Rega Zalzala adalah putra ke empat dari keluarga Duke Zalzala.
Dia satu-satunya anak yang tidak memiliki kekuatan apapun. kelahiran nya di anggap aib oleh keluarga.
Di usia 18 tahun, keluarga nya memilih untuk membuang Rega seperti seekor anjing.
Namun tanpa di sangka, di detik terakhir hidup nya... dia mendapatkan sistem Dewa.
sebuah sistem yang akan mengubah hidup nya dari seorang pecundang menjadi seorang Raja.
ini adalah perjalanan Rega Zalzala membalas dendam dan menjadi Kesatria terkuat di kerajaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bonggiw01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21.
Sementara itu, Di puncak menara emas, Istana Kerajaan Helyendra berdiri angkuh menghadap dunia, memancarkan Kekuatan yang tak tertandingi.
Di dalam aula tahta yang megah, berdirilah Zarion Alveric, raja ke-89 dari Kerajaan Helyendra.
Pria paruh baya dengan sorot mata tajam bagai elang dan mahkota kristal kuno bertengger kokoh di atas rambut Abu nya.
Tubuhnya duduk tenang di atas singgasana obsidian.
Langkah kaki terdengar di atas karpet merah.
Sosok berjubah putih keemasan berjalan dengan kepala tertunduk, Arga Danamon, tangan kanan sang raja, dan salah satu manusia paling berpengaruh di kerajaan.
"Yang Mulia," ucap Arga sambil berlutut, lalu berdiri dengan rapi. "Laporan dari Kaelen telah tiba. Hasil tes Ksatria tahun ini… telah selesai."
"Berapa banyak Yang lulus tahun ini?"
"10 orang Ksatria yang lulus"
"Hanya sepuluh orang?" suara Raja Zarion tenang, tapi memiliki nada tajam.
"Benar, Paduka. Dari 1.200 peserta, hanya sepuluh yang berhasil terpilih sebagai Ksatria resmi. Mayoritas tumbang dalam tes Pedang langit Kaelen dan sebagian tumbang dalam tes gelombang Qi milik Valdrik."
Zarion menghela napas singkat. "Valdrik… dia selalu membuat ujian seperti neraka untuk anak-anak" Matanya menatap jauh ke arah jendela istana, seolah bisa melihat sampai ke Colosseum.
"Namun, ada satu hal menarik, Yang Mulia." Arga menunduk sedikit, lalu melanjutkan. "Seorang peserta… berhasil menahan lima puluh raungan Valdrik. Dan dia tetap berdiri, tanpa luka."
"Apa…?" Alis Zarion terangkat. "Apa dia dari keluarga bangsawan?"
"Bukan. Identitasnya tidak diketahui. Ranah kultivasinya bahkan masih di tahap pembentukan Qi, tapi dia sudah bisa menahan kekuatan Valdrik." Ucap Arga dengan yakin.
Lalu dia melanjutkan dengan nada serius. "Namun bukan hanya itu, Yang Mulia.... dia juga melakukan sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya..."
"Katakan," bisik Zarion dengan sorot mata tajam.
"Dia telah berhasil naik ke lantai lima Perpustakaan Jiwa. Dan keluar dengan selamat."
Suara hening menyelimuti seluruh ruangan.
Zarion perlahan berdiri dari singgasananya. "Lantai lima…" gumamnya pelan. "Itu tempat di mana bahkan Jiwa seorang Kultivitas Evolusi pun bisa retak dalam sekejap. Tak ada yang pernah kembali waras dari sana... Apa lagi seorang anak-anak"
Arga mengangguk perlahan. "Anda benar, Yang Mulia. Tapi dia tidak hanya keluar dengan waras, tetapi juga tenang, seolah tidak ada tekanan sedikit pun yang menyentuhnya."
Zarion menyeringai. Sebuah seringai yang tak pernah muncul dalam waktu yang lama.
"Akhirnya... seseorang telah muncul."
"Yang Mulia… apakah ini pertanda dari ramalan kuno?" tanya Arga, suaranya menurun setengah bisikan.
Zarion menatap langit-langit istana, di mana lukisan dinding raksasa menggambarkan empat kerajaan, tujuh bintang, dan tujuh ksatria bayangan.
