Melodious

Esok hari di sekolah..

Melodi tengah berjalan dengan tumpukan buku ditangannya. Ia baru saja dari perpustakaan meminjam beberapa buku. Saat melewati lapangan basket, ia melihat para anggota LP yang sedang istirahat setelah bermain basket.

Dio yang sedang minum, terkena sinar cahaya matahari. Membuat pemuda dingin itu tampak begitu bersinar. Mata Melodi tak lepas sedetikpun dari sosok Dio. Hingga ia menabrak pilar, dan jatuh tertimpa tumpukan buku yang ia bawa.

"Aah, siapa sih naruh tembok disini? Ganggu jalan orang aja" teriak Melodi kesal. Ia mulai mengambil bukunya dan menumpuk buku-buku itu kembali.

"Oey, dari loe belum masuk sini tuh tembok udah ada disana. Cewek aneh" sahut Daffin.

"Loe gak apa-apa kan Mel? Mau gue gendong?" goda Kenzi.

Yang lain hanya bisa tertawa melihat Melodi, sedangkan Dio masih tak berekspresi seperti biasanya. Bagaimana pun, Melodi tetaplah Melodi, gadis ceroboh yang selalu saja membuat ulah.

"Mmh... Kak Dio ganteng banget sih, bersinar, seksi, auw"

Ocehan Melodi itu malah membuat tawa para anggota LP semakin menggila. Dio bahkan tersenyum kecil karena hal ini, ia hanya bisa menggeleng menanggapi sikap konyol kekasihnya.

"Darimana Mel?" Tanya Dio berjalan menghampiri Melodi.

Tanpa sadar kaki Melodi menghentak dengan sendirinya, terkadang ia lupa jika Dio kini kekasihnya. Bahagia itu tak pernah berubah, masih sama hebohnya.

"Mel, bengong mulu" ucap Dio seraya menepuk jidat kekasihnya.

"Kak Dio, ganteng banget sih, aaahhh sukaaaaa"

"Mel, akhir pekan kita mau ndaki, mau ikut gak?"

"Kak Dio, cuma ngajak aku? Gak ngajak teman-teman ku juga?"

"Terserah kamu, aku maunya sama kamu" jawab Dio sambil mengambil alih tumpukan buku dari tangan Melodi. Ia berjalan lebih dulu, meninggalkan Melodi yang masih diam berpikir.

Gadis itu menanyakan alasan Dio mengajaknya. Ia tahu jika anggota LP memang sering naik gunung, mereka juga punya banyak teman disana. Itu adalah salah satu kegiatan LP yang tidak pernah Melodi ikuti. Sebenarnya para anggota LP juga penasaran, kini rasa penasaran mereka terjawab. Alasan Melodi yang tak pernah mengikuti kegiatan naik gunung mereka.

"Kak Dio, sebenarnya aku..."

"Jangan samakan aku dengan mantanmu. Udah sampai, masuk gih" sela Dio. Ia mengembalikan buku pada Melodi setelah mereka sampai didepan kelas gadis itu.

Belum sempat Melodi mengatakan apapun, Dio sudah berlalu pergi begitu saja. Gadis itu tersenyum dan masuk kedalam kelasnya.

Pulang sekolah....

"Kenapa sih hujan mulu kalau pulang sekolah, nyebelin" gerutu Melodi kesal.

"Gue anterin pulang yuk Mel" tawar Raga yang sudah berdiri tepat disamping Melodi.

"Hm.."

Melodi dan Raga menoleh ke arah deheman seseorang. Dio sedang berdiri sambil membawa payung ditangannya. Melodi sangat terkesan melihat pemandangan baru ini. Padahal Dio tak pernah membawa payung sebelumnya, tapi kini, pemuda itu terlihat mengagumkan bahkan hanya dengan memegangi payung.

"Kak Dio keren banget tau gak"

"Mau ketempat les kan? Ayo"

"Raga, gue duluan ya, byee"

Melodi dan Dio pergi berlalu lebih dulu, para murid tak melepaskan pandangan mereka sedetikpun. Bahkan para fans LP sudah memfoto kejadian langka ini dan memposting nya ke sosial media. Karena sikap manis Dio yang jarang terlihat, membuat sosial media fans LP sangat ramai dibanjiri komentar.

Para fans LP memang sudah tak asing dengan sosok Melodi. Ia selalu ada dimanapun saat LP melakukan konser. Berdiri paling depan dan selalu bersemangat. Sebagian fans LP juga berharap Melodi bisa meluluhkan hati Dio yang dingin.

