PROSES REVISI TYPO DAN TANDA BACA!!!
Jin Lien adalah seorang Jenderal Muda yang sangat berbakat. Di usianya yang ke-21 tahun, dia telah menyelesaikan banyak misi berbahaya.
Jin Lien dibesarkan oleh Kakeknya yang saat ini telah menjadi pensiunan Militer. Dia sedari kecil telah dididik dengan cara militer hingga membuatnya menjadi Jin Lien yang saat ini. tidak hanya mempelajari Strategi Militer tapi juga mempelajari Ilmu kedokteran. di waktu luangnya dia juga mempelajari cara menjadi pengusaha sukses, puisi, Kaligrafi. karena itulah, Jin Lien tidak memiliki banyak teman, dia hanya bergaul dengan rekan sesama Prajurit.
Suatu hari, dirinya menjalankan misi yang akhirnya merenggut nyawanya, dan hari itu juga dirinya yang tidak pernah tersenyum, untuk pertama kalinya menampakkan senyum manis nan tulus.
..
Saat membuka matanya lagi, Jin Lien tidak berada di tempat yang seharusnya. melainkan di Jaman dan Masa yang berbeda serta di dalam gendongan seorang Pelayan yang menangisi seorang Wanita cantik yang tidak lagi memiliki Napas.
Dia menebak jika dirinya yang sekarang merupakan seorang bayi yang berusia 1 tahun dan memiliki nama yang sama dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Askaori, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AGA 22
"Si*laaaaaan, begitu banyak pembunuh dan mereka tidak berhasil membunuh si idiot dan anak kecil yang masih tiga tahun.." Zhao Zhi Chu sangat marah, jika saja Jin Lien tidak mendapat dua kijang, bisa dipastikan jika dia yang memenangkan sebagian wilayah dibagian barat Kerajaan Nancheng.
"Yang mulia tenanglah! Masih ada kesempatan sampai hari ulang tahun kaisar dan kita bisa mengambil kesempatan.."
"Ya kau benar Sun.."
"Harap yang mulia beristirahat dan jangan terlalu dipikirkan..."
"Baik..
....
"Gege apa kau yakin mengirim pembunuh untuk membunuh adik bungsu dewa perang?"
"Aku sangat yakin Meimei.."
Ming Su Yue hanya bisa menghela napas. Mungkin saja di sekitar bocah tiga tahun itu ada penjaga yang selalu bersamanya..
"Tidak masalah, sekarang yang jadi prioritas kita adalah menarik perhatian Putra Mahkota.."
Mendengar apa yang dikatakan adik perempuannya, Ming Su Ren dibakar api cemburu.
Dia langsung menarik Ming Su Yue kedalam pelukannya dan menciumnya dengan kasar.
Ciuman kasar tersebut tentu dimengerti oleh Ming Su Yue jika kakaknya itu sedang cemburu.
Dia tidak melawan dan malah menikmati ciuman tersebut dan membalasnya. Lidah Ming Su Ren menginfasi isi mulut Ming Su Yue mengabsen semua.
Lidah keduanya saling terjerat hingga Ming Su Yue mengeluarkan desahan jika dia semakin menikmati ciuman dari kakak kerajaannya.
Jika saja kalau bukan kebutuhan oksigen, Ming Su Ren tidak ingin melepas ciuman mereka.
"Jangan menyebut nama pria lain jika aku tidak menyebutnya! Mengerti?"
"Yue mengerti. Gege kau harus bertanggung jawab karena kau membangunkan keinginanku.."
"Baiklah! Aku juga tidak sabar ingin memakanmu.."
Segera Ming Su Ren menggendong adik perempuannya menuju kamar dan mulai bermain dan saling memuaskan.
Teriakan kenikmatan terus terdengar hingga membuat prajurit milik mereka memerah.
Keduanya tidak menyadari jika sosok kecil sedang menonton aksi keduanya sembari memakan keripik kentang yang entah dia dapat dari mana.
