NovelToon NovelToon
PEMILIK HATI TUAN MUDA MAFIA

PEMILIK HATI TUAN MUDA MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Gadis nakal / Identitas Tersembunyi / CEO / Mafia / Romansa / Iblis
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: TriZa Cancer

"𝘽𝙧𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. "
𝘼𝙙𝙪𝙝 𝙖𝙬𝙖𝙨... 𝙝𝙚𝙮𝙮𝙮... 𝙢𝙞𝙣𝙜𝙜𝙞𝙧.. 𝘼𝙡𝙖𝙢𝙖𝙠..

𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠𝙠...

Thalia putri Dewantara gadis cantik, imut, berhidung mancung, bibir tipis dan mata hazel, harus mengalami kecelakaan tunggal menabrak gerbang, di hari pertamanya masuk sekolah.

Bagaimana kesialan dan kebarbaran Thalia di sekolah barunya, bisakah dia mendapat sahabat, atau kekasih, yuk di simak kisahnya.

karya Triza cancer.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TriZa Cancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CEMBURU

Bel pelajaran berikutnya berbunyi nyaring.

Cia, Sasa, dan Thalia mendesah bersamaan.

“Yahh… masuk kelas lagi. Padahal masih seru ngobrolnya,” keluh Cia sambil menyeruput sisa es krim.

Thalia terkekeh ringan. “Nanti sore main ke rumah gue aja, gimana?”

Cia dan Sasa langsung saling pandang dengan mata berbinar.

“Serius, Lia? Emang boleh?”

“Boleh lah,” jawab Thalia sambil tersenyum.

Mereka bertiga berjalan santai di koridor menuju kelas. Tapi langkah Thalia terhenti saat melihat banyak siswa asing berdiri di depan aula utama.

Seragam mereka beragam, ada yang putih abu, ada juga yang menggunakan blazer dengan logo sekolah berbeda.

“Eh, mereka dari sekolah mana ya?” tanya Thalia heran.

Sasa menjelaskan, “Oh, mereka tuh anggota dan ketua OSIS dari sekolah-sekolah lain di Jakarta. Kayaknya mau ada technical meeting lomba antar-SMA deh.”

“Ohhh…” Thalia mengangguk mengerti, lalu melanjutkan langkah bersama dua sahabatnya.

Namun tiba-tiba, sebuah suara berat dan penuh karisma memecah keramaian.

Suara itu lantang dan jelas, membuat semua kepala menoleh.

“Bunny!”

Semua mata langsung mencari sumber suara itu. Para siswi menjerit kecil ketika melihat seorang pria tinggi, tampan, berwibawa, dengan seragam sekolah internasional warna hitam abu. Rambutnya sedikit berantakan namun tetap keren, auranya tajam dan berkelas.

Thalia langsung menegang.

Suara itu…

Ia sangat mengenal suara itu.

Refleks, Thalia berbalik, berusaha menyelinap pergi sebelum..

“Gotcha.”

Tangan kokoh itu sudah lebih cepat. Dalam sekejap Thalia terjepit dalam headlock ringan dari pria yang kini menatapnya dengan senyum puas.

“Andrian Pratama Dewantara,” gumam Sasa tak percaya. “Itu… siswa unggulan dari SMA Mandala Elite, kan?”

Cia membelalak. “Tapi… dia barusan manggil Thalia bunny!?”

Semua mata kini tertuju pada mereka berdua.

Thalia, yang biasanya galak dan penuh percaya diri, kini wajahnya memerah, mencoba melepaskan diri.

“Ian ichhhh...! Lepasin gue..! sumpah ya, lo bikin gue malu!” desis Thalia.

Andrian malah terkekeh, menepuk kepala adiknya itu dengan santai.

“Masih suka ngambek, ya, Bunny?” katanya dengan nada menggoda.

Kerumunan mulai berbisik heboh.

“Bunny? Serius itu panggilan sayang?”

“Mereka pacaran?”

