NovelToon NovelToon
Pengantin Bayangan

Pengantin Bayangan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perjodohan / Cinta Paksa
Popularitas:920.6k
Nilai: 5
Nama Author: sushanty areta

Sebuah permintaan mengejutkan dari Maria, mama Paramitha yang sedang sakit untuk menikahi Elang, kakak kandungnya yang tinggal di London membuat keduanya menjerit histeris. Bagaimana bisa seorang ibu menyuruh sesama saudara untuk menikah? padahal ini bukan jaman nabi Adam dan Hawa yang terpaksa menikahkan anak-anak kandung mereka karena tidak ada jodoh yang lain. Apa yang bisa kakak beradik itu dilakukan jika Abimanyu, sang papa juga mendukung penuh kemauan istrinya? Siapa juga yang harus dipercaya oleh Mitha tentang statusnya? kedua orang tuanya ataukah Elang yang selalu mengatakan jika dirinya adalah anak haram.

Mampukah Elang dan Mitha bertahan dalam pernikahan untuk mewujudkan bayangan dan angan-angan kedua orang tuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sushanty areta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tak biasanya

Mitha menyusuri trotoar menuju rumahnya. Tak peduli berapa kilometer yang dia butuhkan untuk sampai kesana. Udara pagi yang masih sejuk dan sinar matahari yang hangat mengiringi langkah panjangnya. Lunglai, tanpa semangat. Beberapa kali dia berhenti untuk sekedar duduk mengistirahatkan diri. Sekarang, disebuah taman kecil tengah kota yang sepi karena masih jam kerja, Mitha menangkup wajahnya penuh kesedihan.

"Mith." suara yang cukup familiar memutuskan lamunannya, refleks gadis cantik itu mengangkat kepalanya.

"Zahra." dan Zahra yang masih mengenakan seragamnya lantas memarkirkan motor maticnya disisi jalan. Gadis manis berjilbab hijau muda itu bergegas mendekat dan duduk disebelah Mitha.

"kok pagi-pagi udah disini Mith? ama siapa?" Zahra menjulurkan kepalanya menengok kanan dan kiri. Mencari-cari orang lain ditaman itu. Tapi tak ada siapapun kecuali dua orang tukang sapu yang menjalankan tugasnya membersihkan taman.

"Kenapa? ribut lagi ma suami kamu?" tanya Zahra lagi. Dia sudah tau kalau Mitha dijemput papanya di kost kemarin hingga kamar sebelahnya juga kosong sejak beberapa hari lalu.

"Ra, kenapa ya nasibku kayak gini banget?" air mata Mitha tumpah. Tak ada yang bisa dia sembunyikan dari Zahra. Berlahan gadis itu memeluk erat Mitha yang terus sesenggukan.

"Sabar ya Mith. Banyak berdoa saja. Mohon sama Allah agar kamu diberi kesabaran. Semua yang ada di dunia ini tidak ada yang kekal, demikian pula sikap kak Elang padamu. Yakinlah dia akan berubah nantinya."

"Makin hari dia makin kasar dan sering menghinaku Ra. Apa salahku jika aku dilahirkan....jadi anak haram?" Zahra menegakkan badannya.

"Anak haram?" ulangnya lagi. Mitha mengangguk dalam tangis pilunya.

"Siapa yang bilang begitu?"

"Kak Elang."

"Apa orang tuamu tau?"

"Tidak." Zahra menarik nafas penjang.

"Belum tentu semua itu benar Mith."

"Tapi aku memang bukan anak papa dan mama Ra. Tidak mungkin papa menikahkan aku dengan saudar kandungku sendiri."

"Aku yakin kamu punya orang tua genap Mith. Jangan-jangan kak Elang hanya berbohong padamu."

"Aku juga tidak tau." keluh Mitha penuh kesedihan.

"Sudah ya...jangan nangis terus. Ayo kuantar pulang. Nanti mama papamu bingung nyariin kamu. Takut anak gadisnya ilang. Uppss....lupa. Takut mantunya diculik orang." Zahra tertawa lepas dan mengajak Mitha berdiri. Setengah enggan, sahabatnya itu mengikutinya juga dan naik ke boncengan Zahra.

"Ra....."

"hmmmm."

"Apa kamu pernah merasa kesepian?" Zahra mengerem motornya, melambatkan lajunya dan membuka kaca helmnya. Dahinya mengkerut mendengar pertanyaan Mitha. Sebentar kemudian tawanya pecah.

"Sepi itu sudah jadi temanku sehari-hari Mith. Aku malah sudah bersahabat baik dengannya. Sejak kalian datang saja hidupku sedikit berwarna. Ada apa sih? Tumben-tumbenan tanya yang begituan?"