"Hehehehe adegan menggairahkan, beruntung aku sudah berpengalaman menonton adegan seperti itu tanpa membangkitkan keinginanku.."
"Master, aku bahkan ragu jika kau memiliki keinginan s*ksual seperti itu. Aku sudah sering melihatmu menyaksikan adegan seperti itu tapi anda sama sekali tidak terpengaruh.."
Wajah Jin Lien seketika menjadi datar mendengar apa yang dikatakan Lotus kecil.
Hei, dia adalah gadis normal hanya saja dia terlalu mahir mengatur emosi dan keinginan batinnya..
"Kau berisik Lotus kecil. Apakah didalam dimensi ada benda yang bisa membuat aku merekam BF di depanku?"
"Tunggu sebentar! Seperti benda seperti itu ada di sudut tertentu.."
Jin Lien memiliki tanda keringat jatuh di keningnya.
"Master, aku menemukan handycam yang baru saja kau beli sebelum hari di mana anda tertembak.."
Bibir Jin Lien membentuk seringai begitu mengetahui jika ada handycam yang ditemukan Lotus kecil..
Dia segera melambai pelan dan mengeluarkan handycam tersebut dan mulai merekam BF yang ditontonnya secara live.
Hingga di sampingnya muncul sosok tampan yang disebut sebagai paman Jun.
"Lien kecil, apa yang kau lakukan?"
"Hehehe merekam pertunjukan panas di bawah sana paman.."
"Eeh?"
Jin Lien memutar kepalanya dan mendapati paman Jun yang sedang tersenyum.
"Lanjutkan kegiatanmu iblis kecil! Tapi paman penasaran dengan benda di tanganmu.."
"Baik, ini disebut handycam dapat merekam momen apa saja.."
"Paman mengerti.."
Dan begitulah mereka merekam dan sekaligus menonton adegan panas. Tapi mengejutkan karena paman Jun tampak biasa saja seolah adegan di depan matanya hanyalah pertunjukan biasa..
...
Ye Hong Zhuang segera ingin menghampiri Jin Lien tapi dia bertemu Niu'er yang baru saja dari halaman milik Jin Lien.
"Niu'er?"
Niu'er menyapa Ye Hong Zhuang dengan sopan karena Ye Hong Zhuang lebih tua darinya.
"Ya Gege?"
"Apa yang dilakukan Lien'er di halamannya?"
"Lien'er tidak ada di halamannya Gege, dia tadi mengatakan padaku jika dia akan pergi menonton pertunjukan. Aku bahkan tidak tahu pertunjukan apa itu.."
Ye Hong Zhuang mengangguk mengerti dan mengajak Niu'er ke halamannya.
"Bisakah aku meminta bantuanmu?"
"Katakan saja Ge! Aku ini adik perempuanmu. Kalau aku bisa membantu, akan ku bantu.."
"Ikut aku ke halamanku dan aku akan menjelaskannya.."
"Baik.."
Keduanya berjalan beriringan hingga sampai di halaman milik Ye Hong Zhuang.
Mereka langsung menuju ruang belajar Ye Hong Zhuang. Ye Hong Zhuang segera memberikan berkas pada Niu'er.
"Coba kau baca!"
Niu'er mengambil berkas tersebut dan mulai membacanya. Alisnya mengerut saat mendapat masalah yang tertulis.
"Jadi prajurit kerajaan Zhou ini sudah 2 tahun menyusup dan membuat perkemahan di hutan hujan yang tidak jauh dari perbatasan dan itu di wilayah kita.."
"Tepat dan lokasi tersebut di rencanakan oleh Lien'er untuk melatih pasukannya. Mereka sudah dua tahun berada di sana dan pastinya sudah menguasai medan di hutan hujan itu.."
"Hmmp, ini rumit. Berdasarkan data di sini, jumlah mereka ada lima ribu prajurit.."
"Itu masalahnya.."