"Ya… seorang anak dari takdir telah muncul satu-persatu... dan sekarang muncul satu di Helyendra. Sama seperti di Kerajaan Serian, dan di Kekaisaran Vartha. Mereka adalah orang-orang yang akan mengangkat beban warisan kuno..."
"Apa… perang akan pecah?"
Zarion mengangguk perlahan.
"Bukan hanya perang… tapi kehancuran. Satu dari empat kerajaan akan musnah dalam satu generasi. Sudah saatnya takdir yang tertulis di dalam buku jiwa terwujud."
Angin dingin berhembus dari celah jendela. Di luar, matahari mulai tenggelam, dan bayangan panjang kerajaan menyelimuti dunia.
Rega adalah salah satu orang yang telah di takdir kan.
--------------
Sementara itu, di Markas Skuad Ghost Bat yang berdiri di tengah kuburan sunyi... markas itu dikelilingi batu nisan berlumut dan pohon kering.
Rumah besar di tengahnya tampak seperti rumah tua peninggalan penyihir abad silam... berdebu, reyot, dan penuh aura mencekam.
Rega dan Anya melangkah masuk.
Ciiiit...
Pintu kayu yang terbuka mengeluarkan suara decitan menyakitkan telinga.
Begitu mereka masuk, aroma jamur, lilin leleh, dan kertas tua langsung menyambut.
"Ah.... Akhirnya kalian datang! Ini hal yang langka! Setelah sekian lama, akhirnya ada anggota baru! Aku sangat senang... Kalian masuk lah!" Seru seorang wanita berambut merah menyala dengan senyum yang terlalu semangat. "Mulai sekarang, kalian adalah adik-adikku!"
Bianca langsung menarik tangan Rega. "Namaku Bianca Ferios, tapi kalian boleh panggil aku Onee-chan… atau Hanny juga boleh," tambahnya sambil memeluk lengan Rega.
Rega membeku. 'Ada apa dengan wanita aneh ini?' pikir nya heran saat lengan nya menempel dengan dada Bianc.
Di sisi lain, seorang pria berambut panjang berantakan berdiri dengan gaya mengantuk.
"Ah… akhirnya ada juga junior di Skuad ini. Selamat datang di tempat penuh penderitaan ini… Eh maksudku... skuad terhormat." Dia terlihat malas. "Aku Edison. Kalian harus memanggil ku Senior Edi." katanya sambil menyeka air liur yang hampir menetes dari ngantuknya.
"Edi, Bicaralah yang benar. Baru pertama bertemu tapi kau telah menjadi contoh yang buruk sebagai senior!" Ucap pria kurus bermuka pucat yang duduk menyilangkan kaki "Nama ku Yoda Afreo. Jika tidak ada yang kalian mengerti, tanyakan pada ku"
Anya melangkah mundur sedikit. 'A-Apa mereka benar seorang ksatria?! Tidak ada satupun dari mereka yang terlihat seperti seorang ksatria sungguhan!'
"Hey kalian berdua.... Kalian membuat mereka takut! Jaga sikap kalian!"
Teriak seorang wanita berwajah keriput dengan gigi taring menonjol.
Rambutnya dikuncir dua seperti gadis kecil meski wajah nya terlihat seperti nenek-nenek.
"Aku Roro Wetan, Seorang Penyihir. Jangan sampai kalian salah sebut nama ku" Ucap Roro dengan Tegas. Dia menatap Rega dan Anya dengan serius. "Karena Kalau kalian salah sebut nama ku jadi Roro Kidul..... aku akan kutuk kalian jadi kecebong!"
Rega mengerutkan kening. 'Apa-apaan tempat ini? Sialan.... Ini bukan markas ksatria, ini rumah sakit jiwa! Tidak ada orang normal di sini!'
Sementara itu Di pojok ruangan, duduk diam seorang pria berbadan besar dan kepala tertunduk. Rambut menutupi wajahnya, dia tak bersuara.
"Ah... kalian penasaran dengan nya? Dia adalah Honyo Pnyoko. Dia tidak akan bicara sebelum 3 bulan, dan kalau bicara pun cuma gumaman, meski seperti itu, dia sangat baik." ucap Bianca santai sambil menggigit apel.
Tiba-tiba...
Tssshhhh... Crek... Cakcak...
