NovelToon NovelToon
Hello, Mr. Kordes

Hello, Mr. Kordes

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen Angst / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:105.1k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Siapa sangka moment KKN mampu mempertemukan kembali dua hati yang sudah lama terasa asing. Merangkai kembali kisah manis Meidina dan Jingga yang sudah sama-sama di semester akhir masa-masa kuliahnya.

Terakhir kali, komunikasi keduanya begitu buruk dan memutuskan untuk menjadi dua sosok asing meski berada di satu kampus yang sama. Padahal dulu, pernah ada dua hati yang saling mendukung, ada dua hati yang saling menyayangi dan ada dua sosok yang sama-sama berjuang.

Bahkan semesta seperti memiliki cara sendiri untuk membuat keduanya mendayung kembali demi menemui ujung cerita.

Akankah Mei dan Jingga berusaha merajut kembali kisah yang belum memiliki akhir cerita itu, atau justru berakhir dengan melupakan satu sama lain?

****

"Gue Aksara Jingga Gayatra, anak teknik..."

"Meidina Sastro Asmoro anak FKM, kenal atau tau Ga?"

"Sorry, gue ngga kenal."
.
.
.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alasannya, Meidina.

Shaka masih duduk di kursi beranda meski dirinya sudah bersiap dengan sepatu yang melekat rapi.

Melihat Mei yang baru menenteng sepatu dari dalam, ia lantas menegakan badan demi merogoh kunci motor.

"Kerja...kerja..." Jovi mengikat semua perkakas yang hari ini akan ia bawa dan menghimpit itu di depan.

"Diantara semua, proker lo doang nih yang makan biaya sama tenaga besar, Jo.."

"Elah, kan hasilnya juga nyata terpampang...terpakai buat jangka waktu yang lama, bahkan selamanya..."

Jingga sudah naik ke atas motornya, "hari ini, bapak kordes yang ikut pegang pembangunan jalur listrik di rumpun bambu." Jovi tersenyum lebar.

"Biar cepet. Saling bantu aja..." ucap Jingga tak mau membuat wajah-wajah penuh mencaci mereka lebih julid lagi.

Senja sudah tancap gas dengan Zaltan, begitupula Syua yang menemani Alby. Sementara Vio ikut Lula, dan Arlan...sejak tadi sudah berangkat bersama Mahad ke kabupaten.

Maru terlebih dahulu mengantar Lula dan Vio untuk kemudian menyusul Jingga dan Jovi nantinya.

"Udah Mei? Yuk!" ajakan Arshaka membuat Mei mengernyit, "lo ngikut gue?" pertanyaan Mei membuat anggota yang tersisa menoleh ke arah keduanya.

"Lah Jingga yang suruh..." jawab Arshaka menuduh sang kordes.

"Jalanin proker jangan sendiri, Mei..." suara Syua kini terdengar setuju dengan keputusan Jingga itu.

"Sesuai aturan kita, jalanin proker atau kemanapun jangan sendirian...seenggaknya ada yang nanti bantu atau sekedar negur kalau kita salah, atau mau tuker posisi aja? Arshaka yang gantiin aku?" tanya nya memberikan option yang justru akan menguntungkan Jingga bisa melancarkan modusnya dengan bebas tanpa anggota kelompok 21.

Dan ucapan Jingga memancing Mei untuk menaikan alisnya, menggeleng cepat sementara yang lain menatap Jingga jengah, "maunya elu itu, si..." kekeh Alby, "bisa banget Jingga nyambung-nyambunginnya..."

"Elu ngga tau kalo gini-gini doi suhu?" tanya Jovi dengan wajah tengilnya.

"Suhu apa?" tanya Mei, terang membuat Jingga menarik senyuman atas atensi Mei.

"Kasih paham cewek-cewek disini, Jov..." pinta Shaka bukan Jingga, praktis membuat Syua berdecih.

"Cowok pendiem, so--so misterius tuh justru garang, intelek, ngga bisa kalo dapet celah sedikit aja, pasti tuhhh..." bahkan Jovi saja yang menjelaskan, cukup kesulitan sampai-sampai ia menerawang sendiri.

"Maksud lo, cowok pendiem berkacamata tuh persis singa, gitu?" tanya Syua sukses membuat Mei tergelak puas Jingga disebut persis singa karena ia justru membayangkan wajah Jingga yang mengaum dengan caption since 1933.

"Ck, ci Yu...so so be go begitu. Jangan ditunjukin dong sifat polos-polos be gonya, ci..."

"Ya lo tadi ngomong garang, garang apa? Garang asem? Yang jelas lah kalo ngomong tuh..." sewot Syua, "udah buruan lah, ntar keburu siang..."

"Jadinya gue nemenin siapa?" tanya Jingga.

"Ya jangan gitu dong Ga, kan lo udah janji mau bantu di rumpun bambu..." Jovi turut tak terima.

