Kata orang, hal yang paling berkesan dan takkan pernah bisa dilupakan adalah malam pertama. Tapi untuk seorang gadis bernama Jaekawa Ayu, malam pertama yang seharusnya bisa ia kenang seumur hidup justru menjadi hal yang paling ingin ia hapus dari ingatan.
Bagaimana tidak, ia melakukannya dengan lelaki yang belum pernah ia kenal sebelumnya.
Lama melupakan kejadian itu, takdir justru mempertemukan Jae dengan lelaki itu di satu tempat bernama Widya Mukti. Apakah Jae akan menagih janji itu atau justru berpura-pura tak mengenalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21# Mempush diri
Gas terus gass, begitu mungkin yang saat ini sedang dikerjakan Srikandi 30
Srikandi 30
(Andara uye-uye) Jae, udah selesai rapatnya?
(Salsa gurih nyoy) Jae masih ngobrol sama pak kades sama ibu PKK. Lak Kadesnya genit sama Jae...🤣
(Andara uye-uye) Oke, kabari kalo mau dijemput ke TK.
(Ani-ani Oma) bilangin pak kades, Jae maenannya obeng kembang
(Bianca manis) 🤣🤣 kebayang ngga, kalau Jae jadi istri kedua. Suami sama istri pertama auto dia jadiin sparepart motor.
(Salsa gurih nyoy) Jae so misterius plus judes aja banyak yang notice, kemarin ada pegawai desa masih muda, Siddiq namanya 🥴 pengen dipanggil aa atau akang sama Jae.
(Andara uye-uye) panggil aja ee, kan sama-sama huruf vocal.
(Ani-ani oma)bang ke emang 🤣
Dan saat ini, di taman baca yang dulunya dibuat Nalula, Senja dan anak KKN 21, telah berkumpul beberapa tenaga pengajar serta pihak dari sekolah TK dan SD yang dimana, nantinya anak didik TK dan SD ini, adalah peserta science camp mereka. Ditambah ada mentoring yang akan mereka lakukan untuk pemberdayaan tenaga pendidik juga nantinya.
**Srikandi 30**
(**Salsa gurih nyoy**) *kata Jae, mulai aja langsung, jangan nunggu...Rani atau Sesil yang mulai. Kasian nanti bapak ibunya keburu jamuran*.
(***Sesil kalem***) *oke*.
(***Bianca manis***) *enak tuh jamur, tinggal panen deh. Lumayan buat menu makan malam 🫣*
*Jae jangan betah-betah sama yang overcook. Nanti jadi nyaman loh*...
(***Andara uye-uye***) *Masih mending sama ee Siddiq ngga sih? 🤔*
(***Sesil kalem***) *stop ya kalian, 😂😂*
Jae langsung pergi ke taman baca untuk bertemu dengan pihak sekolah jenjang TK dan SD. Mengesampingkan rasa sakit yang masih tersisa. Kleyengan? Ia tak menghiraukannya apalagi melihat antusias dari bapak--ibu guru ini.
Masih belum bisa beristirahat sebab Jae dan kawan-kawan baru selesai di taman baca menjelang sore karena keasyikan mengobrol santai namun kritis dengan para tenaga pendidik. Perbincangan yang sarat akan makna dan faedah.
Jae harus kembali datang ke Co-op 21 dimana Sandi telah mengirimkan pesan jika para Tarka dusun sudah ada yang hadir. Padahal mereka baru saja pulang.
"Duh ngga bisa ya ditunda dulu, istirahat dulu deh Jae...atau kita gantiin?" tanya Sesil khawatir sebab Jae sudah memasang koyo di kedua pelipis yang sengaja ia tutupi dengan topi sebenarnya sejak tadi.
"Emangnya Lo tau materinya Sil?" tanya Andara digelengi Sesil, "tapi kan catatan Salsa ada." Sesil sudah menanggalkan jas almamater dan menggantungnya.
"Gue temenin deh yuk...biar bisa bantu juga." Rani ikut bersuara dan beranjak setelah sempat duduk dan minum terlebih dahulu. Sementara Salsa masih dengan iPad miliknya.
"Udah semua Sa?" Salsa mengangguk, "ready gue mah sii...Lo ready ngga?"
Jae menutup kembali mulut dan hidungnya dengan masker. Hanya sempat cuci muka dan minum, Jae kembali bersiap.
"Ya udah, gini aja....abis rapat, gue bikinin susu jahe ya?" tawar Sesil diangguki Jae. Sementara Bianca yang memilih langsung merebahkan diri kini menatap risau ponselnya, "gue ngga ikut ya..nanti gue bagian pijitin Jae aja..." ujarnya.
Jae mendengus sumbang, lantas keluar dari posko diikuti Salsa dan Rani menuju Co-op 21. Entahlah, jantungnya itu berdegup cukup kencang, satu do'a yang ingin ia langitkan, adalah semoga para penghuni Co-op memang tak ada selain dari Sandi, Kafka dan para ketua Tarka dusun yang ada di Cikalong.
"Assalamualaikum..." Salam Jae ketika melihat banyaknya sandal di depan beranda. Serta keriuhan di dalam yang cukup intens.
"Wa'alaikumsalam...masuk teteh-teteh."
Jae masuk bersama Rani dan Salsa yang menenteng iPad serta laptop,
Baru kali ini Jae masuk, dan ruangan depan disini, waww! Nyaman memang, dengan Bean bag berwarna warni yang kini diisi oleh beberapa orang sebab hanya ada sekitar 7 Bean bag menyesuaikan dengan ruangan. Foto Co-op 21 dan kegiatan yang telah dijalankan, suasananya dingin sebab AC.
