Khanza dan Roland, sepasang insan yang saling mencintai, Karena Fitnah, Roland menyakiti Khanza, saat Roland menyadari kesalahannya, dia sudah terlambat, Khanza telah pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Paham
Assalamualaikum
Ketemu lagi di sini
Terima kasih para readears semua😘
"Perjalanan waktu yang cukup panjang, tak merubah sikap seseorang, jika seseorang itu tidak merubahnya sendiri."
By Rajuk Rindu
💖💖💖💖
Sejak Roland tidak menyukai Khanza terlalu dekat dengan Andra, Khanza berusaha sedapat mungkin untuk tidak berintraksi di luar kantor dengan Andra, jika pun dia harus bepergian dengan Andra, maka dia akan membawa salah satu atau dua orang karyawan lain untuk membersaminya.
Tiga tahun setelah Khanza berkecimpung di perusahaan Agnis, membawa perubahan yang segnifikan, karena kepiawaannya Agnis Girls menjadi salah satu perusahaan yang diperhitungkan oleh perusahaan-perusahaan lain, banyak perusahaan yang menginginkan bisa bekerjasama dengan Agnis Girls, desain baju-baju yang dibuat khanza telah melambungkan nama Agnis Girls dan namanya juga, hingga melanglang buana ke beberapa mancanegara.
Agnis kembali ke Jakarta, kemudian membuka beberapa cabang anak perusahaan di beberapa kota, dan tetap menjadikan Khanza sebagai direktur utama di perusahaan induk, sebuah mobil mewah Porsche Cayman keluaran terbaru, seminggu yang lalu di serahkan ke Khanza, sebagai penghargaan atas prestasinya , sedikit pun Khanza tidak merasa curiga, kalau ini semua permainan cantik Agnis untuk menyingkirkan Khanza dari kehidupan Roland.
Bahkan Khanza berkali-kali mendapat penghargaan dari rekan-rekan bisnisnya, karena pekerjaannya sangat memuaskan. keberhasilan Khanza dalam mengukir karir, tidak membawa perubahan sedikitpun pada sikap Roland, dia masih tetap seperti batu karang yang tak tergoyahkan.
Roland tetap memperlakukan Khanza dengan sangat kasar, apa bila dia melakukan kesalahan, bahkan Roland tidak pernah mau tahu dan menerima apapun alasan Khanza.
Tiga tahun sudah, Khanza belajar menerima dengan ikhlas semua perlakuan Roland, Dia menyibukkan diri dengan karirnya. Sehingga dia tidak sempat memikirkan semua perbuatan Roland terhadapnya, dia tetap jadi istri Roland yang romantis di mata orang-orang diluaran saja.
Hari ini jadwal kerja Khanza padat sekali, beberapa pertemuan yang harus dihadirinya.
"Makan dulu Khan!." Andra menyodorkan nasi kotak.
"Tanggung sedikit lagi." ujar Khanza sambil terus memainkan jari-jemarinya di atas keyboard.
"Ini udah pukul dua lewat, dah lewat banget makan siangnya." Ucap Andra melirik arlojinya.
Khanza tidak menggubris ucapan Andra, dia terus saja mengetik abjad demi abjad, berusaha merampungkan power point untuk presentasi besok. Dia tidak ingin presentasinya gagal dan mengecewakan Agnis yang sudah berandil dalam mengembangkan karirnya.
Andra berdiri dan mendekati meja Khanza. dari tadi pagi Khanza berkutat duduk di depan laptopnya.
"Sini ku kerjakan." Andra menarik laptop Khanza
"Aku aja." ucapkan Khanza sambil kembali menarik lagi laptopnya. Karena saling tarik menarik, Khanza terpeleset, hampir saja laptopnya jatuh.
"Upsss!!." secara bersamaan Khanza dan Andra menyanggah dengan tangan, hingga wajah mereka beradu. sangat dekat.
"Maaf!." Andra segera menyingkir, debaran jantungnya terasa sangat kencang, begitu tatapan matanya beradu dengan mata Khanza.
Akhirnya Khanza mengalah, rasa lapar dan lelahnya sudah tak bisa diajak kompromi, Dia pun menyerahkan laptopnya, Andra memang sangat perhatian, selalu ada bila saat dibutuhkan. Andra memang teman yang bisa dihandalkan.
Khanza membuka kotak makanan yang bertulisan selamat menikmati, setelah mencuci bersih tangannya, tercium tempura dan shabu shabu makanan kesukaannya, yang biasanya Khanza menyantap bersama Roland di Restoran "Matsugen", Ebisu.
Andra memperhatikan Khanza yang sedang menikmati makanannya, karena lapar sampai lupa basa basi. Andra tersenyum tipis melihat Khanza yang makan tergesa-gesa.
"Pelan-pelan Khan, ntar keselek." ujar Andra sambil menyodorkan air mineral.
Khanza tersipu malu, baru menyadari kalau ada seseorang yang memperhatikannya. Dia pun cepat-cepat meneguk air mineral. Selesai makan Khanza kembali ke depan laptopnya.
Tak terasa azan magrib sudah bergema, Khanza melirik arlojinya jam menunjukkan pukul 18.30. Diapun istirahat sholat magrib, kemudian meneruskan pekerjaannya.