"Ya udah gitu aja, ngga usah tukeran..." Jawab Mei membetulkan tali tas di pundaknya menghindari tatapan dengan siapapun, Jingga selalu bisa menempatkan dirinya di posisi serba salah untuk semua lemparan modus-modusnya itu.

"Ka...titip."

Dan kata titip itu seketika membuat mereka yang sudah sempat sibuk merapatkan boncengan kembali riuh melemparkan cibiran.

"Abis rapat langsung bawa balik anak gadis orang, Ka...jangan ngelayap." Ralat Jovi mencibir. Mei tak mempedulikan ocehan-ocehan setan di sekelilingnya itu dan sudah bersiap naik ke atas boncengan Arshaka.

Namun seolah tak ada hentinya, dan memang ada saja bahan cibiran para mo nyet 21 ini untuk meramaikan suasana, "jarak Ka, jarak....Mei duduk di besi pegangan motor, nah lo duduk di kepala stang." Jovi kembali memetakan.

Arshaka tertawa bersama Alby dan Syua, "jangan dempet-dempetan Mei, kasian anak tarka, baru gantung bendera dari kertas wajik, masa harus diterpa badai..." tambah Alby dan semakin kencang saja tawa Arshaka dan ketiganya, namun Jingga seolah memang sudah kebal dengan bisikan-bisikan ghoib disana. Lihatlah wajahnya yang tenang-tenang saja, sungguh Jingga memiliki iman yang kuat.

Arshaka mengemudikan motor ke arah rumah pak kades, menyusuri jalanan kampung Widya Mukti hingga bertemu jalan lebih besar tak rata yang jarang dilewati oleh kendaraan. Masih asri? Betul...saking asrinya, jalan rusak pun belum kembali tersentuh oleh pemerintah daerah. Sampai-sampai, Mei merasakan pegal di bagian tulang ekornya.

"Nanti posyandu sama konselingnya diadain dimana?" tanya Shaka.

"Tadi, kantor rw yang dibawah tadi. Kantor Rw 10." Jawab Mei.

Hingga kondisi jalan membaik, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah besar dengan pagar besi putih dan cat biru.

"Ini rumahnya?" tanya Shaka mendongak yang diangguki Mei, "emangnya lo belum tau, waktu survei?"

"Engga sampai ke rumahnya. Waktu survei kadesnya lagi di acara hajatan jadi diantar langsung ke rumah pak kadus sama sekdes."

Oke, gerbang tinggi terbuka memberikan celah sedikit memperlihatkan satu sampai tiga orang ibu berpakaian sama sedang duduk.

Sepertinya sengaja, sang pemilik rumah memilih halaman berkanopi depannya dijadikan tempat untuk tempat rapat terbukti dengan digelarnya karpet permadani turki yang telah diduduki oleh bu Yeti dan bu Asih.

"Teh Mei," sapa bu Yeti, tentu saja Arshaka dan Mei kenal, sebab bu Yeti adalah salah satu ibu yang sering memberikan makanan untuk anak-anak mo nyet kkn 21.

"Assalamu'alaikum ibu-ibu...belum pada datang ya?" Mei melepaskan sepatunya, menyisakan kaos kaki dan menjejak karpet, sementara Shaka menaruh motornya sesuai intruksi bu Asih, "masukin ke samping aja, a...kata bu kades."

"Eh, sudah datang?! Masuk teh, masuk...a..." sempat melongok dan menyapa bu kades kembali masuk saat ia belum siap dengan kerudungnya, "aduh sebentar ya a..."

Lalu sejurus kemudian, terdengar jeritan dari dalam, *aa...teh Mei sudah datang*!

Shaka dan Mei yang baru saja duduk bersila saling beradu tatap.

"Jaga jarak, Jingga titip pesen sama gue kalo lo sama kang Hamzah ngga boleh kurang dari 5 meter." Bisik Shaka yang memantik desisan Mei seraya mendelik.

"Wah, ada getuk sama bugis Mei...rengginang juga. Ini kalo Vio ada pasti dia udah siap sedia kresek..." bisik Shaka lagi, sekali lagi Mei mendesis seraya mendelik pada Shaka yang mengehkeh.

"Sok atuh aa, teteh di tuang...saaya-aya..." ucap bu Yeti yang datang membawa gelas untuk Mei dan Shaka.

"Hatur nuhun ibu, punten janten ngarerepot." Angguk Mei sopan.

Shaka yang sempat mencomot getuk turut terbengong melirik Mei, "lo paham?" namun sedetik kemudian Shaka menyadarkan dirinya, "duh gue lupa. Lo sempet jadi teteh-teteh Bandung 2 tahun kan ya..." kikiknya, ketiga kalinya Mei berdesis sambil mendelik sinis, "sore itu apa aja sih yang lo denger, Ka?" tanya nya penasaran pada Shaka.

