Maria bereinkarnasi kembali setelah kematiannya yang tragis oleh tunangannya yang mengkhianati dirinya, dia dieksekusi di kamp konsentrasi milik Belanda.
Tragisnya tunangannya bekerjasama dengan sepupunya yang membuatnya mati sengsara.
Mampukah Maria membalaskan dendamnya ataukah dia sama tragisnya mati seperti sebelumnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 APA KAU MEMPERCAYAINYA
Maria menyelesaikan makanannya yang dia pesan berupa hutspot dengan daging seperti sosis asap dan tak lupa jenever yang biasa menemani waktu makan bagi bangsa kolonial.
"Rasanya perutku sangat kenyang, makanan ini benar-benar lezat sekali", ucapnya sembari meraih kain serbet untuk menutupi mulutnya yang bersendawa.
Aroma jenever yang bercampur menjadi satu dengan hidangan hutspot terasa tajam di lidah Maria.
"Rumah makan ini adalah rumah makan Belanda, dan aku baru pertama kalinya kesini", kata Maria.
"Kau tidak pernah datang kesini, bukannya kamu memiliki tunangan, apa kalian tidak pernah berpergian ke kota", kara Rexton agak heran.
Sejenak Maria terdiam seraya menatap piring makannya yang telah kosong.
"Dia bukan tunanganku lagi meskipun kami belum berpisah", kata Maria.
"Kapan kau akan memutuskan hubungan kalian, bukannya kau berniat membalaskan rasa sakit hatimu padanya ?" tanya Rexton.
"Sebentar lagi...", sahut Maria datar.
"Apa masalah kalian hingga kau ingin sekali menghancurkan dia ?" tanya Rexton.
Maria masih menundukkan pandangannya kemudian berkata.
"Jika seseorang terlahir lagi dan bereinkarnasi kembali hidup ke kehidupannya yang kedua, apakah kau akan mempercayainya ?" tanya Maria.
Maria menatap lurus ke arah Rexton, dengan mata berkaca-kaca.
Rexton menghela nafas panjang seraya menanggapi ucapan Maria.
"Reinkarnasi tidak pernah ada tapi dalam keyakinan umat tertentu mungkin hal itu ada dan dipercayai oleh sebagian besar dari penganut keyakinan tersebut", ucap Rexton.
"Tapi itu ada dan terjadi...", kata Maria.
Rexton terdiam seraya menatap serius ke arah Maria yang duduk di depannya.
"Pada siapa hal itu terjadi ?" tanya Rexton.
"A-aku ingin menceritakan semua pengalamanku ini padamu meski kau akan menyebutkan gila, tapi ini nyata dan terjadi", sahut Maria.
"Maria, mungkin sedikit jenever telah membuatmu mabuk namun kau harus tahu satu hal penting bahwa tidak mungkin ada hal tentang reinkarnasi pada siapapun juga bahkan pada hewan sekalipun", kata Rexton.
"Ayolah, Rexton... Cobalah memahamiku karena aku hanya menceritakan semua pengalamanku ini padamu saja...", kata Maria.
"Garis besarnya tidak, jangan berhalusinasi ataupun ngelantur, tidak ada yang namanya reinkarnasi", kata Rexton tegas.
"Tapi, Rexton..., ini nyata dan benar-benar aku alami, kenapa aku bercerita kepadamu sebab aku mempercayaimu", kata Maria.
"Ya, Maria..., baiklah, terserah apapun yang kau katakan padaku namun saat ini sebaiknya kau tenang dulu", kata Rexton.
"Mengapa ?" tanya Maria.
Maria menatap sedih ke arah Rexton lalu memalingkan muka.
"Maria...", panggil Rexton.
Rexton meraih telapak tangan Maria namun Maria menjauhkan tangannya.
"Kupikir kita bisa menjadi lebih dekat atau sebagai sahabat dan aku bisa mempercayaimu seperti kau percaya padaku tapi rupanya kita memang tidak bisa bersama", ucap Maria sembari menunduk.
"Bukan soal tidak percaya padamu namun aku belum bisa mempercayainya karena bagiku hal tersebut adalah suatu keyakinan", kata Rexton.
Rexton mendesah pelan berusaha bersikap menerima namun jujur dia tidak bisa menerima kata-kata Maria yang mempercayai reinkarnasi.
"Kita bisa bicarakan lagi soal ini dan kusarankan padamu agar kau lebih banyak beristirahat, mungkin dengan merilekskan diri maka pikiranmu akan tenang kembali", ucapnya.
"Mengapa ?" tanya Maria sekali lagi dengan pandangan sedih.
"Mengapa ? Apa maksudmu dengan Mengapa ?" tanya Rexton yang giliran kebingungan.
"Mengapa kau tidak mempercayaiku padahal aku berusaha mengatakan yang sejujurnya, dan bercerita apa alasanku ingin membalas dendam karena itulah aku menceritakan semua ini padamu", sahut Maria.
Maria mulai berkaca-kaca sedangkan hatinya sangat sedih.
"Mengapa Rexton ?" ucapnya. "Mengapa kau tidak peduli padaku ?"
"Maria...", sahut Rexton tertegun.
