NovelToon NovelToon
Embun Di Balik Kain Sutra

Embun Di Balik Kain Sutra

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Cinta Terlarang / Romansa pedesaan
Popularitas:563
Nilai: 5
Nama Author: S. N. Aida

Di Desa Awan Jingga—desa terpencil yang menyimpan legenda tentang “Pengikat Takdir”—tinggal seorang gadis penenun bernama Mei Lan. Ia dikenal lembut, tapi menyimpan luka masa lalu dan tekanan adat untuk segera menikah.

Suatu hari, desa kedatangan pria asing bernama Rho Jian, mantan pengawal istana yang melarikan diri dari kehidupan lamanya. Jian tinggal di rumah bekas gudang padi di dekat hutan bambu—tempat orang-orang jarang berani mendekat.

Sejak pertemuan pertama yang tidak disengaja di sungai berembun, Mei Lan dan Jian terhubung oleh rasa sunyi yang sama.
Namun kedekatan mereka dianggap tabu—terlebih karena Jian menyimpan rahasia gelap: ia membawa tanda “Pengkhianat Istana”.

Hubungan mereka berkembang dari saling menjaga… hingga saling mendambakan.
Tetapi ketika desa diguncang serangkaian kejadian misterius, masa lalu Jian kembali menghantui, dan Mei Lan harus memilih: mengikuti adat atau mengikuti hatinya yang berdegup untuk pria terlarang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 — Desa yang Mulai Retak

Kekacauan yang ditinggalkan oleh Mei Lan—gudang padi yang terbakar, teriakan panik, dan deklarasi cintanya yang berani—segera menarik perhatian seluruh desa. Namun, kekacauan itu dengan cepat digantikan oleh rasa takut yang dingin.

​Pada sore hari setelah pelarian Jian, pasukan penguat dari kota tiba. Mereka bukanlah pengawal biasa; mereka adalah prajurit-prajurit Istana yang bersenjata lengkap, mengenakan baju besi kulit hitam yang keras, di bawah komando Letnan Han. Mereka memasuki Desa Kain Sutra dengan arogansi dan kekuasaan yang tak terbantahkan, membuat para penduduk desa yang sederhana gemetar.

​Prajurit-prajurit itu tidak ramah. Mereka menggeledah setiap sudut desa, menanyai setiap penduduk, menuntut informasi tentang ‘pengkhianat bersenjata’ dan ‘wanita penolongnya’. Mereka mencari gudang padi, tetapi yang mereka temukan hanyalah sisa puing-puing yang berasap, membuktikan bahwa Mei Lan telah berhasil menghancurkan bukti persembunyian Jian.

​Shan Bo dan Rasa Bersalah yang Membakar

​Shan Bo kini menjadi tokoh sentral. Ia adalah orang yang memberikan lokasi persembunyian Jian, dan kini ia menjadi sumber informasi utama bagi Letnan Han. Namun, kekayaan atau kehormatan yang ia harapkan tidak datang. Yang datang hanyalah rasa takut yang dingin dan rasa bersalah yang menusuk.

​Ia melihat kehancuran di mata keluarga Chen. Ia melihat bagaimana para prajurit merusak kebun dan menakuti anak-anak. Ia tahu, ia telah menjual kedamaian desanya demi pembalasan dendam yang picik.

​Ketika Shan Bo diinterogasi oleh Letnan Han, ia bersikap sombong dan berani, menyangkal setiap perannya dalam kekacauan yang terjadi.

​“Saya hanya melihat orang asing itu masuk, Tuan,” kata Shan Bo, tangannya yang berkeringat bersembunyi di balik punggung. “Saya tidak tahu dia kriminal. Dia terlihat seperti pengembara biasa. Dan wanita itu… Mei Lan, dia adalah gadis yang hilang akal. Dia selalu terobsesi dengan cerita-cerita pahlawan. Dia pasti membantu buronan itu karena gila.”

​Namun, di dalam hatinya, Shan Bo merasakan siksaan. Ia telah mendengar igauan Mei Lan tentang “kehormatan” dan “Jenderal sejati.” Ia ingat bagaimana Jian menyelamatkan Kepala Desa Liang dari perampok. Ia tahu, ia telah mengkhianati pria yang sebenarnya mungkin adalah pahlawan.

​Rasa bersalah itu membuatnya sering pergi ke kedai, memaksakan dirinya minum hingga mabuk untuk meredam suara hati yang terus mengutuknya: Kau menjualnya. Kau menjual gadis yang seharusnya menjadi milikmu. Kau menjual kehormatan desa.

​Intrik Kepala Desa Liang

​Kepala Desa Liang, di sisi lain, melihat kekacauan ini bukan sebagai bencana, tetapi sebagai peluang politik yang harus ia manfaatkan dengan cepat.

​Keluarga Chen kehilangan hak tenun, dan ancaman dari Pedagang Wang untuk membatalkan kontrak sutra kini nyata. Reputasi desa hancur. Kepala Desa Liang perlu tindakan drastis untuk menyelamatkan ekonomi desa, dan satu-satunya cara adalah dengan menunjukkan kepatuhan total kepada kekuasaan kota.

​Ia memanggil Ayah dan Ibu Chen ke Balai Desa—kali ini, secara pribadi, bukan di depan umum.

