Mengejar Cinta Nona Muda

Mobil yang di kendarai Kiran memasuki kawasan yang sepi. Ya daerah itu memang jarang di lalui sama kendaraan umum. Suasana sejuk sudah terasa.

Kiran membuka sedikit kaca mobilnya. Dia membiarkan udara yang ada di sana masuk ke dalam mobilnya. Tak berselang lama mereka sampai di sebuah rumah yang sangat unik menurut dirinya.

" Pagi nona, selamat datang nona" sapa seorang lelaki yang mungkin seumuran dengan Daddy-nya.

" Pagi Pak"

" Mari masuk, saya akan memperkenalkan rumah ini sama nona"

Kiran dan Darren mengikuti langkah kaki bapak itu. Saat pertama masuk mereka sudah di sambut sama ruang tamu yang cukup besar. Di sana juga sudah ada sofanya. Dilihat dari bentuknya saja sofa itu sudah terlihat mewah dan berkelas. Sudah pasti bahannya sangat berkualitas.

Puas dengan ruang tamunya, mereka beranjak ke ruang keluarga. Kiran juga suka dengan desain dan juga permainan warna di dinding rumah itu. Emang sangat cocok di bilang untuk ruang keluarga. Tidak hanya itu, dari sana juga bisa melihat kolam berenang yang sangat besar.

Kiran membuka pintu kaca yang terhubung langsung ke kolam berenang itu. Di dinding tembok juga di tanam berbagai tumbuhan tropis, menambah kesan sejuk dan juga nyaman di sana.

" Kamu suka?" tanya Darren.

" Hhmm"

" Aku juga suka"

" Nggak ada yang nanya"

" Aku cuma bilang apa yang aku rasakan tentang rumah ini. Ternyata kamu pintar juga memilih rumah"

" Tentu saja " kata Kiran dengan bangga.

Mereka melanjutkan kembali mengelilingi rumah itu. Sekarang mereka pindah ke lantai dua. Di lantai itu ada dua kamar, dan satu ruangan kosong. Ruangan kosong itu terserah mau di pakai untuk apa nantinya.

" Kamu akan pakai ruang kosong ini untuk apa?" tanya Darren.

" Mungkin untuk ruang kerja"

Mereka melihat kamar utama yang ada di lantai dua itu. Kamar itu sangat luas, tempat tidurnya juga berukuran king size. Kiran melihat kamar mandi dan juga walk in closet yang ada di kamar itu.

" Kamar ini sangat luas dan juga kita bisa melihat pemandangan yang ada di dibelakang rumah dari atas balkon" kata bapak itu menjelaskan pada Kiran.

Kiran berjalan menuju balkon, ternyata benar. Dia bisa melihat keindahan alam yang ada di sana. Kiran sudah tidak sabar ingin tinggal di rumah barunya, pagi-pagi dia bisa menghirup udara segar dari atas balkon.

" Rumah ini sangat cocok untuk pasangan pengantin baru seperti anda nona"

Kiran dan Darren kaget mendengar ucapan Bapak itu. Tapi ada rasa senang dalam hati Darren mendengar ucapan Bapak itu.

" Apa kami terlihat seperti pengantin baru ya Pak?" tanya Darren.

" Ia tuan. Apa saya salah?"

" Tentu saja tidak! justru tebakan bapak benar. Kami baru menikah dua hari yang lalu" kata Darren sambil memeluk Kiran.

Kiran langsung menginjak kaki Darren.

" Aww.." rintih Darren.

" Makanya jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan" kata Kiran.

" I-istri anda galak juga ya tuan"

" Itu bentuk rasa cintanya sama saya Pak"

Bapak itu hanya menganggukkan kepalanya.

Berarti saat istriku mukul aku pake sapu kemarin, itu bentuk rasa sayangnya juga dong. batin Bapak itu.

Darren menarik tangan Kiran menuju tempat tidur yang ada di sana. Kemudian mereka duduk di sisi tempat tidur.

" Kenapa kamu bawa aku kesini?" tanya Kiran.

" Aku ingin merasakan empuknya kasur ini berdua ama kamu"

Wajah Kiran langsung merah seperti kepiting rebus. Ingin rasanya dia menghilang dari sana. Ucapan Darren tadi sungguh membuatnya malu.

