Menceritakan tentang seorang gadis yang anggun dan lemah lembut, namun semenjak jiwa nya digantikan berubah menjadi kejam jika ada yang mengusiknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nrsl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Brum Brum
Cia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia sangat khawatir dengan aiden, terlebih ia sangat merasa bersalah telah membentak Aiden.
"Kak Iden" lirih Cia, tak terasa air matanya mengalir begitu saja. Cia sadar, bahwa ia telah mencintai Aiden. Tanpa Cia sadari, mobilnya tengah diikuti oleh seseorang.
Ckiiit
Mobil Cia berhenti di depan markas Cruel. Cia pun langsung berlari masuk ke dalam markas, lalu ia pun bertemu dengan Bima, Aldino dan Galang.
"Dimana kak Iden?" Tanya Cia dengan nafasnya yang terengah-engah.
"Di kamarnya, yang ada di lantai 3" ucap Aldino.
Markas Cruel memang memiliki 3 lantai. Lantai I tempat berkumpul, lantai 2 tempat meeting, lantai 3 hanya khusus untuk Aiden, dan lantai bawah tanah tempat eksekusi.
"Lo langsung ke atas aja, Cia" ucap Galang.
"Gue minta tolong sama lo" ucap Bima.
Cia pun mengangguk.
"Hmm, Cia ke atas ya kak" ucap Cia dan langsung melangkah ke arah lift.
Ting
Kini Cia berada di lantai 3, matanya melirik melihat ke sekelilingnya.
Tap tap tap
Cia melangkah perlahan, saat langkahnya terhenti di sebuah ruangan yang pintunya terbuka. Cia menutup mulutnya tidak percaya, ia melihat Aiden dengan kondisi yang tidak baik-baik saja, rambutnya berantakan, tangannya penuh dengan darah yang sudah mengering, serpihan kaca dimana-mana, melihat Aiden seperti itu membuat hati kecil Cia sakit.
"Kak Iden" lirih Cia dengan berjalan mendekat kearah Aiden.
Deg
Aiden terdiam mendengar suara yang sangat ingin ia dengar setiap harinya. Lalu ia pun menoleh ke arah Cia dengan wajah datarnya.
"Kak" lirih Cia Iagi dengan menangkup wajah tampan Aiden dengan kedua tangannya.
"Maafkan Cia" ucap Cia dengan air matanya yang mengalir begitu saja.
Deg
"Cia menangis" batin Aiden, sungguh ia tidak rela jika Cia nya menangis.
Aiden pun dengan penuh kesadaran menangkup wajah cantik Cia dengan kedua tangannya, lalu ibu jarinya ia gunakan untuk menghapus air mata Cia.
"Jangan menangis" ucap Aiden lembut namun wajahnya masih terlihat datar.
Cia pun menggelengkan kepalanya dan langsung memeluk Aiden dengan erat.
"Maafkan Cia, kak" ucap Cia dengan air matanya yang masih mengalir.
Aiden membalas pelukan Cia dengan mengusap-usap punggung Cia
"Cia ga salah. Kakak yang salah tidak bisa menahan emosi kakak. Kakak cemburu Cia"
Deg
Cia mendongakkan kepalanya.
"Kak Iden cemburu?"
"Apa yang sebenarnya dibisikkan kak Alex, sehingga Kaka begitu emosi?" Tanya Cia beruntun, ia sungguh sangat penasaran.
Aiden menatap lekat Cia.
"Kamu tau namanya?" Tanya Aiden.
"Hmm, dia yang mengenalkannya sendiri" ucap CIA apa adanya.
"Jangan sebut nama dia di depanku" ucap Aiden dengan wajah datarnya.
CIA tersenyum.
"lya, kak Iden. Jadi, kenapa tadi Kakak begitu emosi?" Tanya CIA lagi.
Aiden mengelus surai Cia lembut.
"Dia ingin merebutmu dari Kakak " ucap Aiden.
CIA pun tersenyum.
"Tidak dan tidak akan pernah, kak"
Aiden mengerutkan dahinya, ia tidak mengerti apa maksud dari perkataan Coa.
Cia yang mengerti dengan raut wajah Aiden yang bingung lantas tersenyum manis dan mengelus Pipi Aiden dengan lembut.
"l LOVE YOU, Kak Iden"
Deg deg deg
Detak jantung Aiden berdegup dengan kencang, apakah ia tidak salah dengar pikirnya.
"M-maksudnya?" Tanya Aiden memastikan.
CIA tersenyum dengan wajahnya yang sudah memerah.
"l LOVE YOU AIDEN LUKE HENRY" Ucap Cia dan langsung memeluk Aiden untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah karena menahan malu.