“Enggak, kayaknya kenal dekat banget…”

Namun satu sosok di ujung koridor diam memperhatikan semuanya dengan tatapan tajam.

Athar.

Ia menatap Andrian dan Thalia yang masih beradu argumen kecil. Rahangnya mengeras. Ia tak tahu kenapa dadanya terasa sesak melihat Thalia diperlakukan begitu akrab oleh cowok lain.

'Bunny, huh… 'pikirnya dingin. 'Apa dia kekasihnya?'Tanya Athar dalam hati.

Di depan aula semua mendadak heboh.

Seseorang yang mereka kenal sebagai Andrian Pratama Dewantara, ketua OSIS sekolah elit “Mandala Elite school” yang terkenal dingin dan tak tersentuh, kini berdiri di depan aula… memeluk kepala seorang gadis dengan gaya manja.

Dan gadis itu adalah Thalia Putri yang mereka kenal murid baru, yang terkenal akan kecantikan dan ke absrudannya.

Cia dan Sasa sampai ternganga tak percaya.

“Lia… kamu kenal dia?” tanya Cia ragu.

Thalia menegakkan badan, wajahnya masam, berusaha melepaskan diri dari pitingan Andrian.

“Dia? Gak lah..Dia mah orang gila!” sahut Thalia cepat, menatap kakaknya dengan kesal.

Andrian malah tertawa, semakin mempererat pitingannya.“Ihh bau tau! Ian...lepas!” omel Thalia gemas sambil menepuk-nepuk tangan kakaknya.

Namun Andrian sama sekali tidak bergeming, justru semakin menjadi-jadi.“Gue kangen lo, Bunny Honey Sweety...” ucapnya manja sambil mengunyek pipi Thalia tanpa ampun.

Thalia mendengus, wajahnya merah padam karena malu dan kesal.

“Ian! Lepas! Sumpah aku aduin Mami nanti!” ancamnya.

Alih-alih takut, Andrian justru terkekeh puas.

“Aduin aja, sekalian bilang kalau aku kangen anak bontotnya,” ucapnya santai sambil menatap Thalia penuh kasih sayang.

Seluruh siswa di sekitar mereka mendadak gempar. Bisik-bisik mulai terdengar di mana-mana.

“Pantesan Thalia nggak tertarik cowok di Manggala…ternyata udah punya cowok.”

“Iya..mana cowoknya udah spek dewa gitu..! Ganteng, romantis, ketua OSIS pula…”

“Tapi katanya Andrian tuh dingin banget, kok sekarang jadi kayak puppy?aaahhh...romantis”

Bahkan anggota OSIS dari Mandala sendiri saling pandang kebingungan.

“Itu beneran ketos kita, Andrian? Yang biasa nyuruh orang push-up cuma gara-gara telat rapat?”

“Kayaknya dia kena guna-guna deh…”

Sementara itu, di sisi lain aula, keempat sahabat Athar sudah kacau sendiri melihat adegan itu.

Dion menepuk kepala sendiri.

“Gue mimpi nggak sih? Itu Thalia… dipeluk sama cowok lain?”

Raka bersiul pelan.“Cowoknya cakep sih, tapi vibes-nya kayak ketos versi lembut.”

Rafi menimpali, “Lembut apanya, itu jelas mesra! Nih liat tuh pipinya diunyek!”

Doni ngakak sampai hampir jatuh.

“Woi, yang lebih kocak tuh muka si Athar. Bos kita kayak mau meledak.”

Mereka langsung menoleh ke arah Athar.

Benar saja, wajah pemimpin mereka itu datar, tapi rahangnya menegang, bola matanya tajam menatap Andrian dan Thalia.

Raka menepuk bahu Rafi pelan.

“Fix… bos kita lagi ngedumel dalam hati, ‘itu tangan cowok kapan lepasnya dari kepala Thalia."

Rafi mengangguk cepat.

“Dan gue rasa, siapapun cowok yang bermesraan dengan Thalia tadi, bakal diincar ketua Golden Blood minggu depan.”

