Tidak disarankan untuk yang masih dibawah umur.
Berawal dari kos-kosan campuran yang kutempati. Kisah kasih terjadi di sana.
Mulai dari Ibu kos yang cerewet, suka gosip tapi baik. Sampai ada penghuni baru yang menurut temanku tampan.
Lalu bagaimana menurutku??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andiyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nggak Jadi Makan di Kafe
Setelah puas main di pasar malam, kami pergi ke sebuah kafe.
Aku tak perlu risau mengenai uang untuk makan di kafe ini. Karena Pipit bilang dia yang akan mentraktir aku.
Tapi ternyata Pipit malah meninggalkan tasnya di toilet yang ada di pasar malam.
Dia pun akhirnya kembali ke pasar malam untuk mengambil tasnya bersama dengan pacarnya menggunakan mobil Andri.
Aku menunggunya di kafe ini berdua dengan Andri.
"Mau pesan apa?" tanya Andri yang memegang buku menu.
"Aku mau pesan.."
"Tisa! Kamu Tisa kan?!!"
Aku mendongak mendengar seseorang menyebut namaku.
Mataku membulat mendapati pria yang berusia kisaran tiga puluhan itu berdiri di depanku.
Gawat!! Kalau dia di sini, berarti Ayah juga di sini kan?!!
Aku mengedarkan pandanganku mencari keberadaan Ayah.
"Iya, benar! Kamu Tisa! Ngapain kamu di sini? Ayahmu sedang mencarimu!" ucap pria itu lagi. "Dia sedang ada di parkiran sekarang."
Dia memencet benda pipih di tangannya dan menempelkannya di telinga.
"Halo Pak?"
Gawat! Dia menelfon Ayah!! Sebelum Ayah ke sini, aku harus segera kabur!!
"Ayo kabur Ndri!!" Aku meraih tangan Andri dan menariknya agar segera berlari.
"Tisa! Mau kemana kamu!!" pria itu juga berlari mengejarku.
"Tisa, kenapa kita lari darinya?! Siapa dia?!" tanya Andri yang ngos-ngosan karena berlari.
Aku dan Andri bersembunyi di balik tempat sampah besar yang ada di belakang kafe.
"Siapa dia?! Kenapa kamu lari darinya?! Apa kamu punya hutang sama dia?!" tanya Andri lagi.
"Ssstt!! Nanti saja tanya jawabnya!!"
"Atau jangan-jangan, dia mantan pacar kamu?!"
"Ngawur kamu!! Dia itu sekretaris Ayah aku!! Kalau dia di sini, berarti Ayah juga di sini! Aku nggak mau Ayah sampai melihatku!!"
"Memangnya kenapa kamu lari dari Ayah kamu?!"
"Ck! Ssh!! Kamu bisa diam sebentar nggak sih?! Nanti kita bisa ketahuan!!" ucapku kesal karena Andri terus saja mengoceh.
"Tapi--"
"Ssstt!!" Aku membekap mulut Andri saat melihat sekretaris Ayah.
Aku langsung menarik Andri untuk jongkok, menyembunyikan tubuhnya dibalik tempat sampah.
"Mana?! Katanya Tisa ada di sini?!" itu suara Ayah.
"Dia sudah lari Pak!" jawab Pak Rio, sekretaris Ayah.
"Kenapa kamu biarin dia lari?! Aish!! Dia pasti masih belum jauh dari sini!! Ayo kita cari dia!!"
Mendengar kaki mereka menjauh, aku bernafas lega.
Aku melepas tanganku dari mulut Andri.
"Kenapa kamu lari dari Ayah kamu?" tanya Andri lagi. "Memangnya apa yang sudah kau perbuat?!"
"Tisa!!"
Aku menoleh mendapati Pak Rio berdiri tak jauh dariku.
"Pak, Tisa ada sini!!" teriaknya lagi.
"Ayo kita kabur dari sini!!" ajakku pada Andri.
"Kita harus naik apa?!! Mobilku kan dibawa sama Pipit!!" sahut Andri.
Aduh, iya!! Aku lupa!!
Aku sumringah melihat sebuah taksi yang menurunkan penumpangnya.
"Itu, ada taksi!!" tunjukku dan menarik tangan Andri. Aku berlari menghampiri taksi itu.
Tapi taksi itu sudah keburu jalan.
Aku terbelalak melihatnya. Aku segera berlari kencang.
"Tunggu Pak!!" teriakku.
Duk!
"Aww!!" Aku malah tersandung dan jatuh.
"Kau tidak apa-apa?!" Andri membantuku bangun.
"Jangan pedulikan aku!! Kejar dan hentikan saja taksinya!!" teriakku menyuruh Andri.
Dengan cepat Andri berlari. "Pak, tunggu Pak!!"
Aku juga berlari menyusulnya.
Akhirnya Andri berhasil menghentikan taksi itu.
Aku dan Andri segera masuk ke dalam taksi itu.
"Jalan Pak!!" ucapku pada supir taksi.
