Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyonyaku
Setelah selesai shalat Maghrib, mereka pun makan malam bersama di apartemen Erina dengan menggelar karpet di bawah. Untuk makan malam ini Mama dan Bunda sengaja memesan makanan melalui aplikasi. Jadi menunya cukup beragam.
Setelah selesai makan, mereka ngobrol sebentar. Baik orang tua Erina maupun Rasyad akan kembali ke Indonesia besok pagi. Mereka sudah memesan tiket tadi siang. Ayah menitipkan Erina kepada Rasyad.
"Erina sudah menjadi tanggung jawabmu. Tugas ayah sudah beralih padamu. Bimbing Erina dengan baik. Saling memahami dan saling melengkapi itu penting. Kalau kamu sudah tidak sanggup dengannya, jangan main tangan. Kembalikan dia kepada ayah."
Kata-kata ayah begitu dalam. Ayah yang biasanya sangat ceria dan tengil, kini berbicara sangat serius. Erina melihat kekhawatiran dalam mata sang ayah.
"Insyaallah Rasyad akan menjaga dan melindungi Erina dengan segenap kemampuan. Mungkin Rasyad masih jauh dari kata imam yang baik, tapi Rasyad akan terus belajar. Rasyad akan berusaha untuk membuat Erina nyaman hidup dengan Rasyad."
Demi apa pun Erina terpesona dengan perkataan suaminya yang begitu lugas dan menyentuh hati.
"Ayah percaya kepadamu, Rasyad. Tidak perlu terburu-buru untuk saling mencintai. Nikmati prosesnya. Semua akan datang dengan sendirinya. Ya, syukur-syukur ayah bisa nambah cucu lagi, hehe..."
Baru saja Erina ingin menangis karena perkataan sang ayah yang begitu mengharukan baginya, namun ujung-ujungnya malah bikin emosi. Mama, Papa, dan Bunda hanya bisa tertawa. Sedangkan Rasyad menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil melirik Erina yang kini sedang terdiam.
Malam ini juga Ayah da Bunda akan tidur di hotel. Sedangkan Mama dan Papa akan tidur di apartemen Rasyad. Besok pagi mereka ketemuan di bandara. Mereka masih ingin memastikan bahwa keduanya benar-benar tidur di tempat yang sama. Mereka sengaja memasang CCTV di ruang tamu agar bisa memantau pengantin baru.
"Ada-ada saja orang tua ini. Bisa-bisanya mereka pasang CCTV. Ta Allah, aku kayak narapidana kalau kayak gini." Batin Erina.
"What, CCTV? Niat banget mereka, astaghfirullah...tapi nggak pa-pa, lumayan bisa lebih dekat. " Batin Rasyad.
Mereka keluar mengantar Ayah dan Bunda sampai depan apartemen.
"Ayah dan bunda pulang dulu. Ingat, layani suamimu dengan baik. Meski kamu seorang wanita karir, tapi prioritaskan suamimu. Paham?"
Erina mengangguk. Ia mencium punggung tangan orang tuanya. Begitu pun Rasyad mencium punggung tangan kedua mertuanya .
"Hati-hati, Bunda, ayah. " Ujar Rasyad.
"Terima kasih menantuku." Ujar Ayah sambil menepuk bahu Rasyad.
"Kalau perlu penguat, telpon ayah. Nanti ayah kasih tahu rahasianya." Bisik Ayah kepada Rasyad.
Hal tersebut membuat Rasyad terbelalak. Mertuanya itu benar-benar somplak. Rasyad hanya nyengir kuda.
Mereka kembali ke apartemennya.
Mama dan Papa pun pergi ke apartemen Rasyad karena sudah waktunya istirahat. Setelah kepergian mereka, Erina dan Rasyad bernafas lega. Mereka sama-sama duduk bersandar di sofa.
"Kak, tadi ayah bisikin apa?"
"Kak lagi. Kamu mau aku hukum?" Rasyad memajukan badannya sehingga membuat Erina kelabakan.
"Huh... tidak-tidak! Maaf kan aku, suamiku."
"Panggil aku dengan panggilan semestinya. Suamiku kayak di film India saja."
Erina terkekeh.
"Baiklah, Mas."
"Nah gitu kan lebih enak didengar."
Meski terdengar terpaksa, namun Rasyad sudah cukup senang. Keduanya mamang memiliki kepribadian yang sulit ditebak. Kadang usil, kadang serius, kadang pula menjengkelkan. Namun dari itu mereka dapat melakukan pendekatan.
Saat ini keduanya sedang berembuk untuk tidur. Kalau ketahuan tidur terpisah, maka mereka akan dapat ultimatum dari orang tua masing-masing. Sambil melirik ke arah CCTV, keduanya akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Kamar Erina besarnya sama dengan kamar Rasyad. Di dalam hanya ada lemari, tempat tidur, dan laci. Tempat tidurnya pun berukuran sedang.