Suara air mengalir dari kamar mandi, jelas orang di dalam nya sedang cebok.
Saat Keluar dari balik uap, seorang pria tinggi dengan mata merah darah dan kulit pucat melangkah tenang.
Ia mengenakan jubah hitam panjang seperti vampir klasik.
"Ah, kalian sudah datang ternyata." Ucapnya datar.
Anya mundur setengah langkah. "Itu… itu Komandan Morthen?!" Anya cukup terkejut. "Tenyata Anda… bisa bicara?!"
"Tentu saja aku bisa bicara. Kenapa kalian selalu menyangka aku bisu?" jawab Morthen, mengerutkan dahi.
Anya menelan ludah. "Tapi... rumor bilang anda tidak bisa berbicara!"
"Komandan kami itu seorang vampir. Kalau kena sinar matahari, dia jadi kayak marshmallow gosong dan gak bisa bicara" jelas Vidal datar.
"Aku dulunya vampir Asli, Tapi Yang Mulia Zarion mengubahku jadi setengah manusia dengan darah suci. Sayangnya efek sampingnya adalah... gangguan pencernaan dan tidak bisa berbicara jika terkena sinar matahari." Ucap Morthen... lalu menunduk sambil memegangi perut. "Sial... Baru juga buang air besar sekarang ingin lagi?!" Gumam nya.
'Seorang Half-vampir? Terdengar aneh... Ini pertama kali nya aku mendengar ada vampir yang bisa menjadi manusia. Dia pasti masih suka menghisap darah dan itu membuat perut nya sakit' pikir Rega dengan heran.
"Perkenalkan saja diri kalian dengan benar! Dan ku harap kalian bisa akrab..." ucap nya sambil memegang perut. "Aku ada urusan dadakan! Toilet! DARURAT" Ia buru-buru lari lagi ke kamar mandi, lalu......
PREEEEEEEET! BROOOOT!
Suara khas semburan shotgun terdengar di balik pintu.
"Sial... Aku harus membersihkan *** yang menyebar ke segala arah" Gumam Edi dengan kesal.
Rega menghela napas panjang. 'Sialan... Dari komandan sampai bawahan... Semua nya aneh... Aku tidak tahu bahwa Skuad Ghost Bat separah ini' pikirnya sambil memijit pelipis.
"Baiklah.... perkenalkan... Nama ku Rega, Hanya itu saja nama ku" ucapnya sambil melepas penutup kepala, memperlihatkan wajah tampan dan sorot mata tajam.
Deg.
Anya menoleh. 'Ternyata Dia… jauh lebih tampan dari yang aku bayangkan...!' pipinya merah sejenak, lalu buru-buru melirik ke samping seolah cuek. "Hmph!"
Bianca langsung memeluk tangan Rega lagi. "KYAAA...! Akhirnya ada pria tampan di markas! Aku sudah bosan lihat muka Edi, Yoda dan Honyo!"
"Hey! Aku ini punya karisma! Kata gadis-gadis desa aku ini tampan" protes Edi.
Anya akhirnya angkat bicara. "Nama ku Anya Hayashi, Aku dari Klan Hayashi. Jangan macam-macam padaku, jika tidak ingin aku tebas!" Ucap nya sambil melipat tangan dan memalingkan wajah.
Semua orang langsung terdiam.
"Klan Hayashi?!" ucap Roro dengan mata membesar. "Berarti… kau cucu dari Pendekar Salju Berdarah?! Yang pernah membelah naga dengan satu tebasan?!"
Anya mengangguk singkat. "Benar... Itu lah aku"
"Orang seperti mu masuk ke Skuad Ghost Bat? Apa kau yakin? Padahal kau bisa masuk ke Skuad Storm Falcon atau Sunfire..." Gumam Edi dengan malas.
"Sudah lah... Jangan di bahas," ucap Bianca sambil merangkul Rega dan Anya, "Yang terpenting kita sekarang sudah menjadi satu keluarga... aku yakin kalian akan senang di sini! Selamanya..."
Selamanya....
Selamanya....
Ucapan itu terngiang-ngiang.
'Sialan... Aku benar-benar salah masuk Skuad' pikir Rega, dia menyesali pilihan nya.
'Aku ingin pulang...' Anya bergidik ketakutan.
brrti bner ini inspirasinya dri black clover😃😃😃