NovelToon NovelToon
ADOPSI YANG MENJADI OBSESI

ADOPSI YANG MENJADI OBSESI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:456
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

Ia ditemukan di tengah hujan, hampir mati, dan seharusnya hanya menjadi satu keputusan singkat dalam hidup seorang pria berkuasa.

Namun Wang Hao Yu tidak pernah benar-benar melepaskan Yun Qi.

Diadopsi secara diam-diam, dibesarkan dalam kemewahan yang dingin, Yun Qi tumbuh dengan satu keyakinan: pria itu hanyalah pelindungnya. Kakaknya. Penyelamatnya.
Sampai ia dewasa… dan tatapan itu berubah.

Kebebasan yang Yun Qi rasakan di dunia luar ternyata selalu berada dalam jangkauan pengawasan. Setiap langkahnya tercatat. Setiap pilihannya diamati. Dan ketika ia mulai jatuh cinta pada orang lain, sesuatu dalam diri Hao Yu perlahan retak.

Ini bukan kisah cinta yang bersih.
Ini tentang perlindungan yang terlalu dalam, perhatian yang berubah menjadi obsesi, dan perasaan terlarang yang tumbuh tanpa izin.

Karena bagi Hao Yu, Yun Qi bukan hanya masa lalu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

Malam turun perlahan di kota, menyapu kampus dengan cahaya lampu yang kuning pucat. Dari jendela kamar asrama, Yun Qi bisa melihat gedung-gedung tinggi di kejauhan diam, jauh, dan terasa asing. Ia duduk di kursi kecil di depan meja belajarnya, buku terbuka tapi pikirannya melayang ke mana-mana.

Hari ini seharusnya terasa ringan. Ia tertawa bersama teman-temannya, berjalan berdampingan dengan Xiao Lan menikmati makan siang sederhana di kantin. Hidupnya, untuk pertama kalinya, terasa miliknya sendiri. Namun, ada sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Perasaan seperti sedang dilihat bukan tatapan yang nyata, tapi tekanan halus di tengkuknya. Yun Qi menggeleng pelan, menertawakan dirinya sendiri.

“Kamu terlalu banyak mikir,” gumamnya. Di ranjang seberang, An Na sedang menelpon seseorang dengan suara pelan tapi penuh tawa. Xiao Lan mengetik cepat di laptop, earphone terpasang. Suasana kamar asrama terasa hangat, hidup, dan normal kata yang dulu terasa terlalu mewah untuk Yun Qi. Ponselnya bergetar.

Zhou Ming : Besok aku jemput kamu ya. Kita sarapan di luar kampus.

Yun Qi menatap layar beberapa detik sebelum membalas.

Yun Qi: Boleh. Jam berapa?

Balasan datang cepat, diikuti emoji senyum. Yun Qi tersenyum tanpa sadar. Ia meletakkan ponsel, lalu meregangkan tubuh.

“Aku ke kamar mandi dulu,” katanya pada dua temannya.

Lorong asrama malam itu sunyi. Lampu neon memantul di lantai keramik, langkah Yun Qi terdengar pelan. Ia berhenti sejenak di depan cermin besar di dekat kamar mandi. Bayangannya menatap balik wajah muda dengan mata yang tidak lagi setajam dulu, tapi masih menyimpan kehati-hatian.

“Kamu baik-baik saja,” bisiknya pada dirinya sendiri. Di tempat lain, ratusan kilometer dari kampus itu, Wang Hao Yu duduk di ruang kerja yang remang. Jam dinding menunjukkan hampir tengah malam, tapi ia belum bergeser dari kursinya. Jasnya masih rapi, kemeja tanpa satu pun kancing terbuka. Di hadapannya, beberapa layar menyala menampilkan sudut-sudut berbeda dari kehidupan yang bukan miliknya, tapi selalu ia jaga.

Salah satu layar menampilkan lorong asrama. Sosok Yun Qi muncul, berjalan menuju kamar mandi. Hao Yu tidak berkedip. “Perbesar,” katanya singkat. Asistennya, berdiri beberapa langkah di belakang, segera menggerakkan mouse. Gambar menjadi lebih jelas. Wajah Yun Qi terlihat sedikit lelah, tapi matanya tenang. "Dia tampak baik,” ujar sang asisten hati-hati. “Nilainya stabil. Lingkar pertemanan normal. Tidak ada indikasi bahaya.” Hao Yu bersandar ke kursi, jari-jarinya saling bertaut. “Pacarnya?”