Khanza melirik beberapa tumpukan berkas di atas meja, yang belum sempat disentuh tangannya. Dia menarik napas panjang kemudian melepasnya pelan-pelan. Sepertinya dia harus lembur beberapa hari lagi.
Andra sedang bersiap-siap pulang, dia memasukkan laptopnya ke dalam tas. dilihatnya Khanza masih membolak-balik beberapa berkas yang ada di depannya.
"Khan!, pulang yuk." ajak Andra
"Duluan ge, aku bentar lagi, paling sepuluh menit lagi selesai." kata Khanza sambil merapikan berkas di depan.
"Serius!, gak takut sendiri."
"Gak!, jangan nakut-nakutin ah." ujarnya sembari memukul pundak Andra dengan map yang ada di tangannya.
Andra memutuskan menunggu Khanza menyelesaikan bahan presentasinya, dia tak tega meninggalkan Khanza sendirian, Andra menarik kursinya memposisikan diri di sebelah Khanza. paling tidak dia menjadi teman ngobrol Khanza, semua karyawan lain sudah pulang, paling yang tinggal hanya pak satpam di depan.
Akhirnya kerjaan Khanza selesai juga, jam menujukkan pukul 21.50 belum terlalu malam. Khanza mematikan laptop, membereskan berkas-berkas yang belum sempat disentuhnya, kemudian memasukkan ke dalam tasnya.
Klik….Tiba-tiba lampu mati, Khanza melompat memeluk Andra, dia sangat takut dalam kegelapan, Andra merasakan tubuh Khanza menggigil. hingga tak tega untuk melepaskan pelukannya. Debar jantung Andra semakin kencang, semoga saja Khanza tidak mendegarnya, batin Andra, dia merogoh sakunya dan mengambil gawainya.
Dengan berbekal cahaya dari gawainya, Andra keluar dari ruangan kerja sambil berpegangan tangan. Khanza hanya menurut tanpa bicara. begitu mereka sampai ke halaman depan lampupun hidup, spontan Khanza melepaskan genggaman tangan Andra. untung ada Andra, andai dia sendiri, mungkin sudah pingsan di ruang kerja.
Andra masuk ke mobilnya, dia melihat Khanza turun lagi dari mobil dan memeriksa ke belakang, Andra pun ikut turun.
"Kenapa Khan!," Andra ikut memeriksa ban mobil Khanza, ternyata kempis.
"Naik mobilku." ajak Andra
"Ta-tapi tak searah And, kasian kamunya bolak balik." tolak Khanza.
"Aku order go car aja." lanjut Khanza.
"Gak usah." ujar Andra sambil merampas hape Khanza.
Khanza pun akhirnya nurut diantar Andra, mereka meluncur, setelah menelpon mobil derek agar menjemput mobil Khanza di bawa ke bengkel.
Dua ratus meter meninggalkan kantor terlihat di dapan jalan sana banyak kerumunan orang. setelah di tanya ke salah seorang yang mutar balik, ternyata ada truk kecelakaan, terbaring di medan jalan. Sehingga kendaraan tidak bisa lewat.
Tiga puluh menit menunggu, tidak ada tanda-tanda kemacetan usai, Andra pun memundurkan mobilnya, putar arah.
Khanza melirik arloji untuk kesekian kalinya, jarum jam menunjukkan pukul dua puluh tiga lewat sepuluh menit. itu artinya jika putar balik akan sampai ke apartement satu setengah jam lagi.
Dia harus memberitahu Roland tentang hal ini, Khanza pun mengambil gawainya di dalam tas. baru saja dia menekan perintah panggil, hapenya mati, Khanza membuka tasnya mencari power bank tapi tak ketemu, bukannya tadi di cas di kantor, berarti dia lupa mengambilnya.
"Dra!, pinjam hapemu." Khanza mencuil pundak Andra. Andra pun mengambil hapenya di saku celana dan menyerahkan ke Khanza.
Khanza menekan tombol pencarian kontak, tidak ada nama Roland. yah.. buat apa juga Andra nyimpan nomor Roland, Khanza menyerahkan kembali hapenya.
"Kenapa? gak jadi?." tanya Andra.
"Gak ada nomornya."
"Pindahkan dari hapemu."
"Kalau hapeku hidup ngapain pinjam hapemu."
"Yah... mana tahu dirimu habis pulsa." Andra tertawa melihat wajah Khanza yg cemberut.
Khanza menyandarkan kepalanya ke kursi, dia menguap berkali-kali, dia ngantuk dan capek, tidak sempat lima menit dia sudah terlelap.
Laju mobil sedikit berkurang, Andra tidak ingin tidur Khanza terganggu, volume musik pun diperkecil, dilihatnya wajah Khanza, masih terlihat sangat cantik, walaupun tergurat kelelahan.
"Kau wanita yang sangat cantik, apa aku harus merebutmu dari lelaki itu." batin Andra. Setelah tiga tahun bersama Khanza akhirnya dia mengetahui kalau Roland adalah suami Khanza.
Apakan Andra akan melakukan niatnya, yuk ikuti di Part berikutnya.
💖💖💖💖
Para readears kece, author butuh dukungannya dengan cara tekan like, kasih komen, hadiah dan votenya ya
Terima kasih.
hiks... hiks...
terimakasih thor, sukses selalu
anakx Ranti miece