"Kak Dio, kenapa sih suka naik gunung?"

"Cari inspirasi buat musik Mel, coba dengerin deh" jawab Dio. Ia memakaikan headset pada telinga Melodi, memutarkan instrumen musik yang masih belum sempurna. Walau belum sempurna, Melodi sangat terkesan mendengarkan musik itu.

"Gimana Mel?"

"Bagus Kak Dio, ada perasaan didalamnya. Kak Dio jangan sampai terluka ya" ujar Melodi seraya mengelus tangan Dio. Bagi seorang musisi, tangannya sama berharganya dengan nyawa. Karena jika tangannya terluka, musik bisa saja tak sempurna.

"Ada apa Mel?"

"Kata Lisa dan Karina, musisi itu banyak pacarnya ya Kak? Kan mereka suka pergi keluar kota, pasti..."

Perkataan Melodi terpotong kala Dio mengecup singkat bibirnya. Kilauan petir tiba-tiba menyambar, Melodi menatap mata Dio. Ia menarik pundak Dio dan memulai ciuman itu. Beberapa waktu berlalu, keduanya terhenti dan kembali saling memandangi.

Napas Melodi sudah naik turun, jantungnya berdebar sangat kencang. Ia mencoba menarik Dio kembali, tapi pemuda itu menghentikannya dan menggeleng. Dio mencoba menahan tawanya, Melodi terlihat sangat lucu.

"Mm.... Kenapa?"

"Kamu itu lucu, jangan dipaksa, nanti jantung kamu meledak loh"

"Aaah Kak Dio apa'an sih, gak lucu"

"Udah ah berangkat, benerin tuh wajahnya, belepotan"

Sontak saja Melodi mengambil bedak di tasnya, wajahnya memang terlihat sedikit kacau. Walau begitu, ia sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama Dio.

"Mel, jika nanti aku pergi, apa kau mau menunggu ku?"

"Emangnya Kak Dio mau pergi kemana? Jauh? Lama gak? Nanti kalau aku kangen dimana? Kenapa harus pergi sih?"

Dio tertawa mendengar rentetan pertanyaan dari kekasihnya itu. Melodi terus mendesak Dio agar menjawab pertanyaannya, tapi pemuda itu memilih fokus menyetir tanpa menjawab satu pertanyaan pun.

Hingga mereka sampai ditempat les Melodi, Dio masih tak mengatakan apapun.

"Ah, Lisa dan Karina" celetuk Melodi seraya menepuk jidatnya. Ia memandangi langit yang masih gelap dan hujan deras dari dalam gedung. Ia benar-benar lupa akan sahabat nya sejak Dio hadir dalam kehidupannya.

Disisi lain...

Lisa dan Karina sedang menggerutu kesal didalam mobil Daffin. Untungnya Dio meminta bantuan Daffin sebelum pergi bersama Melodi. Meskipun begitu, Lisa dan Karina masih kesal karena Melodi meninggalkan mereka begitu saja.

"Si Melodi nih ya, kesel banget gue" ujar Lisa.

"Coba kalau Kak Dio gak ngajak dia, pasti kita gak bakal ditinggal" seru Karina.

"Kalian mau ikut gak? Kita mau naik gunung" sela Daffin ditengah perbincangan para gadis.

"Apa?" Teriak Lisa dan Karina bersamaan. Mereka tak yakin dengan apa yang mereka dengar. Padahal Daffin tahu benar itu adalah tempat yang terlarang untuk Melodi datangi. Bisa-bisanya para lelaki itu memiliki pemikiran untuk mengajaknya kesana.

"Kak, Melodi bisa terguncang" ucap Karina.

"Kalau kalian terus menghindar, akan ada banyak hal yang Melodi takuti. Dio tidak mau kekasihnya menjadi penakut"

"Loe ngomong apa sih Kak? Emangnya Melodi kelihatan penakut? Nih ya, dia itu, hm... mm..."

"Udah lah Lis, cowok mana bisa ngerti" potong Karina.

"Bagus kan kalau kalian ketemu sama para brengsek itu lagi. Dio bakal selalu jagain Melodi, kita juga akan bantu dia buat jagain Melodi"

Lisa dan Karina menghembuskan napasnya kasar, mereka tak bisa mengerti apa yang ada dipikiran para lelaki. Tapi jika ini bisa menghilangkan ketakutan Melodi, mereka tentu mau membantu. Lagipula, Melodi tak merasa nyaman jika dekat dengan orang baru. Bayangan menakutkan itu selalu muncul dalam benaknya.