"Cuma tanya aja."

"oooo.." Mitha tau Zahra dan kisah hidupnya yang hidup sebatang kara. Kedua orang tuanya sudah meninggal sejak dia kelas satu SMA. Keluarga pamannya yang kemudia menyekolahkan dirinya hingga lulus SMA. Selepasnya, dia nekat menjual sawah milik bapaknya yang tidak seberapa untuk melanjutkan sekolah hingga lulus jadi perawat. Tentu saja dengan campur tangan paman dan bibinya juga kerja kerasnya diluaran.

"Mampir dulu Ra." Tak terasa mereka sudah sampai di depan kediaman Abimana yang luas dan megah.

"Enggg...lain kali aja ya Mith." tolaknya halus.

"Masuk bentar aja ya. Aku mau nitip sesuatu."

"Apaan?"

"Kunci kamar. Tolong nyalakan lampunya selama aku nggak pulang."

"idiiihh...takut hantu ya?"

"ya bukan gitu juga Ra. Biar aman aja." kilah Mitha. Padahal dia memang dasarnya penakut parah. Zahra mengalah dan ikut masuk ke rumah besar itu.

"Asalamualaikum om...tante." sapa Zahra begitu menyadari ada kedua orang tua Mitha diruang tamu. Abi sedang membersihkan bibir Maria dengan tissu saat Zahra dan Mitha datang.

"Walaikumsalam." balas keduanya berbarengan. Mitha segera menyalami Abi dan Maria bergantian seraya mencium punggung tangan mereka sopan. Maria menatapnya lekat dengan tatapan tak terbaca.

"Kamu cantik sekali. Kerja dimana sayang?" tanyanya ramah.

"Di rumah sakit Citraland tante."

"Udah lama?"

"Baru mau dua tahun tan."

" Duduklah. Ngobrol sama tante." Zahra menoleh ke arah Mitha dan dingguki sahabatnya itu. Mitha lalu bergegas ke kamarnya mengambil kunci kost nya.

"Udah lama kenal Mitha?"

"Lumayan tante. Dulu kami kerja bersama di Sabrina kue." bi Mimi membawakan orange jus dihadapan Zahra. Maria segera mempersilahkan dia meminumnya.

"Waahh...kamu rajin juga ya. Camtik lagi." puji Maria tulus. Entah kenapa wanita itu menyukai karakter Zahra yang manis.

"Terimakasih tan."

"Orang tuamu? apa mereka masih ada?" Abi mendongakkan kepalanya menatap aneh istri. Tak biasanya Maria bertanya sedetail itu pada teman-teman anaknya. Tapi melihat senyum istrinya, pria itu menjadi lebih tenang.

"Saya yatim piatu tan." kali ini tatapan Abi beralih pada Zahra. Gadis di depannya ini mungkin seusia Elang putrnya. Tapi terlihat sangat mandiri dan dewasa.

"Lalu tinggal dimana?"

"Saya kost di...." hampir saja Zahra keceplosan bicara jika dia kost disamping kamar Mitha jika tak ingat cerita sahabatnya itu soal dia yang dikatakan tinggal di asrama.

"Saya kost di jalan MT. Haryono tante."

"Papa tau tempatnya?" kali ini Maria bertanya pada Abi yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan keduanya. Tentu saja Abi tau tempatnya karena sudah beberapa kali kesana bersama Bian untuk menengok Mitha.

"Pa?"

"Ya."

"Tau nggak?"

"Tau. Mama mau apa sih?"

"Ya kapan-kapan kita main kesana." balas Maria lugas.

"Main? mamakan lagi nggak sehat?" kali ini Abi benar-benar dibuat bingung dengan istrinya itu. Tak biasanya Maria ingin ke tempat seseorang, apalagi cuma teman putrinya.

1
Santi
Luar biasa
Ds Phone
bahagia sampai lupa kawan
Ds Phone
apa kah dapat
Ds Phone
dah laki bini pangil yang manis aja
Ds Phone
muking betul dia cinta sama kamu
Ds Phone
nemang halal
Ds Phone
dah jadi laki apa lagi jalan terus
Ds Phone
nikah secara paksa
Ds Phone
betul betul jadi
Ds Phone
semua nya main paksa
Ds Phone
gila tu orang
Ds Phone
marah lah tu
Ds Phone
kawan baik nya
Ds Phone
bahagia sangat lah tu
Ds Phone
berita gembira tu
Ds Phone
ada ada aja yang nak di gaduh kan
Ds Phone
ya betul tu baik di lepas kan
Ds Phone
ada aja meraka ni
Ds Phone
sedih tak habis
Ds Phone
memang itu ke bahagian nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!