Athar berdiri di pintu aula sisi lain, dengan wajah datar tapi aura dinginnya terasa menusuk. Begitu melihat Andrian dan Thalia masih saja sibuk “bermesraan” di depan banyak orang, alisnya menukik tajam.

Tanpa banyak bicara, dia mengangkat dagunya memberi kode halus pada Raka.

Raka yang paham maksud kode itu langsung bergerak cepat menuju para ketua OSIS tamu.

“Maaf semuanya, rapat teknikal meeting segera dimulai. Mohon masuk ke ruang pertemuan sekarang juga,” ujarnya formal tapi penuh tekanan.

Thalia menatap Andrian 'Akhirnya gue bisa lepas dari ian"

“Tuh, udah disuruh masuk...sana cepetan Kak” goda Thalia sambil menepuk-nepuk jas rapi kakaknya.

Andrian mendesah panjang, senyum tipis muncul di wajahnya.“Baiklah, Bunny. Tapi nanti kita pulang bareng, ya?”

Thalia hanya mengangguk santai, tapi begitu Andrian mencondongkan kepala hendak mengecup keningnya

bruk!...

“Aw!”..

Andrian malah menabrak tembok karena Thalia dengan sigap menunduk dan berlari kabur sambil terkekeh.“Rasain! Gitu aja gak kena!” teriak Thalia dari kejauhan.

Andrian memijit hidungnya, menghela napas kesal.“Awas aja ya, Bunny…” gumamnya, tapi sudut bibirnya tak bisa menahan senyum hangat.

Begitu Thalia menghilang dari pandangan, aura lembutnya lenyap. Wajahnya kembali datar, dingin, dan berwibawa seperti topeng khasnya di sekolah Mandala Elite.

Seketika seluruh siswa lain mundur satu langkah, segan menatapnya langsung.

Andrian kini melangkah masuk ke ruang teknikal meeting, ketika masuk Ia melihat Athar sudah berdiri di depan layar proyektor tegap, berwibawa, tapi jelas terlihat... sangat tidak ramah.

“Ter­lambat,” ucap Athar datar tanpa ekspresi begitu Andrian baru melangkah masuk.

Nada suaranya rendah, tapi cukup membuat udara terasa berat.

Andrian hanya membalas dengan tatapan santai, menempati kursi di barisan depan.

“Tersesat.." jawabnya tenang, tapi bibirnya terangkat setengah, jelas ada nada menantang.

Rapat dimulai, tapi suasananya… tegang.

Beberapa kali Athar sengaja menunjuk Andrian untuk menjawab, memaparkan pendapat, bahkan mengoreksi hal-hal kecil yang sebenarnya tak perlu.

Andrian tetap menjaga ekspresinya datar, tapi dalam hati ia menggerutu.“Kenapa ketua Osis sekolah manggala ini sensi sama gue? Baru aja datang udah diincer.”

Sementara itu, di barisan belakang, keempat sahabat Atha, Raka, Rafi, Dion, dan Doni hanya bisa saling melirik dan mendesah bersamaan.

“Udah jelas, tuh…” gumam Dion pelan.

“Ketos kita bukan sensi. Dia cemburu.”

Raka menyahut cepat, “Fix. Gara-gara si Bunny alias Thalia.”

Rafi menepuk dahinya sambil tertawa pelan.

“Golden Blood vs Mandala Elite, perang dingin dimulai gara-gara satu cewek.”

Doni menambahkan dengan nada malas, “Dan ceweknya nggak sadar sama sekali lagi.”

1
Nagisa Furukawa
Gak sabar nih nungguin kelanjutannya, update cepat ya thor!
TriZa Cancer: siap kak di tunggu ya😍
total 1 replies
🌻🍪"Galletita"🍪🌻
Nggak sabar buat lanjut ceritanya!
TriZa Cancer: makasih kak sudah mampir di tunggu ya😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!