Samoai di kamar, Rasyad langsung naik ke atas tempat tidur.
"Eh eh main naik saja. Siapa yang mengizinkanmu tidur di situ?"
"Tuh kan, lupa. Kita ini suami istri. Milikmu berarti milikku juga."
Erina mendengus.
"Tenang saja, aku tidak akan memakanmu." Ujar Rasyad sambil memainkan sebelah matanya.
"k-kamu.... ah, sudahlah. "
Erina cepat-cepat membuka lemari dan mengambil piamanya. Ia pun pergi je kamar mandi untuk ganti baju. Sementara itu, Rasyad membuka bajunya. Kali ini ia tidak memakai singlet, alias bertelanjang dada.
"Aaaa..... "
Erina histeris saat melihat suaminya itu. Rasyad langsung beranjak bangun dan menutup mulut Erina dengan telapak tangannya.
"Astagfirullah... kamu kenapa sih, sukanya teriak-teriak."
"Mas, k-kamu sih. Suka banget nggak pake baju."
"Memang kenapa? Aku gerah."
Erina mengalihkan pandangannya ke segala arah. Ia tidak ingin matanya ternoda.
Rasyad pun pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. Sedangkan Erina memakai masker malam untuk kesehatan kulit wajahnya. Ia juga memakai lotion di tangan dan kakinya. Jilbabnya ia buka karena ingin belajar terbiasa di depan suaminya. Saat Rasyad kembali dari kamar mandi, ia melihat istrinya sedang menyisir rambut. Rambut panjang, indah dan bergelombang itu sering Rasyad lihat pada gadis lain yang pernah ia temui di negara yang ia kunjungi. Namun ia menanggapinya dengan biasa saja. Sedangkan kali ini, rasanya ia ingin membelai rambut itu, namun ia masih Berhati-hati dalam bersikap. Ia tidak ingin Erina merasa tidak nyaman.
Rasyad pun duduk fi pinggir tempat tidur.
"Kamu pakai masker apa itu?" Tanya Rasyad basa-basi kepada istrinya.
"Masker untuk mengencangkan wajah." Jawab Erina dengan hati-hayi karena wajahnya sudah mulai kaku.
"Wah, mau dong."
"Boleh, bentar ya."
Erina mengambil satu masker lalu ia berdiri menghampiri suaminya. Rasyad sudah siap memejamkan mata.
"Ngapain merem? Melek! Duh ini sudah tumbuh jerawat satu." Erina menyentuh pelipis Rasyad yang tumbuh jerawat kecil.
Rasyad pun langsung membuka mata. Erina mulai memasang masker ke wajah Rasyad. Rasyad dapat merasakan hembusan nafas Erina. Wangi tubuh Erina menyeruak membuat Rasyad terlena.
"Ternyata enak juga punya istri, ada yang memperhatikan. "
"Nah, sudah. Nanti 10 menit lagi boleh dibuka."
"Okey, Terima kasih nyonyaku."
Erina menahan senyum mendengar panggilan aneh suaminya.
10 menit kemudian, mereka membuka masker bersamaan. Tiba-tiba handphone Rasyad berdering. Ternyata Roy yang menelponnya. Dengan malas, Rasyad menerimanya. Ternyata Roy hanya ingin memastikan kalau sahabatnya itu sedang bersama istrinya.
"Ck, nggak percaya. Tunggu sebentar."
Rasyad melambaikan tangannya agar Erina mendekat dan mau bebicara sebentar dengan Roy. Ia mengarahkan handphone ke telinganya.
"Hallo." Sapa Erina.
Rasyad segera menarik kembali handphone-nya.Ia todak ingin Roy berlama-lama mendengar suara istrinya.
"Sudah puas, bro?"
"Haha... ya ya baiklah, aku percaya. Selamat memadu kasih. Maaf sudah mengganggu."
Roy pun mengakhiri panggilan.
"Siapa?"
"Temanku yang tadi ngajak ketemu."
"Bukannya cewek, kok panggil bro?"
Rasyad mengulum senyum.
"Dih senyum-senyum lagi."
"Maaf, aku tadi nggak sengaja bohong. Temanku itu cowok bukan cewek. Namanya Roy."
"Oh.... "
Erina memalingkan wajah. Entah mengapa dia senang mendengar kejujuran suaminya.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semoga kalian berdua segera saling membuka hati, apalagi kedua ortu kalian dah memaksa kalian untuk tinggal bersama ?? Hayo kita semua dah siap nungguin kalian berdua belah duren 🤣🤣🤣🤩🤩🤩🙏