersenyum pada mereka berdua lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Yuki dan Noelle pun menghela nafas panjang karena berhasil mengelabui Theresa, namun tetap ada yang mengganjal di hati Noelle, kenapa Yuki melindunginya meski dia berusaha untuk membunuh Yuki.

"Kenapa kamu berbohong?."

"Karena akan gawat jika Theresa tahu kamu melakukan itu."

Noelle diam sejenak dan menyandarkan kepalanya ke pundak Yuki. Yuki terkejut dan berusaha agar Noelle tidak terlalu lama bersandar kepadanya.

"Apa aku boleh seperti ini sebentar saja?."

Yuki menganggukkan kepalanya dan membiarkan Noelle bersandar lebih lama di pundaknya.

"Terima kasih."