"Gue ngga denger apa-apa, dibilangin." Dan ia masih sibuk comot sana-sini membuat Mei menyarangkan dorongan di kepala Shaka.

"Eh, padahal tadinya mau jemput, tapi sudah keburu datang kesini..." sapa Hamzah yang kini menghampiri dengan kaos putihnya membuat mereka menoleh pasa si *halo dok* ini...

Shaka, dengan tak ada akhlaknya justru mencuri-curi memotret kang Hamzah dan Mei yang tengah berinteraksi saling sapa.

KKN 21

(**Arshaka Mandala**) *take a picture*...

\#*Calon mempelai pria udah datang, fix ini sih gue datang kaya acara lamaran dadakan engga guys*?

(**Arshaka Mandala**) *take a picture*....

Foto kedua ia mengirimkan gambar getuk, rengginang, dan bugis isi kelapa yang berjejer di depannya.

(**Lengkara Savio**) *makhluk durjana, ajak-ajak gue Ka...lo tuh hoki banget tiap acara yang ada makanannya pasti kebagian*.

(**Sultan Tri Alby**) *oh no! Guys balik ke posko! Jemuran gue, cang cuttt gue takut terbang dan ilang kebawa badai*!

(**Aluna Senja**) *Titip cang cutt gue yang warna pink, By*....

(**T. Zioma Arlan**) *Prediksi BMKG hari ini, badai akan menyapu bersih rumah kades Cikalong dan sekitarnya, bareng septic tank septic tanknya sekalian*...

(**Raindra Jovian**) *dasar temen-temen lak nat, setan ngga usah di denger Ga. Lo kalo mau nangis bahu jalan siap dijadikan sandaran*.

(**Raras Nalula**) 😭😭 *ngakak njirrr, ngga ada satu pun yang waras selain layang-layang di atas sana*.

(**Purwangga Mahadri**) *Ban taii abis nilai kkn mereka, Ga. Gue ngga ikut-ikutan, kalo lo siap sama konsekuensinya, gue ada plan cadangan, gue punya no telfon dukun*.

(**Raindra Jovian**) *segala konsekuensinya akan aku terima, termasuk jadi lutung setengah badan*.

(**Aluna Senja**) *amit-amit*.

(**Livia Syua Tan**) *Sempet-sempetnya kepikiran lutung* 🤣

(**Lengkara Savio**) *Mei makin empet*.

(**Nagara Kertamaru**) *mangkok lampu 10, lampu led 5 watt 10, kabel*.

(**Aluna Senja**) *salah kamar bapak wakil* 😘

Maru hanya terkekeh kecil, memasukan kembali ponselnya ke dalam saku lalu melanjutkan kembali pekerjaannya bersama Jingga.

"Susul. Daripada lo resah gitu..."

Jingga menggeleng, "gue bukan anak kecil."

"Kalo lo beneran suka Mei, tembak aja Ga...apa lo ngga enak sama Syua? Atau sama yang lain?" ungkap Maru digelengi Jingga yang mendengus geli, "oh come on...aturan no cinlok waktu kkn? Gue ngga pernah anggap serius..."

Maru mengangguk, "harusnya gue ralat. Bukan cinlok, bukan begitu, Ga?" kini Maru melihatnya. Jingga kembali mendengus dan duduk sejenak menaruh perkakas.

"Setelah survei lokasi gue sempet ketemu I Ketut di kampus." Ucap Maru, "apa Meidina, alasan lo? Karena ngga mungkin Widya Mukti atau Cikalong, sebab jelas...kelompok lo dulu dapet penempatan kkn lebih enak."

.

.

.

.

1
sya-sha
candaannya bikin ngakak.yg baca jadi ikutan
rheisha
hahajaan,beruk kata nya...😁
rheisha
pinter banget senja balikin omongan nya ...😀
yuli
lanjuuuttt
sya-sha
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
rheisha
setajir itu kah mahad....enak dong
Khoirun Ni'mah
seru ya liat anak2 KKN,,emang seseru itu ya atau itu cuma khayalan teh Sin aja
🌸🌸mommy anak2..😉😉
😂😂😂😂😂😂
Zee Zee Zubaydah
duuh ayo dong mei,katanya mau saling terbuka lagi
jadi jangan ada yg di tutup²in lagi ya cantik
Fitria_194
arlan gk ada jaim jaimnya depan cewek... 😆😆😆😆.
lestari saja💕
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣yg ini juga betulllllll
lestari saja💕
benerrrrrr
lestari saja💕
pada berasumsi sediri sendiri😂😂😂😂
lestari saja💕
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
lestari saja💕
ga waras gtu kayak guru nya wiro sableng???
lestari saja💕
enak nya ada yg merhatiin
lestari saja💕
seruuu bgt....klo dah selesai kkn pasti kangen deh....
lestari saja💕
betooolllll
lestari saja💕
🤣🤣🤣🤣🤣
lestari saja💕
definisi sultan beneran nih mahad.....😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!