“Zhou Ming. Latar belakang bersih. Mahasiswa biasa.” Kata biasa membuat rahang Hao Yu mengeras.“ tetap awasi,” katanya datar. “Laporkan setiap perubahan.”

Asisten mengangguk. Ia sudah terbiasa dengan nada itu nada yang tidak memberi ruang untuk diskusi. Namun sebelum pergi, ia ragu sejenak. “Tuan… apakah perlu mengurangi pengawasan? Yun Qi sudah dewasa.” Hao Yu menoleh perlahan. Tatapannya dingin, tajam, seperti bilah pisau. “Tidak,” jawabnya singkat. Asisten menunduk dan keluar, meninggalkan Hao Yu sendirian dengan layar-layar itu.

Di salah satu monitor, Yun Qi kembali ke kamar. Ia duduk di ranjang, membuka ponsel, lalu tertawa kecil membaca sesuatu. Tawa itu ringan sesuatu yang jarang Hao Yu lihat bertahun-tahun lalu. Ada sensasi asing yang menyelinap ke dadanya. Bukan marah. Bukan cemburu yang jelas. Lebih seperti… kehilangan kendali. “Bebas,” gumam Hao Yu pelan. Kata itu terasa pahit di lidahnya.

Keesokan paginya, Yun Qi bangun lebih awal dari biasanya. Ia memilih pakaian dengan hati-hati kemeja putih sederhana dan celana jeans. Tidak ada yang istimewa, tapi ia ingin terlihat rapi.

“Kencan pagi?” goda An Na sambil menyisir rambut. “Bukan kencan,” bantah Yun Qi, tapi senyumnya membocorkan segalanya.

Zhou Ming sudah menunggu di gerbang kampus. Mereka berjalan ke kafe kecil di seberang jalan, memesan sarapan sederhana. Obrolan mengalir ringan tentang tugas, tentang dosen yang menyebalkan, tentang rencana akhir pekan. “Kamu kelihatan lebih hidup akhir-akhir ini,” kata Zhou Ming sambil menyeruput kopi. “Aku senang.”

Yun Qi menatap meja sejenak sebelum mengangguk. “Aku juga.” Namun, saat Zhou Ming mengulurkan tangan dan menggenggam jemarinya di atas meja, Yun Qi merasakan getaran kecil di dadanya. Ia tidak menarik tangan itu, tapi pikirannya melayang ke wajah lain wajah yang dingin, tatapan yang selalu mengamati dari kejauhan. Ia menggeleng pelan, seolah mengusir bayangan itu.

“Ada apa?” tanya Zhou Ming.

“Enggak,” jawab Yun Qi cepat. “Cuma… aku belum terbiasa.” Zhou Ming tersenyum pengertian. “Pelan-pelan aja.”

Sore hari, Yun Qi menghadiri kelas tambahan. Saat keluar gedung, langit sudah mulai gelap. Ia menolak tawaran Zhou Ming untuk diantar, memilih berjalan bersama An Na dan Xiao Lan. Di sudut kampus, sebuah mobil hitam berhenti sejenak sebelum melaju pergi. Yun Qi tidak melihatnya. Tapi di dalam mobil itu, seorang pria menatap kampus dengan ekspresi tak terbaca.

Hao Yu menurunkan jendela sedikit, menghirup udara malam. Lampu-lampu kampus terlihat kecil dari kejauhan, tapi satu di antaranya yang menyimpan Yun Qi terasa terlalu dekat. “Dia tersenyum hari ini,” lapor asistennya dari kursi depan. Hao Yu mengangguk pelan. “Aku lihat.”

“Apa kita perlu—”

“Tidak,” potong Hao Yu. “Belum.” Kata itu menggantung di udara.

Malam kembali menyelimuti asrama. Yun Qi berbaring di ranjang, menatap langit-langit. Ponselnya diletakkan di dada, layar gelap. Ia merasa lelah, tapi sulit tidur. Perasaan bebas itu masih ada, tapi kini bercampur dengan kegelisahan yang tidak ia pahami. Seolah kebebasan itu memiliki harga yang belum ia ketahui. Ia memejamkan mata, menghela napas panjang.

Di kejauhan, layar-layar di ruang kerja Hao Yu tetap menyala. Tidak ada suara, tidak ada gerakan berarti. Hanya pengawasan yang konstan, sunyi, dan tak kenal lelah. Di antara kebebasan Yun Qi dan kendali Hao Yu, sebuah garis tipis mulai terbentuk rapuh, nyaris tak terlihat. Dan cepat atau lambat, garis itu akan ditarik.

1
@fjr_nfs
tinggalkan like dan Komen kalian ☺❤️‍🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!