Senyuman mengembang kini terbit di bibir Aiden, sungguh ia sangat bahagia sekali, Coa membalas cintanya.
Aiden lalu menangkup wajah Cia lembut dengan kedua tangannya.
"Kamu yakin?" Tanya Aiden sekali lagi.
Cia tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"lya kak" ucap Cia.
Cup
Aiden mengecup kening Cia sedikit lama, menyalurkan rasa cintanya yang semakin lama semakin besar untuk Cia
Cia pun memejamkan matanya, merasakan cinta Aiden yang begitu besar untuknya.
"Terimakasih" ucap Aiden menatap Cia dengan lekat.
Cia pun hanya tersenyum menatap wajah tampan Aiden. Kini tatapannya mengarah ke tangan Aiden yang penuh luka.
"Kak” ucap Cia dengan memegang tangan Aiden yang penuh luka.
"Cia obati dulu" ucap Cia dengan menarik tangan Aiden menuju sofa.
Aiden tersenyum, ia sungguh sangat senang kekasihnya begitu perhatian.
Cia pun mengobati luka Aiden dengan lembut dan telaten. Setelah itu Cia pun meniup luka Aiden, supaya sakitnya hilang pikirnya.
Aiden sedari tadi tidak mengalihkan pandangannya dari wajah Cia, sungguh kekasihnya sangat cantik pikirnya.
"Selesai” ucap Cia dengan tersenyum manis.
"Terimakasih, sayang" ucap Aiden lembut.
Blush
Lagi dan lagi hanya karena di panggil sayang pipi Cia langsung memerah.
"Aaaaaaaa mamaaaa... Sekalinya punya pacar bikin hati Cia meleleh terus" batin Cia berteriak.
Aiden yang melihat pipi kekasihnya memerah terkekeh.
Cup
Cup
Aiden mencium kedua pipi Cia.
"Kenapa pipinya merah, hmm?" Tanya Aiden dengan tangan yang mengelus pipi Cia lembut, sungguh ia sangat ingin tertawa, namun ia tahan.
Cia memelototkan matanya, cukup terkejut tiba tiba Aiden mencium pipinya.
"E-eh ini kak... Ko gerah ya" ucap Coa dengan mengibas-ngibaskan tangannya.
"Hahahaha" Aiden tertawa terbahak-bahak, sungguh kekasihnya ini sangat lucu pikirnya.
Cia terdiam, ia sungguh terpesona melihat Aiden tertawa selepas itu.
"Ya Tuhan... Tampan sekali" ucap Cia dalam hatinya. Cia pun berusaha menetralkan perasaannya kembali.
"Kak Iden, bisa pakaikan ini?" ucap Cia dengan mengeluarkan sebuah kotak persegi panjang berwarna biru.
"Kalung ini?" Ucap Aiden.
"Hmm, Cia selalu membawanya setiap hari" ucap Cia dengan senyum manisnya.
Aiden tersenyum, hatinya berbunga-bunga, kalung yang ia siapkan untuk Cia kini ia sendiri yang memakaikannya.
Aiden pun mengambil kalung itu untuk ia pakaikan pada kekasihnya, Cia yang peka menyibakkan rambutnya ke samping untuk mempermudah Aiden memasang kalungnya.
Kini kalung itu pun terpasang di leher jenjang Cia.
Aiden tersenyum menatap Cia yang telah memakai kalung pemberian darinya.
"Sangat cantik" ucap Aiden.
"Kak Iden... Cia maluuuu" ucap Cia dengan menutup wajah dengan kedua tangannya.
Aiden terkekeh dan melepas tangan yang menutupi wajah Cia, ia pun mengelus-elus lengan Cia lembut.
"l love you so much" ucap Aiden dengan menatap Cia lekat.
Cia tersenyum menatap Aiden.
"I love you too" ucap Cia.
Aiden tersenyum, kini tatapannya beralih pada bibir mungil Cia. la pun mendekat dan memiringkan wajahnya, saat hidungnya bersentuhan dengan hidung Cia , tangan Aiden kini terulur mengelus bibir Cia.
"Boleh?" Tanya Aiden.
Deg deg deg
Jantung Cia berdegup dengan kencang, Cia yang hanyut dalam perasaannya akhirnya memejamkan matanya. Aiden yang melihat kekasihnya memejamkan matanya tersenyum, tak lama..
Cup
Bibir Aiden pun mengecup bibir mungil Cia. Seakan tidak cukup, Aiden pun kembali mencium bibir Cia.
Cup
Bukan hanya kecupan, kini Aiden melumat bibir Cia dengan lembut, semakin lama ciuman Aiden semakin menuntut.
