DING!!!
Tiba-tiba sebuah panel mengambang muncul di depan mataku. Awalnya aku tak tahu, apakah ini mimpi atau kematian. Setelah aku mencari tahu, layar apa yang berada di hadapanku ini.
Ternyata itu adalah Sistem, sama seperti cerita komik. Aku diberikan Sistem ntah siapa yang memberikan sistem ini. Namun, aku diajari untuk menjadi petarung yang hebat. Seiring berjalannya waktu, aku diajari cara bertahan hidup di jalanan.
Tak hanya itu saja, setiap aku melihat seseorang yang memakai bela diri. Aku dengan mudah mengikuti bela diri yang dipakai oleh orang itu. Seperti aku memiliki bakat peniru bela diri.
Namun itu semua malah mengundang diriku ke dunia perkelahian. Yang dimana aku harus berkelahi dengan para gangster dan berusaha untuk mendamaikan kotaku.
Meski aku adalah seorang pecundang, aku akan selalu berusaha berlatih dan menjadi yang terkuat. Karena aku adalah "PETARUNG TUNGGAL".
~~~~~
Langsung dibaca ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deva Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 - Solo Fighter
Episode 22 - CEO dan Pengawalnya
Sesampainya Dafa di sekolah tersebut, ia menyusuri koridor hingga sampailah ia di depan kantor sekolah tersebut. Karena sebelum masuk ke kelas, ia harus memberikan berkas-berkas yang diberikan oleh pria tua kemarin.
Dengan penuh percaya diri, Dafa membuka pintu tersebut dengan wajah tersenyum lalu masuk ke dalam. Tapi nyatanya, ternyata ada laki-laki asing yang bersama Dafa kemarin, sedang berbicara dengan beberapa guru lalu menunjuk Dafa yang baru saja masuk ke kantor.
"Dia anaknya, dia adalah anak teman direktur yang pindah. Mohon bantuannya bapak ibu sekalian," ucap laki-laki asing tersebut.
Dafa memasang wajah bingung lalu ditepis dengan laki-laki asing yang menepuk pundak Dafa.
"Ayo, aku antar ke kelasmu dulu," ucap laki-laki asing itu sembari menarik tangan Dafa lalu melambaikan tangan ke para guru dan keluar dari ruangan tersebut.
"Semuanya sudahku atur, tinggal kau sendiri yang mengerjakannya. Ngomong-ngomong, aku juga sudah mencabut namamu dari sekolahmu yang lama," kata laki-laki tersebut kepada Dafa.
"Heh! Kenapa dicabut? Nanti aku sekolah dimana?" tanya Dafa yang panik kebingungan.
"Sebentar lagi juga lulus, sekolah aja disini sampai selesai!" seru laki-laki itu.
"Iya juga," jawab Dafa.
Mereka berdua akhirnya sampai di depan kelas yang akan menjadi kelas Dafa. Dafa melihat ada beberapa anak yang nakal dan ada siswa pendiam di kelas itu.
Tak lama kemudian, seorang wali kelas wanita datang menemui Dafa dan menyapa laki-laki yang bersama Dafa.
"Anaknya saya bawa masuk ya," ucap wali kelas itu.
"Eh … iya. Baiklah, saya juga sedang ada urusan. Mohon bantuannya bu," sahut laki-laki itu lalu pergi meninggalkan Dafa.
"Ayo masuk. Kita perkenalan dulu sama teman-teman yang lain," ucap wali kelas itu kepada Dafa.
"Iya bu," jawab Dafa lalu masuk ke kelas mengikuti wali kelas itu.
...~~...
Di sebuah ruangan, tepatnya di kantor sekolah SMP 32. Beberapa guru sedang membicarakan seorang siswa pindahan yang tak lain adalah Dafa.
"Aduh! Ada-ada aja murid sekarang. Udah tau mau ujian, tapi orang tuanya main pindah sekolah. Mana itu ujian kelulusan lagi," ucap seorang guru laki-laki berkacamata, memakai baju dinas. Ia adalah Handoko, seorang waka kesiswaan.
"Yang penting mereka membayar toh. Kita tinggal urus semua berkasnya. Bayaran dari walinya juga gak main-main, seratus juta!" ucap seorang pria yang berdiri memakai baju dinasnya. Ia adalah Eri Supriadi, guru BK SMP 32.
"Ah sudahlah! Ngomongin uang nanti ujung-ujungnya kita semua malah nggak becus kerjanya," potong seorang guru laki-laki dengan pakaian olahraga. Ia adalah Jaenudin, seorang guru mata pelajaran olahraga.
...~~...
Di sisi lain, bukan di sekolah SMP 32. Sebuah mobil sedan berwarna hitam sedang menunggu lampu merah untuk berganti ke lampu hijau. Di dalam mobil itu ternyata adalah laki-laki asing yang membawa Dafa dan pria tua CEO.
"Bagaimana urusan anak itu?" tanya pria tua itu yang tak lain menanyakan Dafa. Namanya adalah Guntur Wijaya Kusuma, seorang CEO dari perusahaan Pluto.
"Sudah selesai, tinggal dianya saja yang melakukan hal itu," jawab laki-laki asing dengan logat Inggris. Dia adalah Edric Hugo, seorang pengawal pribadi milik CEO Pluto.
"Sebenarnya aku tak berharap lebih kepada anak itu, tapi apa kau sudah mencari data lengkap anak itu?" tanya Guntur.
"Ah … kalau itu saya sudah. Namanya Dafa, dia anak pertama dari keluarga Setyawan. Dia anak pertama dan memiliki satu adik perempuan yang bernama Angelina Putri." Edric mengambil ponselnya untuk melihat data Dafa.
"Selama dua tahun ini, Dafa bekerja sambilan untuk membayar biaya rumah sakit ibunya," lanjut Edric.
"Wah … anak yang berbakti," potong Guntur yang kagum dengan Dafa.
"Kita skip ke nama ibunya, karena ini belum terlalu penting bagi kita," sambung Edric.
"Tidak-tidak, itu penting," bantah Guntur.
"Hmm … namanya Sinta Putri Setyawati. Dia seorang buruh pabrik di perusahaan …." Tiba-tiba Edric menghentikan sejenak bicaranya, karena kaget melihat perusahaan tempat ibu Dafa bekerja.
"Eh … kenapa?" tanya Guntur yang bingung melihat Edric yang diam.
"Tidak-tidak, saya hanya kaget. Ibu Dafa ternyata bekerja di perusahaan kita sebagai cleaning service," jawab Edric.
"Benarkah! Pantesan pas lihat Dafa kayak dejavu gitu. Ternyata anaknya dia toh, ibu-ibu yang kerjanya paling bersih banget, kan?" ucap Guntur.
"Iya, ibu itu," sahut Edric.
"Lalu, ayahnya bagaimana?" tanya Guntur yang penasaran dengan ayah Dafa.
Edric yang melihat data diri milik ayah Dafa tak bisa berbicara sepatah katapun. Seperti sedang melihat sosok yang menyeramkan, sampai-sampai Edric tak berkutik dan langsung menutup ponselnya.
"Tak ada yang tau tentang ayahnya Dafa," ucap Edric sembari tertawa kecil. Keringatnya mulai menetes dari kening karena panik melihat sosok ayah Dafa.
"Yaudah, kalau begitu kita pergi ke rumah sakit. Tempat ibu Dafa dirawat, karena aku ingin menjenguknya," ucap Guntur.
"Baik Pak!" jawab tegas Edric lalu menancapkan gas dan melaju ke rumah sakit tempat ibu Dafa di rawat.
...#### Solo Fighter ####...