Sedangkan bapak itu hanya menahan tawanya mendengar ucapan Darren tadi. Ia teringat masa-masa saat pertama menikah dulu dengan sang istri.

" Ki-kita ke tempat lain saja Pak" kata Kiran sambil beranjak dari tempat tidurnya. Darren dengan setia mengekor di belakang.

" Dasar pengantin baru" gumam Bapak itu.

Setelah selesai melihat lantai dua. Mereka kembali ke bawah. Sekarang mereka akan melihat dapur dan juga ruang makan.

Lagi-lagi kedua sejoli itu takjub melihat dekorasi ruang makan dan dapurnya. Darren langsung membayangkan Kiran masak di dapur itu. Suasana seperti itu membuat dia senyum-senyum sendiri.

" Kamu kenapa senyum-senyum kek gitu?"

" Lagi bayangin kamu masak " jawab Darren.

Kiran melongo mendengar jawaban Darren. Bisa-bisanya lelaki itu membayangkan hal seperti itu. Kemudian dia terpikir saat di duduk di atas kasur tadi. Jangan-jangan dia memikirkan hal-hal yang aneh juga?Kiran menggeleng-gelengkan kepalanya.

" Kamu kenapa?" tanya Darren yang melihat Kiran menggeleng-gelengkan kepalanya.

" Pergi! jangan dekat-dekat aku"

Darren kaget mendengar ucapan Kiran yang naik beberapa oktaf. Begitu juga dengan Bapak itu.

" Pak, istri saya kenapa tiba-tiba teriak-teriak kek gitu?" tanya Darren.

" Mungkin istri anda kerasukan tuan"

" Ke-kerasukan?"

" Ia tuan"

" Maksud bapak apa? istri saya kerasukan apa?"

" Setan penunggu dapur ini kali tuan"

" Bapak jangan ngaco, mana ada setan siang bolong begini?"

" Beneran tuan. Tadi nona baik-baik saja, tapi pas berada di dapur ini dia teriak-teriak"

" Terus bagaimana cara mengeluarkannya Pak"

" Sembur pake air putih tuan"

" Hah! sama air putih?"

" Ia tuan, seperti di film-film gitu"

Kiran hanya diam saja melihat kedua lelaki itu berbicara. Dia tidak menyangka Darren akan percaya sama hal-hal takhayul seperti itu.

" Kalian berdua sudah bicara ngawurnya?" tanya Kiran.

" Eh, kamu sudah sadar?"

" Dari tadi aku juga sadar! kalian berdua tu yang kerasukan setan" kata Kiran sambil berlalu meninggalkan Darren dan bapak itu.

" Gara-gara bapak nih istri saya jadi marah"

" Kok saya sih tuan"

" Ia, coba aja Bapak nggak ngomong hal aneh-aneh kek tadi" kata Darren sambil pergi menyusul gadisnya.

Darren bingung mencari gadisnya. Ia tidak menemukan dia dimana pun. Namun matanya menangkap sosok yang berdiri di bawah pohon besar. Ia tersenyum melihat gadisnya sedang melihat pemandangan yang ada di sana.

Gadisnya terlihat sangat cantik di saat rambutnya panjang terurai itu bergoyang karena tertiup angin. Sungguh ciptaan Tuhan yang sempurna. Dia berjalan menghampiri gadisnya itu.

Kiran mendengar langkah kaki yang mendekat kearahnya pun menoleh. Rasa kesalnya kembali lagi setelah melihat siapa yang datang menghampirinya.

" Ngapain kamu ke sini?"

" Liat pemandangan lha"

" Ya udah liat sendiri, aku mau ke sana dulu"

Darren menahan tangan Kiran. " Temani aku"

Kiran mendongak menatap wajah Darren. Seketika jantung Darren berdegup kencang melihat wajah Kiran yang sangat dekat dengannya.

" Lepasin!"

" Nggak akan"

" Saya mau ke sana"

" Temani aku, please?"

Entah kenapa Dia tidak tega melihat Darren memohon seperti itu padanya. Kiran menghela nafasnya. " Baiklah, tapi lepaskan dulu tangannya"

Darren melepaskan tangan Kiran. Mereka berdua pun menikmati pemandangan yang indah itu berdua, tanpa ada yang menggangu kedua insan itu.

To be continue.

Udah up dua nih. Bagi kopi untuk Darren dan Kiran boleh dong 🤭

Happy Reading 😚😚