"Eh kenapa keluar, a...disini aja atuh." Ujar Salsa mendapati sebagian orang keluar dari ruang depan ke arah beranda dimana disana pun tak kalah nyaman dengan kursi panjang teras.
"Ngga apa-apa teh, biar ngga penuh, kebetulan saya mah bukan ketua tarkanya..." kekehnya.
"Biarin atuh, biar kedengeran kita ngomong apa..." Salsa sudah mengambil posisi duduk melantai di atas karpet bersama di hadapan mereka telah tersaji botol-botol air mineral tersegel yang sengaja disiapkan.
Bukan hanya itu, ada kotak-kotak bolu brownies dan oh ya...Bandung itu memang terkenal dengan bolennya. Ada permen dan dua kaleng susu beruang, Jae melihat Sandi mendorong itu tepat di depannya.
"Maaf lama ya akang-akang, tadi harus ketemu sama pak kades dulu, sama bapak ibu guru."
"Ah ngga apa-apa teh, da saya mah pengangguran kalo udah pulang dari sekolah mah..." jawab mereka tertawa bercanda santai.
"Sekolah gitu?" tanya Sandi saling melempar canda. Jae ikut tersenyum, meski hanya bisa terlihat dari matanya yang menyipit.
"Maaf juga ya akang-akang, kebetulan saya lagi ngga sehat, makanya di masker, tapi kedengeran ngga suara saya?"
"Kedengeran teh, aduh siah teteh lagi sakit? Alahhh atuh aku yang sedih."
Dan kembali tawa menggema, Jae hanya membalas selorohan dan godaan itu dengan tawa saja, begitupun dengan Salsa dan Rani.
"Sehat atuh teh, mau aku pijitin...eh maksudnya aku obatin?"
Ehhhhh!!!! seru mereka.
Jae kembali terkekeh, "langsung mulai aja atuh ya?"
"Bismillah...."
Jae mulai menjelaskan tentang science yang akan diadakan sebagai proker mereka sekaligus ingin memajukan desa Cikalong.
Ia sempat menjeda ucapannya yang begitu kaya literasi itu karena harus beberapa kali batuk dan berdehem.
Hingga tak lama, ketika mereka masih saling melemparkan candaan dan pertanyaan para penghuni Co-op 21 itu terlihat mulai berdatangan.
Dan riuh menggoda para ketua Tarka ini masih terlempar untuk Jaekawa dan kedua rekannya.
"Masih rame ya?"
Mereka terpaksa mengisi beranda dan ikut menyimak Jae dan kawan-kawan bicara, meski ujungnya Jae cukup tau diri untuk segera menyudahi.
"Satu lagi pertanyaannya ya...abis itu saya kasih gelas."
"Asikkkk, saya mah da mau dikasih nomor teteh juga cukup!"
Jovi tertawa mendapati wajah Arlan yang mengernyit asin. Dan seruan di dalam.
"Jae, Bang Jing wanna be...tapi versi ramah dan ceplas ceplos .." Vio bersuara.
"Saya teh...teteh udah punya pacar belum?" tanya nya.
"Huuu! Pertanyaan apaan tuh!"
"Jawab Jae!" ujar Rani.
"Belum." Jae meladeni.
"Aseekkkk!"
"Pacar belum, tapi calon suami udah ya, teh?" goda Sandi digelengi Jae.
"Kalau tidak ada yang mau ditanyakan lagi, saya sudahi saja pertemuan hari ini. Saya dan kawan-kawan banyak berharap sama akang-teteh semua ..semoga kita bisa bekerja sama ya kang, teteh..."
Mereka berangsur keluar dari ruang depan dan dibuat segan ketika bertemu dengan para pemilik Co-op ini, yang cukup mereka kenal.
Jae, Rani dan Salsa masih membereskan sisa rapat tadi dimana Rani sudah merebahkan dirinya sejenak tertelungkup disana, "capekkk!"
Mahadri masuk melihat adik sepupunya itu dengan wajah lusuh dan dekilnya, "gimana rasanya? Enak? Apalagi cari duit..." ia bahkan sudah menggeplak jidat Rani yang praktis mengaduh sewot, ia bahkan langsung bangkit dan melompat ke punggung Mahadri.
"Jae, coba liat grup deh..." pinta Salsa dengan suara ragunya.
Srikandi 30
(Andara uye-uye) Bi!
Bianca!
Udah mau ujan, Lo dimana?!
Bianca udah sore!!!
"Loh emangnya Bian kemana?" Jae masih merapikan kertas yang sempat ia corat coret tadi, Salsa menggeleng mencoba bertanya di grup ia juga mencoba menghubungi Bianca dan Andara.
"Udah selesai rapatnya?" tanya Jovi, satu persatu mereka mulai masuk.
"Abang, Kaka makasih ya tempatnya...maaf jadi ngerepotin ..." ujar Jae diangguki KKN 21, "nyantai aja Jae..." ujar Senja dan Mei. Jingga pun mengangguk, "pake aja kalo ada pertemuan darurat terus cuaca ngga mendukung."
Sandi yang bergegas membereskan membuat Jae ikut tak enak hati jika tak membantu, ia lantas bertanya pada Sandi, "kang Sandi biar saya bantu, dimana sapunya?"
"Kamu bisa diem dulu ngga?" Arlan lantas meraih tangan Jae leluasa, "bahkan aku liat-liat kamu belum minum sama sekali?"
Arlan tanpa perlu permisi atau ijin, menarik Jae ke arah beranda. Dimana area itu mulai sepi, hanya ada Alby dan Zaltan.
.
.
.