Niu'er tersenyum aneh dan memandang Ye Hong Zhuang sejenak lalu kembali mengalihkan pandangannya ke berkas di tangannya.
"Ini memang rumit, tapi Gege tenang saja. Ini hanya lima ribu pasukan, aku dan Lien'er yang akan turun tangan sendiri.."
"Seberapa yakin kau Meimei.."
"Sangat yakin, beri aku dan Lien'er seminggu.."
"Tapi ini perjalanannya sangat jauh.."
"Gege tenang, kami memiliki cara kami.."
"Baiklah, satu Minggu.."
"Baik.."
...
Jin Tian hanya bisa menjatuhkan rahangnya dengan wajah merona merah.
Dia menatap tak percaya pada Jin Lien yang sedang menikmati cemilan sambil menonton adegan dewasa seperti itu..
"Lord tertinggi apa kesalahan yang pernah aku lakukan? Lihatlah! Anak perempuanku malah menikmati adegan dewasa di depannya.."
Jin Tian ingin menangis tapi air matanya tidak bisa keluar.
"Kakak Ipar, apa maksudmu?"
"Lihatlah sendiri!"
Jin Tian segera memberikan cermin ilusi pada Mu Jing Yu. Saat melihat sesuatu di cermin ilusi, dia hanya bisa melotot horor..
"Oh tidak, kemana kepolosan Lien kecilku.." dia bahkan hampir tidak bisa menahan keinginannya, tapi saat mengingat jika mata Jin Lien telah ternodai, segera keinginannya itu menghilang entah kemana.
Hingga beberapa saat kemudian mata Mu Jing Yu menyipit.
"Kakak ipar, apa kau mengenal sosok di samping Lien kecil?"
Jin Tian segera melihat kearah cermin ilusi dan dia mengangguk.
"Dia paman Niu'er.."
"Astagaaa kenapa dia malah membiarkan Lien kecil menonton pertunjukan tidak senonoh itu dan dia juga malah ikut-ikutan.."
Segera Jin Tian berteriak frustasi dan ingin segera membawa anaknya itu dan mengurungnya agar tidak mengotori matanya yang masih polos.
"Ayah, paman. Kalian kenapa?" Suara gadis kecil memenuhi pendengaran keduanya. Segera keduanya mengembalikan cermin ilusi seperti semula.
"Tidak apa-apa, hanya saja kami agak frustasi saat mengamati Biaomei mu yang saat ini matanya telah ternoda.." Jin Tian menjawab dengan ambigu membuat Mu Ye Ran memiringkan kepalanya tak mengerti.
"Lalu apa yang kau lakukan di sini Ran'er?"
"Ran'er butuh pencerahan..."
"Pencerahan?"
"Ya ayah, sudah dua hari Ran'er merasa akan menerobos tapi itu sangat sulit.."
Mu Jing Yu dan Jin Tian memandang gadis kecil di depan mereka.
"Kau akan memasuki tahap pemula?"
"Uhm.."
Mu Jing Yu dan Jin Tian tersenyum dan mengatakan pada Mu Ye Ran agar tidak terburu-buru..
"Tidak perlu terburu-buru, kau harus mengkonsolidasikan Kultivasimu dulu baru bisa maju ketahap berikutnya.."
"Bagaimana caranya paman Tian?"
"Paman akan melatihmu dan gegemu.."
"Baik.."
"Pergi beritahu Chen'er jika besok pagi, paman akan melatih kalian.."
"Baik.."
Mu Ye Ran akhirnya pergi membuat Mu Jing Yu dan Jin Tian menghale napas lega.
"Untung saja Ran'er tidak melihatnya.."
"Ya kakak ipar.."
...
Setelah kepergian Niu'er, Ye Hong Zhuang mendesah lelah.
Pikirannya kacau beberapa hari ini, dia agak tidak tenang melihat kedekatan Jin Lien dengan Zhao Zhi Kun. Tidak hanya itu, bahkan Niu'er juga terkadang sibuk dengan Feng Zhixing.