"Hah hah hah!" Aku berusaha mengatur nafasku yang ngos-ngosan.
Tadi itu hampir saja!
"Kamu tadi jatuh. Apa lutut kamu luka?!" Andri menyentuh lututku.
"Aww!! Sshh!" Aku menepis tangan Andri ketika dia menyentuh lututku.
"Sepertinya luka! Apakah sangat sakit? Kamu sampai gemetar seperti ini!"
"Ya iyalah aku gemetar! Aku belum makan dan lapar, malah dibuat lari-lari kayak barusan!" sahutku.
Tririring!
Pipit menelfonku.
"Halo Pit?"
[ Halo. Kamu dimana Tis? Kok di kafe nggak ada?! ]
Rupanya Pipit sudah sampai di kafe yang tadi.
"Aku pulang!!"
[ Lah! Kok malah pulang sih?!! ]
"Tadi ada Ayah di sana!! Jadi aku lari!"
[ Terus Andri? ]
"Andri juga ikut lari.
________
"Pesan dua piring ya Bang!" ucapku pada penjual ketoprak.
Andri duduk di kursi di sampingku. Kami memutuskan untuk makan ketoprak di dekat kosan.
Untuk mobil Andri yang dibawa Pipit, katanya nanti dia akan mengembalikannya.
"Jadi, kenapa tadi kamu lari dari Ayah kamu?" tanya Andri.
Aku bergeming tak menjawabnya.
"Kalau nggak mau cerita juga nggak papa kok!" ucap Andri lagi.
Aku hanya menghela nafas mendengar ucapan Andri.
Kemudian kami makan dalam diam. Aku memakan ketoprak itu dengan lahap karena perutku sudah keroncongan.
"Tisa, ada makanan di pipi kamu!" Andri menunjuk pipinya sendiri untuk memberitahu bahwa ada makanan di pipiku.
Aku meraba pipiku sendiri.
"Bukan di situ!!" ucap Andri. "Tapi di sini!!" dia kembali menunjuk pipinya sendiri.
Aku kembali meraba pipiku. Tapi tak menemukan sisa makanan yang menempel di pipiku.
"Sini, biar aku aja!" tangan Andri terulur hendak mengambil sisa makanan yang menempel di pipiku.
"Eits!!" Aku segera mencegah tangan Andri. "Biar aku sendiri!!"
Aku mengeluarkan hp dan mengaca pada layarnya. Terlihat ada sisa makanan yang menempel di pipiku. Aku pun segera mengambilnya.
________
"Gimana aku bisa tahu kalau itu anak aku?!! Bisa aja itu anak orang lain! Kamu kan ngelakuinnya bukan cuma sama aku!!"
Aku baru membuka pagar kosan ketika Mbak Lina ribut dengan seorang cowok.
"Tapi yang keluarnya di dalam itu cuma kamu!!" teriak Mbak Lina.
Cowok yang diteriaki Mbak Lina adalah Restu, cowok yang waktu itu dipukuli.
Andri tiba-tiba menepuk pundakku.
"Jangan ikut campur lagi urusan Mbak Lina. Langsung masuk aja ke dalam kamar," ucap Andri.
Aku mengangguk menjawabnya. Melewati Mbak Lina yang masih bertengkar dan masuk ke kamar.
"Kamu harus tanggung jawab sama aku!!" teriak Mbak Lina lagi.
"Aku nggak mau!! Itu pasti bukan anak aku!!"
"Restu!! Mau kemana kamu!! Restu!!!" Mbak Lina berteriak diiringi suara langkah kakinya yang berlari.
Setelah itu kos-kosan kembali sunyi.
Aku memainkan hpku sambil berbaring di kasur.
Tring!
Sebuah pesan masuk dari nomor baru. Aku membuka pesan itu. Ternyata itu foto-fotoku waktu di atas bianglala tadi.
Tring!
Pesan baru masuk lagi dari nomor barusan.
[ Nomorku tolong disimpan ya. Andri. ]
[ Oke. ] Aku mengirim balasan ke Andri.
Tok tok tok!
Pintu kamarku diketuk oleh seseorang.
Siapa malam-malam begini?!
Aku bangkit membuka pintu kamar.
"Andri? Ada apa?" Aku mengernyit mendapati ternyata Andri yang mengetuk pintu kamar.
"Ini plester. Kamu tadi kan jatuh, pasti luka." Andri menyodorkan sebuah plester.
"Makasih ya." Aku mengambil plester itu dan menutup pintu kamar tanpa basa-basi lagi.
________
Hari ini aku shift siang. Aku mendapati pintu kamar Mbak Lina setengah terbuka ketika hendak berangkat kerja.
Aku terbelalak mendapati Mbak Lina terkapar di lantai kamarnya.
Segera aku masuk ke kamarnya.
"Ya Allah, Mbak Lina!!"
Darah tergenang di bawah Mbak Lina yang terkapar.
BERSAMBUNG
semangat terus buat berkarya 🥰