​“Ayah Chen, Ibu Chen,” kata Kepala Desa Liang, nada suaranya kini berpura-pura iba. “Putri Anda telah melakukan hal-hal yang tidak termaafkan. Ia telah memilih penjahat, membakar gudang padi, dan membuat marah Istana. Kita semua dalam bahaya.”

​“Lalu apa yang harus kami lakukan?” tanya Ibu Chen, suaranya parau.

​“Satu-satunya cara untuk membersihkan nama desa dan nama keluarga Anda adalah dengan menyatukan diri Anda dengan kekuatan yang lebih besar. Keluarga Ling dari kota masih bersedia menerima Mei Lan,” kata Kepala Desa Liang, mengacu pada pedagang kaya yang lamarannya telah dirobek oleh Mei Lan.

​“Tapi… Mei Lan menolak, dan dia sudah bersama… Jian,” bisik Ayah Chen.

​Kepala Desa Liang memukul meja. “Lupakan pria itu! Dia adalah mayat berjalan! Jika dia tertangkap, dia akan digantung, dan Mei Lan akan menjadi janda pengkhianat! Reputasi itu tidak akan bisa dicuci selama tujuh generasi!”

​“Tetapi,” lanjutnya, merendahkan suaranya, “jika Mei Lan ditemukan dan langsung dinikahkan dengan Ling Fan—pedagang yang kuat dan kaya—maka ceritanya berubah. Mei Lan tidak lagi terlihat seperti sekutu kriminal, tetapi seperti korban yang diculik, atau gadis muda yang dipaksa untuk berbuat gila, dan diselamatkan oleh pernikahan yang menguntungkan.”

​“Keluarga Ling akan membayar denda kepada Istana, dan kontrak sutra kita akan kembali. Ayah Chen, kau harus menyetujui ini. Jika kami menemukan Mei Lan, dia harus segera menikah, atau kami akan menyerahkannya kepada prajurit Istana untuk diinterogasi.”

​Kepala Desa Liang telah menciptakan dilema yang kejam: keselamatan ekonomi desa dengan mengorbankan kebahagiaan Mei Lan, atau kehancuran total keluarga Chen dan potensi penyiksaan Mei Lan.

​Ayah dan Ibu Chen meninggalkan Balai Desa dengan hati yang hancur. Mereka tahu, Mei Lan tidak akan pernah setuju, tetapi keselamatan mereka sendiri bergantung pada penyerahan putri mereka ke dalam pernikahan yang kejam.

​Pandangan Jauh Nona Yuhe

​Sementara intrik dan kekejaman memenuhi Balai Desa, Nona Yuhe, di rumahnya, menyeduh teh dan mengamati semuanya dengan mata seorang filsuf. Yuhe adalah seorang wanita bijaksana yang telah melihat banyak musim dingin dan musim semi.

​Ia melihat ketakutan di wajah para prajurit Istana; mereka tidak hanya mencari buronan, mereka mencari sesuatu yang sangat berharga. Ia melihat kepuasan di mata Letnan Han—kepuasan yang datang dari kekuasaan, bukan keadilan. Dan ia melihat perhitungan dingin di mata Kepala Desa Liang—keinginan untuk melindungi posisinya sendiri, mengorbankan yang lemah.

​Yuhe telah mendengar igauan Mei Lan tentang Jian. Ia telah merasakan cinta dan tekad yang mendalam dari gadis itu. Ia juga melihat penderitaan Ayah dan Ibu Chen.

​Malam itu, Yuhe duduk di depan tungku, memikirkan masa mudanya sendiri. Ia pernah mencintai seorang pria yang tidak disetujui adat, seorang seniman yang bebas dan miskin. Ia memilih tugas dan kepatuhan, dan menghabiskan hidupnya sendiri, menyesali cinta yang terhalang.

​Aku tidak akan membiarkan Mei Lan menanggung nasib yang sama, pikir Yuhe dengan tekad yang dingin. Ia telah memilih cintanya. Cinta sejati tidak boleh dikorbankan untuk sutra atau uang.

​Yuhe tahu, ia harus melawan permainan politik Kepala Desa Liang. Ia tidak bisa melawan prajurit Istana, tetapi ia bisa melawan intrik desa. Ia adalah seorang penenun yang dihormati, dan ia memiliki jaringan di luar Desa Kain Sutra—jaringan yang terbentuk dari bertahun-tahun menjual benang sutra terbaik.

​Yuhe mulai merencanakan. Langkah pertamanya adalah mencari tahu siapa yang menjual Jian, dan langkah keduanya adalah mencari bantuan yang bisa membawa Jian dan Mei Lan jauh dari desa ini, sebelum Kepala Desa Liang menemukan mereka dan memaksa Mei Lan untuk menikah dengan Ling Fan.

​Ia memejamkan mata, membiarkan ingatan akan cinta yang hilang memberinya kekuatan. Yuhe tahu, ia akan mengambil risiko. Demi Mei Lan, demi cinta, ia akan menentang Kepala Desa, para prajurit, dan adat yang telah membungkamnya seumur hidup. Desa itu mungkin retak, tetapi di antara retakan itu, akan tumbuh benih keberanian.

1
Rustina Mulyawati
Bagus ceritanya... 👍 Saling suport yuk!
marmota_FEBB
Ga tahan nih, thor. Endingnya bikin kecut ati 😭.
Kyoya Hibari
Endingnya puas. 🎉
Curtis
Makin ngerti hidup. 🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!