"Kenapa aku merasa ditinggalkan?"
Terlalu malas larut dalam frustasinya, dia segera berdiri dari posisin duduknya dan menuju halaman Ye Han Hui.
Ketika sampai di halaman Ye Han Hui, segera Ye Hong Zhuang mengetuk pintu.
"Masuk.."
Ye Hong Zhuang segera masuk dan memandang ayahnya yang sedang membaca sesuatu.
"Zhuang?"
"Ayah, bisa temani aku bermain catur?"
"Kemarilah!"
Ye Han Hui mengeluarkan papan catur ya dan menaruh di atas meja. Dia memberikan bidak putih pada Ye Hong Zhuang dan kemudian mulai bermain.
Sambil bermain, Ye Han Hui mulai membuka pembicaraan.
"Ada apa denganmu Zhuang?"
Ye Hong Zhuang meletakan salah satu bidaknya di tempat yang kira-kira strategis.
"Ayah, akhir-akhir ini aku merasa jika Niu'er dan Lien'er meninggalkanku.."
Ye Han Hui menatap anak kesayangannya itu dengan aneh..
"Apa maksudmu?"
"Ya, Lien'er sibuk dengan pangeran idiot dan Niu'er sibuk dengan Feng Zhixing dan aku ditinggalkan sendiri.." Ye Han Hui hanya bisa tersenyum geli dan melanjutkan meletakan bidak miliknya.
"Itu wajar, karena kau baru merasa memiliki adik perempuan dan mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing jadi kau merasa di tinggalkan. Perasaan yang kau rasakan sekarang mengatakan jika Lien'er dan Niu'er adalah adikmu dan tentu dia milikmu kan?"
"Ya ayah.."
"Dengar, kau harus menghilangkan perasaan kepemilikan itu, mereka bukan barang dan mereka punya kehidupan mereka sendiri. Cukup dengan mengingatkan mereka agar mereka berhati-hati.."
"Tapi ayah.."
"Tidak ada tapi-tapian! Dunia ini luas, jika mereka dewasa, mereka pasti ingin melihat dunia yang luas ini dan tidak hanya berada di kerajaan Nancheng saja. Kau juga begitu, kelak kau akan memiliki istri dan ayah berharap kau akan mencintainya dan mempercayainya.."
"Baik. Aku mengerti ayah.."
"Anak baik.."
"Apapun yang mereka lakukan asal itu membuat mereka bahagia, aku tidak akan melarang mereka. Walau suatu saat nanti, mungkin mereka akan pergi, aku juga tidak boleh menghalangi mereka.."
....
Jin Lien telah puas menonton adegan panas dan langsung kembali ke kediamannya dengan bahagia.
Hingga suara Niu'er menghentikannya.
"Meimei.."
"Ya Jiejie.."
"Lima ribu prajurit kerajaan Zhou sedang berkemah di hutan hujan yang kau rencanakan ingin melatih prajuritmu.."
Jin Lien seketika menjadi datar. Dia segera menarik Niu'er memasuki kediamannya dan menuju kamar.
"Sudah berapa lama?"
"Dua tahun, aku mengatakan pada Gege untuk tidak khawatir dan kita berdua akan mengurus mereka.."
"Hehehe Jiejie kau cerdas.."
"Tentu saja. Lalu dari mana saja kau?"
"Menonton adegan panas sepasang kakak beradik.."
"Astagaaa Lien'er, kau itu masih kecil.."
"Cih, Jiejie tapi itu seru.."
"Terserah, tapi lain kali ajak Jiejie juga!"
"Siap.."
Keduanya asik mengobrol dan bercanda.
"Jiejie, ayo pergi sembuhkan putri perdana menteri kiri!"
"Tapi Jiejie masih kesal.."
"Ayolah, dia sembuh dengan kehilangan ingatannya sudah merupakan hukuman berat loh.."
"Hmmp, nanti malam Jiejie akan pergi menyembuhkannya.."
