Elara Andini Dirgantara.
Tidak ada yang tidak mengenal dirinya dikalangan geng motor, karena ia merupakan ketua geng motor Ladybugs. Salah satu geng motor yang paling disegani di Bandung. Namun dalam misi untuk mencari siapa orang yang telah menodai saudara kembarnya—Elana, ia merubah tampilannya menjadi sosok Elana. Gadis manis, feminim dan bertutur kata lembut.
Lalu, akankah penyelidikannya tentang kasus yang menimpa kembarannya ini berjalan mulus atau penuh rintangan? Dan siapakah dalang sebenarnya dibalik kehancuran hidup seorang Elana Andini Dirgantara ini? Ikuti kisah selengkapnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Motor Langit memasuki gerbang rumah Elara. Ia disambut baik oleh Bik Asih dan dipersilahkan untuk naik menuju kamar Elara. Saat tiba di lantai atas, terlihat Elara yang menunggu kedatangannya di ambang pintu kamar.
Elara mengajak Langit duduk di sofa dalam kamarnya, lalu ia membalik laptopnya dan menunjukkannya pada Langit. "Aku sudah mendapatkan rekaman CCTV sekolah satu bulan sebelum kejadian Elara diperk*sa, tapi semuanya bersih. Tidak ada apapun yang mencurigakan di sini."
"Itu artinya, pelakunya tidak melakukan itu di sekolah?"
"Sepertinya iya."
Langit masih memperhatikan layar laptop milik Elara dengan tangan mengelus dagunya, berharap bisa menemukan satu petunjuk saja untuk menjalankan misi mereka ini. Tapi sayangnya apa yang dikatakan Elara benar, tidak ada apapun yang janggal dalam rekaman CCTV itu.
"Lalu bagimana sekarang? Penyelidikan kita ini tidak memiliki titik temu sama sekali." ucap Langit pesimis.
"Entahlah, aku juga mulai merasa pesimis sekarang. Aku sudah menyelidik Kenzie, tapi sepertinya Kenzie juga bersih. Jadi aku tidak tahu harus melanjutkan penyelidikan ini dengan apa sekarang." Elara sampai menghela napas panjang saking frustasinya dengan pencariannya yang belum menemukan titik terang ini.
Langit sama frustasinya. Sebab, ia sudah berjanji untuk membantu Elara menyelesaikan misi ini, tapi kalau tidak ada petunjuk seperti ini, maka bagaimana mungkin misi ini bisa selesai.
"Oh iya, mengenai—" Langit menghentikan ucapannya saat melihat isyarat dari Elara untuk diam.
Elara mengajak Langit menuju jendela kamarnya, lalu secara perlahan membuka gorden jendela sedikit dan melihat ke bawah rumah. Terlihat seorang laki-laki yang mengintai rumah Elara dari seberang jalan.
"Siapa dia?" tanya Langit pelan.
"Aku tidak tahu. Tapi yang jelas, dia beberapa kali aku lihat mengawasi rumahku."
Tanpa membuang waktu lagi, Langit langsung bergegas turun ke bawah dan keluar menuju tempat laki-laki tadi. Langit membuka gerbang rumah Elara dengan tidak sabaran hingga membuat pengintai tadi menyadari kehadirannya. Sosok laki-laki pengintai itu lekas berlari kabur, tetapi Langit tidak semudah itu melepaskannya.
Langit mengejar laki-laki tersebut dan langsung menendang punggungnya hingga membuat laki-laki itu tersungkur. Tidak membuang kesempatan, Langit kembali menendang kaki laki-laki itu hingga laki-laki itu benar-benar tidak mampu melakukan perlawanan lagi.
Setelah melihat laki-laki itu sudah lemah, Langit langsung membuka helm yang laki-laki itu kenakan. Tetapi meskipun sudah melihat wajahnya, Langit tidak bisa mengenal laki-laki tersebut.
"Siapa kau?" tanya Langit.
"Kau tidak perlu tahu."
Langit melempar helm di tangannya ke dada laki-laki tersebut hingga membuat laki-laki itu mengaduh sakit. "Sebelum aku menghabisimu, katakan siapa yang menyuruhmu!" tanya Langit kesetanan.
Laki-laki itu tertawa sumbang, ia seakan bisa mempermainkan emosi Langit hingga membuat Langit terpancing dan hendak menghajarnya kembali. Beruntung Elara segera datang mencegah Langit, kalau tidak maka laki-laki itu mungkin tidak akan selamat dari amukan Langit.
Dari arah belakang Elara dan Langit, sebuah motor melaju dengan kencang, lalu menendang Langit hingga membuat Langit jatuh. Elara yang terkejut langsung membantu Langit berdiri dan kesempatan itu digunakan dua pria tadi untuk kabur.
"Sial! Mereka berhasil kabur!" rutuk Langit.
Sebelum dua pria itu benar-benar pergi jauh, mata Langit berhasil menangkap plat nomor motor yang dikendarai keduanya dan merekamnya dalam otaknya. Sedangkan tatapan Elara justru terfokus pada jaket yang dikenakan dua laki-laki itu.
"Ganstar lagi?" monolog Elara.