Melihat reaksi Maria yang kecewa karena ucapannya tidak dipercayai oleh Rexton, laki-laki yang berpangkat Letnan Jenderal itu agak menyesal.
Tiba-tiba Maria beranjak bangun lalu berlari pergi dari arah meja rumah makan.
"Maria !" sentak Rexton terkejut kaget.
Tanpa berpikir panjang Rexton mengejar Maria namun seorang pelayan mencegahnya pergi.
"Maaf tuan, anda belum membayar !" peringat pelayan itu sembari memegangi lengan Rexton.
"Ya, ampun !" keluh Rexton malu lalu dia mengeluarkan dompetnya.
Rexton ingat kalau dia belum menukar uangnya dalam bentuk gulden.
"Maaf, aku hanya punya uang pound saat ini", ucapnya saat dia menunjukkan beberapa lembar uang Inggris kepada pelayan rumah makan.
"Kami akan menerimanya, totalnya 3 pcs koin tapi berhubung anda hanya punya uang Inggris maka kami tidak mempermasalahkannya", kata pelayan itu.
"Apa ? 3 pcs koin ? Mahal sekali harga makanan disini, cuma kentang tumbuk dan sosis asap serta sedikit jenever bagaimana bisa semahal itu ???" tanya Rexton terkaget-kaget.
"Begitu lah harga makanan di rumah makan ini, bukan harganya yang kami persoalkan akan tetapi kami menjual nilai dari hidangan disini yang kami jaga nilainya sempurna", sahut pelayan rumah makan.
Pelayan itu dengan santainya, dia menarik dua lembar uang dari tangan Rexton kemudian menyeringai lebar.
"Terimakasih telah berkunjung ke rumah makan ini, semoga datang kembali, dan sampai jumpa", ucapnya.
Rexton menatap termangu-mangu, terdiam dan hanya bisa pasrah, sedangkan pelayan itu telah berlalu pergi dari hadapan Rexton.
"Bangsat kompeni, beraninya dia memalakku !" ucap Rexton sembari menggeram kesal.
Rexton menoleh ke arah uangnya yang tersisa satu lembar saja lalu mendengus marah.
"Dasar sialan, bajingan feodal bulus, tunggu saja aku pasti akan mencarimu dan membuat perhitungan !" ucapnya.
Rexton membalikkan badannya sembari mengepalkan kedua tangannya lalu berjalan pergi.
Tampak Rexton melangkah dengan langkah kaki panjang menuju pintu keluar rumah makan, untuk mengejar Maria Van Kouhen Houven yang kabur begitu saja tanpa peduli lagi padanya.
"Maria...", gumamnya sembari berlari cepat.
Dari arah kejauhan, Maria sedang berlari keluar area rumah makan, melewati jalan trotoar.
Rexton segera mengejar Maria yang terus berlari, sedangkan Paul seusai menyantap makanannya dari rumah makan yang sama dengan Rexton dan Maria tadi, sekarang ini, dia duduk santai di sekitaran mobil daimler.
Jelas sekali kalau Paul terlihat keheranan saat dia melihat Rexton berlarian dari arah rumah makan melewatinya tanpa menyapa dirinya.
"Apa yang sedang terjadi ? Kenapa tuan Rexton berlarian seperti itu ?" tanyanya heran.
Rexton terus mengejar Maria yang berlari cepat, mereka terlibat saling kejar-kejaran sepanjang jalan trotoar yang ada di sekitaran area jalan raya.
"Maria ! Tunggu aku, Maria !" panggil Rexton yang berusaha mengejar Maria.
Namun Maria hanya menolehkan pandangannya ke arah Rexton.
"Jangan kejar aku lagi, pergilah Rexton !" sahut Maria tanpa berhenti berlari.
"Maria, tunggu aku !" kata Rexton tak menyerah.
"Pergilah Rexton !" teriak Maria.
Rexton menyadari akan kekeliruannya kepada Maria sehingga dia merasa menyesali sikapnya tadi.
Dengan susah payah, Rexton menggapai Maria yang berlari di depannya.
"Maria !" panggilnya lagi.
Akhirnya Rexton berhasil menangkap pergelangan tangan Maria, dan mereka berdua saling berpelukan.
"Maafkan aku, Maria...", bisik Rexton.
Maria tertegun diam, hatinya hancur karena Rexton tak mempercayai dirinya.
"Maafkan aku...", bisik Rexton. "Tolong, jangan pergi dariku !"
Maria terdiam, tidak bereaksi sedikitpun namun hatinya sedih jika mengingat setiap kalimat yang diucapkan oleh Rexton tadi.
"Sekali lagi, tolong maafkan aku...", bisiknya dalam, tetap Maria tidak menjawabnya.
Rexton mendekap erat-erat tubuh Maria dan mencoba berdamai dengan Maria meskipun dia harus menerima cerita reinkarnasi Maria yang dianggapnya mustahil.
Tak terasa air mata Maria tumpah berlinangan dari arah sudut kedua matanya ketika dia berada di dalam dekapan Rexton, suami kontraknya itu.
Maria menangis kencang dan terlihat frustasi dalam dekapan Rexton, laki-laki yang memiliki ikatan pernikahan kontrak dengannya, melihat Maria bersedih seperti itu, membuat Rexton semakin bertambah kebingungan dengan reaksi Maria.