"Master, jari-jari nyonya bergerak.."
"Oke, aku akan masuk.."
Segera Jin Lien mengajak Niu'er memasuki dimensi Lotus dan menuju di mana Mu Xue terbaring.
Keduanya menatap penuh harap dan cemas pada sosok cantik yang masih belum membuka matanya.
"Kakak Tian.." sontak Jin Lien dan Niu'er bahagia mendengar ibu mereka berbicara meski itu agak serak dan matanya masih tertutup.
Tapi kegembiraan mereka langsung hilang saat menyadari jika ayah mereka telah tiada.
"Jiejie aku takut ibu akan sedih jika mengetahui.."
"Sssst, bukankah kita memiliki firasat jika ayah baik-baik saja.."
"Ya, tapi bagaimana menjelaskannya pada ibu jika ibu bangun.."
Kelopak mata Mu Xue bergetar pelan hingga terbuka dengan pelan. Dia menyesuaikan cahaya yang memasuki penglihatannya kemudian memindai sekelilingnya..
"Ibu kau akhirnya bangun.." sontak Niu'er dan Jin Lien memeluk Mu Xue.
"Di mana ini?"
"Ibu, anda berada di dalam dimensi pribadi Lien'er.." Mu Xue mengalihkan pandangannya pada gadis kecil yang berusia tiga tahun..
Mu Xue merenung hingga mengernyitkan dahinya.
"Bukankah aku sudah meninggal dan Lien'er ku juga.."
"Ibu, aku waktu itu hampir meninggal tapi entah bagaimana aku terbangun dan mendapat kecerdasan serta dimensi pribadi. Penjaga dimensi pribadi Lien'er mengatakan jika ibu belum meninggal dan hanya perlu dibaringkan di atas es abadi.."
Mu Xue akhirnya sadar dan melihat tempat di mana dia terbaring. Dia memalingkan wajahnya dan menatap Niu'er.
"Ibu.." Niu'er telah dipenuhi air mata..
"Kau memanggilku ibu?" Saking senangnya, suara Mu Xue bergetar.
"Ya, ayah mengangkatku menjadi anak.."
Mendengar Niu'er menyinggung masalah ayah, Jin Lien segera kabur.
"Ibu, aku akan mengambil air untukmu.."
Mu Xue mengangguk dan memandang Niu'er.
"Lalu di mana ayahmu?"
"Ibu, anda baru saja bangun, sebaiknya istirahat dulu.."
"Niu'er ada apa? Cepat ceritakan?"
"Ibu, tolong jangan sedih setelah aku menceritakan apa yang terjadi selama 2 tahun terakhir ini.."
Mu Xue mengangguk dan Niu'er mulai menceritakan tanpa mengurangi dan menambah cerita.
Mu Xue merasa sedih tapi itu hanya sesaat. Dia dengan panik mengeluarkan kotak dari udara kosong.
Dia membuka kotak tersebut dan melihat batu yang bersinar terang. Dia akhirnya bernafas lega.
"Ibu apa itu?"
Bertepatan dengan Mu Xue ingin menjelaskan, Jin Lien muncul dan memberikan Mu Xue minum.
"Ibu minum dulu.."
"Terimakasih Lien'er.."
"Ibu tidak perlu berterimakasih, sudah menjadi tugas Lien'er sebagai anak.." Mu Xue terharu dan kembali memeluk Jin Lien.
Dia mengira jika dia telah kehilangan anaknya, siapa sangka jika Lord tertinggi masih menyayangi mereka.
Mu Xue melepaskan pelukannya dari Jin Lien dan mulai menjelaskan tentang batu bersinar itu..
.....
Jangan lupa Like' dan komennya ges. Kasih bintang juga ya..
Jaa ne
ga bosen 👍👍👍
sehat kah? kok lama nggak update perjalanan terakhir
ayo lanjut...
kapan dilanjut perjalanan terakhirnya...
beda dari yang lain