"Tidak, jangan terkecoh. Aku rasa kecurigaan kita benar, ada yang sengaja mengadu domba Ganstar dan Atlantis."
"Kenapa kau begitu yakin?"
"Aku hampir mengenal semua anggota Ganstar, tapi laki-laki itu tadi bukan salah satu anggotanya," jelas Langit. "Tapi kau tenang saja, aku sudah mengingat plat motor mereka dan aku yakin kita akan mengetahui siapa mereka sebenarnya." Langit mengeluarkan ponselnya dan langsung menghubungi Jojo.
"Ada apa, Bos?"
"Caritahu siapa pemilik motor dengan nomor D9728AM."
"Baik, Bos."
Langit memutus panggilannya setelah mendengar jawaban Jojo. "Kita pasti akan mengetahui pelakunya dengan segera."
"Baiklah, ayo masuk, biar aku obati lukamu."
...•••***•••...
Setelah Langit pulang, Elara membersihkan diri dan memilih untuk beristirahat. Barusaja ia keluar dari kamar mandi, terdengar ponselnya berdering, ternyata Papa Efendi yang menelepon dengan panggilan video.
"Halo, Pa." sapa Elara dengan senyum yang tersungging di kedua sudut bibirnya.
"Selamat malam, Sayang."
"Malam, Pa."
"Sudah makan malam?"
"Hm, sudah tadi."
"Syukurlah, Papa senang mendengarnya. Oh iya, tadi Zakia menghubungi Papa, katanya kondisi Kakakmu semakin membaik setiap harinya. Sekarang ruangannya juga sudah di pindahkan ke lantai dua."
"Ini berita yang sangat bahagia, Pa. Akhirnya Elana bisa melewati masa-masa terpuruknya."
"Iya Sayang, Papa juga bahagia karena kesehatan Elana yang semakin membaik. Papa sudah menunggu waktu untuk kita berkumpul kembali seperti dulu. Papa merindukan momen-momen bersama kalian berdua, Sayang."
"Aku juga Pa, aku juga merindukan momen kebersamaan kita. Apalagi saat dulu masih ada Mama, keluarga kita sangat lengkap rasanya."
Seketika kesedihan melingkupi hati Elara saat teringat setiap momen kebersamaannya dan Elana bersama kedua orang tua mereka. Tapi kini, Elara dan Elana bahkan Papa Efendi harus menjalani hidup tanpa Mama Dewi setelah Mama Dewi meninggal dunia saat Elana dan Elara menduduki bangku kelas satu SMP.
Papa Efendi juga merasakan kesedihan yang sama. Istri yang teramat ia cintai telah tiada dan itu membuat hatinya terasa hampa. Tapi demi kedua putrinya, ia mencoba untuk terlihat baik-baik saja.
"El," panggil Papa Efendi.
"Hm?" Elara menghapus setitik air mata di ujung matanya.
"Jangan bersedih lagi Nak, Papa tidak bisa melihatmu bersedih."
Elara mengembangkan senyumnya. Ia langsung memasang topeng yang menunjukkan dirinya baik-baik saja di depan sang Papa. Paling tidak, ia tidak mau mengungkit kerinduan Papanya kepada Mamanya, karena ia tahu, jika mengingat itu Papanya pasti akan sedih.
Setelah membicarakan banyak hal bersama Papanya, Elara menyudahi sesi teleponnya. Baru saja panggilannya dan sang Papa terputus, terdengar dentingan pesan masuk dari Langit.
"Apa orang-orang yang menginti rumahmu masih terlihat?"
Elara menuju jendela dan melihat ke bawah rumahnya melalui jendela tersebut. Setelah memastikan semuanya aman, barulah ia membalas pesan dari Langit. "Tidak, aku rasa sudah aman sekarang."
"Baguslah kalau mereka benar-benar sudah pergi. Sepertinya, setelah kejadian ini mereka akan mulai berhati-hati. Tapi kau harus terus memantau area rumahmu, kalau ada yang mencurigakan segera hubungi aku."
"Baiklah, terima kasih atas bantuanmu."
"Sama-sama. Beristirahatlah karena ini sudah malam. Good night."
...•••***•••...
"Baiklah, cukup sekian pertemuan kita hari ini, sampai bertemu lagi besok." Ibu Siska menutup bukunya dan keluar dari kelas les.
"El, biar aku antar pulang." ajak Kenzie.
"Ela...na pulang bersamaku." Hampir saja Langit keceplosan memanggil Elara di depan Kenzie.
Elara menatap tak enak hati pada Kenzie, tetapi untuk menolak Langit rasanya juga tidak enak. Apalagi, selama ini Langit selalu ada bersamanya untuk mengusut kasus Elana.
"Ken, maaf, aku pulang dengan Langit saja."
Meski dengan berat hati, Kenzie mengangguk dengan terpaksa, merelakan gadis pujaannya diantar oleh Langit, rival sekaligus sepupunya yang sayangnya tidak pernah akur dengannya itu.
semakin di bikin penasaran sama authornya .,...🤣🤣
pinisirin kelanjutannya.....💪
masih belum ada titik terang siapa yg memperkosa elana...