Novel Noda Merah Pernikahan adalah webseries Novel Pertama yang tayang di Genflix dengan judul "Cinta Albirru" yang dibintangi oleh Michelle Joan dan Kiki Farel.
Zeya gadis yatim piatu yang terpaksa karena keadaan membuat dirinya terjun ke dunia hitam menjadi seorang wanita penghibur.
Suatu hari tanpa di duga ia bertemu dengan seorang pria yang bernama Albirru anak seorang ustad.
Tak lama berkenalan Albirru mengajak Zeya menikah, Zeya yang memang ingin bebas dari dunia hitam menerima tawaran Albirru untuk menikah dengannya walaupun hanya secara siri.
Belum genap setahun pernikahan mereka, Zeya harus menerima kenyataan jika suami yang ia harap dapat membimbingnya menjadi wanita yang lebih baik ternyata telah menikah lagi dengan jodoh dari kedua orang tuanya.
Apakah yang akan Zeya lakukan. Apakah ia bisa menerima pernikahan suaminya.
Siapkan sapu tangan dan tisu. Novel ini akan banyak menguras air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Toko Roti Bunda Zeya
Tiga bulan kemudian
ALLAH AKAN MENGHAPUS PERASAANMU TERHADAP SESEORANG JIKA IA TAK LAYAK BERADA DIHATIMU
Setelah satu bulan merenovasi gedung, akhirnya Zeya dan ibu Nur sudah memulai usahanya. Toko roti sekaligus kafe ini telah berjalan selama dua bulan.
Toko roti itu diberi nama toko roti bunda Zeya. Nama itu disepakati mereka bertiga.
Toko Roti Bunda Zeya akan terlihat ramai di pagi hari. Banyak para ibu-ibu dan anak sekolah membeli roti buat sarapan.
Zeya selalu melayani pembeli dengan senyuman, sehingga dalam satu bulan berdiri telah banyak pelanggannya.
Azril akan datang jika tidak banyak pekerjaan diperusahaannya. Ia telah tampak makin akrab dengan Zeya.
"Selamat sore bunda Zeya," ucap Azril
"Mas Azril buat kaget aja."
"Kamu melamun, ya?"
"Siapa yang melamun, mas."
"Kenapa kaget, lamunkan siapa? Aku ... ?"
"Mas geer, siapa yang lamunkan mas Azril?"
"Siapa tau kangen? Karena udah seminggu aku tak datang."
"Mas bisa aja. Mas udah sarapan. Aku tadi ada buat nasi goreng, mas mau?"
"Nanti aja, ini pelanggan masih banyak. Aku bantu layani dulu ya," ujar Azril melihat pelanggan yang mulai berdatangan.
Para pelanggan sangat menyukai roti buatan Zeya karena rasa yang enak tapi dengan harga sangat terjangkau. Ibu-ibu itu banyak membeli buat bekal ke sekolah anak-anak mereka.
Azril dan Zeya melayani dengan senyum yang selalu terkembang dari bibir mereka.
"Saya senang belanja di toko roti ini karena bunda Zeya yang cantik dan ramah. Ternyata suaminya juga ramah dan genteng," ucap salah seorang pelanggan.
Azril dan Zeya saling berpandangan mendengar ucapan ibu itu. Zeya hanya tersenyum pada pelanggannya menanggapi ucapannya.
Setelah pelanggan sunyi, Zeya pamit meninggalkan Azril, ia lalu mengambil nasi goreng dan teh hangat buat Azril.
"Mas Azril, makanlah. Pasti lapar. Mas belum sarapan, kan?"
"Belum, terima kasih ya."
Zeya duduk dihadapan Azril. Ia mengambil buku catatan laporan keuangan harian.
Sambil memasukan nasi goreng ke dalam mulutnya, mata Azril terus mengawasi Zeya.
Zeya, semakin hari rasa ingin memiliki kamu itu semakin besar. Walau aku telah mencoba menepis dan menghilangkan rasa ini, tapi aku tak bisa. Rasa ini selalu menggangguku.
"Siang nanti kita ke klinik tante Febby, ya."
"Aku periksa kandungan di bidan dekat sini aja, mas."
"Kenapa .... "
"Jauh jika harus ke klinik tante Febby. Satu jam perjalanan."
"Aku yang menyetir, kamu hanya duduk dengan manis." Azril tersenyum setelah mengucapkan itu.
"Aku nggak enak harus tinggalkan toko roti."
"Hanya sekali sebulan, kan. Kamu nggak mau tau jenis kelamin anak-anakmu."
"Aku pengin banget, mas. Tapi aku malu harus merepotkan mas terus."
"Aku tak pernah merasa kamu repotkan."
"Tapi aku banyak berhutang budi dengan mas. Aku takut tak bisa membalas semua kebaikan mas."
"Aku ikhlas melakukan semua itu. Aku tak mengharapkan balasan."
Aku hanya ingin kamu membalas cintaku suatu saat nanti.
"Tapi .... "
"Apa lagi, Zeya. Jangan terlalu sungkan. Kita bukan baru kenal."
"Baiklah, mas."
"Nanti jam satu setelah makan siang kamu siap-siap. Aku pamit sebentar. Terima kasih nasi gorengnya. Enak banget."
"Hati-hati," gumam Zeya.
"Apa ... aku tak dengar." Azril bukannya tak dengar, tapi ia ingin Zeya mengucapkannya dengan lebih keras. Ia senang mendengar ucapan itu.
"Kamu nggak dengar?" tanya Zeya.
"Nggak," ucap Azril sambil menahan senyum.
"Aku tadi cuma bilang, kamu hati-hati."
"Baiklah, Zeya. Aku akan berhati-hati untukmu, agar bisa kembali dengan selamat dan sehat," ucap Azril dengan senyum terkembang.
Wajah Zeya memerah menahan malu mendengar ucapan Azril. Ia langsung menunduk.
"Aku pamit, kamu juga hati-hati. Jangan capek."
Azril meninggalkan toko roti itu dengan wajah yang ceria. Tampaknya ia sangat senang.
.....................
Jam satu siang Azril menjemput Zeya. Setelah menitipkan toko roti itu, Zeya langsung berangkat. Zeya saat ini tinggal di toko roti itu bertiga dengan dua orang karyawan lainnya.
Sebelum ke klinik Azril mengajak Zeya mampir ke sebuah kafe. Ia ingin makan siang terlebih dahulu.
Azril memesan makanan buat mereka berdua. Zeya sudah jarang merasakan mual. Hanya sesekali saja.
Saat sedang asyik menyantap makanan, pandangan Zeya tertuju pada sepasang suami istri paruh baya yang baru masuk ke kafe.
Zeya menyembunyikan wajahnya dengan menunduk, ia melihat kedua mantan mertuanya.
Azril yang melihat tingkah aneh Zeya, bertanya pada wanita itu.
"Ada apa, kenapa kamu kelihatan ketakutan?"
"Mas ... Apa kamu udah selesai makan, kita bisa pergi segera."
"Baiklah, ayo .... "
Azril yang menyadari jika Zeya lagi bersembunyi melindungi wanita itu dengan tubuhnya.
Sampai di dalam mobil Zeya menarik nafas sedalam-dalamnya.
"Ada apa, Zeya?" Azril kembali bertanya ketika mobil mulai meninggalkan kafe itu.
"Aku melihat Abi dan Umi suamiku."
"Suami apa mantan suami." Azril tampak tak suka Zeya mengatakan suami.
"Aku nggak tau, mas. Apakah pernikahanku masih sah atau aku saat ini telah sah berpisah. Aku nanti akan bertanya pada Ustadzah."
"Apa saat ini kamu telah siap berbagi cerita mengenai suamimu dan kenapa kamu kabur darinya."
"Baiklah,mas. Aku telah menganggap mas seperti sahabat, tak ada salahnya aku berbagi."
Azril menepikan mobilnya, karena Zeya tak ingin ia tak konsentrasi jika menyetir sambil mendengar ceritanya.
Sahabat ... sampai saat ini kamu masih menganggap aku hanya sahabat. Padahal aku ingin lebih dari sahabat. Tapi tak apalah, jika kamu mau bercerita itu sudah jauh lebih baik. Berarti saat ini kamu telah mulai percaya padaku.
Zeya menceritakan awal ia berkenalan dari Albirru. Ia juga tak malu mengatakan pekerjaannya. Air matanya tampak mulai turun membasahi pipinya.
Lalu Zeya mengatakan tentang pernikahan kedua suaminya. Dan sejak saat itulah rumah tangganya mulai tak harmonis.
"Jadi suami kamu menikah lagi tanpa minta izin terlebih dulu denganmu."
"Aku sudah tanya dengan Ustadzah, tak apa jika seorang pria menikah tanpa izin istri pertama."
"Walau dalam agama dibolehkan, tapi sebagai suami seharusnya ia menanyakan padamu terlebih dahulu, apakah kamu sanggup dan mengizinkan ia menikah lagi. Coba seandainya ia yang diduakan, apakah ia rela. Laki-laki dan wanita tak ada yang rela jika harus berbagi cinta."
"Aku sadar posisi aku, mas."
"Apa karena kamu bekas wanita penghibur ia anggap kamu tak memiliki hati dan perasaan."
"Tapi bagaimanapun, mas Albirru yang membawa aku keluar dari lembah hitam itu."
"Membawamu pergi dari lembah hitam dan menjatuhkan kamu ke lembah penderitaan. Apakah itu bisa dikatakan baik."
"Nggak apa, mas. Aku ikhlas dan rela atas apa yang pernah ia lakukan.Tapi untuk berbagi cinta lagi aku tak sanggup. Aku mundur dari pada terus menyakiti hatiku sendiri."
"Lebih baik begitu, menzalimi diri sendiri juga dosa. Kamu juga berhak bahagia. Jadi Albirru suamimu tak tau tentang kehamilanmu."
"Nggak, mas."
"Sudahlah, lupakan saja semuanya. Mulailah dengan kehidupan baru. Kamu juga berhak bahagia. Mungkin ia ditakdirkan singgah dihatimu sesaat. Yakinlah pelangi akan hadir setelah hujan. Dan jangan pernah menjadi pelangi bagi orang yang buta warna. Apapun yang kamu lakukan tak akan ada artinya bagi orang yang tak pernah menghargai kehadiran dirimu."
Zeya akhirnya tersenyum setelah mendengar ucapan Azril. Mereka meneruskan perjalanan menuju klinik tante Febby.
Bersambung
*****************
Terima kasih