"Hah hah hah" nafas mereka terengah-engah.
Aiden tersenyum menatap Cia dan menempelkan keningnya ke kening Cia.
"Terimakasih, my world" ucap Aiden.
Pipi Cia yang sedari tadi sudah memerah, kini semakin memerah, ia sungguh sangat malu.
"Kak ideeeennn" lirih Cia, ia pun langsung menelusupkan kepalanya pada dada bidang Aiden.
Akhirnya mereka pun tertidur di sofa dengan saling berpelukan.
...****************...
"Bim, AI, gue mau nunjukin sesuatu sama kalian" ucap Galang serius.
"Apaan... Kalo ga penting ga usah" ucap Aldino.
Plak
Galang menepuk bibir Aldino.
"Liat dulu ogeb... Baru ngomong"
"Sssssshh.. Lo kebiasaan banget sih Lang nepuk-nepuk bibir gue" ringisan Aldino dengan memegangi bibirnya.
"Makanya liat dulu" ucap Galang.
Bima yang melihat interaksi kedua sahabatnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Mana" ucap Bima pada Galang.
Galang pun memutar video yang berada di handphonenya.
"Anjiiirrr... Mata suci gue" ucap Aldino dengan menutup matanya namun masih melihat video itu.
"Denger obrolan mereka ogeb... Bukan di liat itunya" ucap Galang mendelik, lebay sekali sahabatnya yang satu ini pikirnya.
Sedangkan Bima yang mendengar obrolan kedua orang yang berada di dalam video itu mengepalkan tangannya kuat.
"BRE*GSEK... Jadi mereka berdua yang ingin mencelakai Vina" ucap Bima datar.
Galang mengangguk.
"Hmm, Sepertinya mereka bekerja sama" ucap Galang.
...****************...
Dret dret dret
Getaran handphone membangunkan Cia dari tidurnya. Cia pun membuka matanya dan melihat handphonenya yang bergetar, ternyata ada pesan masuk dari papanya.
"Princess... Papa dan mama ada urusan pekerjaan yang mendadak di negara S, kami sudah sampai di bandara, sebentar lagi pesawatnya berangkat, jaga diri kamu ya sayang" pesan dari papa Ramon.
Cia menghela nafasnya.
"Huuuft... Sendirian deh” ucap Cia, ia pun bangun dari tidurnya, namun saat ia akan bangun ada sesuatu yang menahannya.
"Tangan siapa ini” ucap Cia, ia pun melirik ke samping, dan betapa terkejutnya ia.
"Kak İden” lirihnya, ia menutup mulutnya tidak percaya. Cia tidak habis pikir, kenapa ia bisa ketiduran.
"Huuuft... Aku harus segera pulang” ucap Cia
[Ding]
Layar hologram muncul di depan CIA
[Selamat misi Anda berhasil]
[Selamat Anda mendapatkan poin kepintaran 10%]
"Terimakasih, Ale" ucap Cia dalam hatinya.
[Cia]
[Sebaiknya kamu lebih berhati-hati lagi]
[Dari rekaman cctv mobil, ada yang merusak rem mobilmu]
"Kamu tau siapa pelakunya, Ale?" Tanya Cia.
[Sepertinya itu hanya orang suruhan]
[Aku tidak bisa mendeteksi siapa yang menyuruh orang itu]
”Hmm" deheman Cia, lalu ia pun tersenyum smirk.
"Kita ikutin permainannya..." Ucap Cia dengan tatapan tajamnya.
[Kamu harus berhati-hati, Cia]
" Hmm... Aku minta senjata api dan pelindung kepala beserta badan" ucap Cia.
[Baik Cia, untuk perlengkapan pelindung pemotongan poin 5%]
"Tidak masalah Ale"
[Baik]
[Memproses]
[Selesai]
[Senjata api dan alat pelindung sudah ada di dałam mobil]
"Baiklah Ale... Kita harus pergi sekarang" ucap Cia, ia pun melangkah perlahan agar Aiden tidak terbangun dari tidurnya.
...****************...
"Si bos lagi ngapain ya di atas, ko lama banget” ucap Aldino kepo.
"Ya mana gue tau" ucap Galang yang mengangkat kedua bahunya.
"Ssssstt berisik” ucap Bima.
Ting
Lift pun terbuka melihatkan Cia, ia pun langsung mengarah ke inti Cruel yang sedang berkumpul di sofa.
"Kak, Cia pulang dulu ya" ucap Cia pada mereka.
"E-eh, Aiden mana ?" Tanya Aldino.
"Kak Iden masih tidur, Cia ga tega bangunin nya" ucap Cia
"Gue anter" ucap Bima, ia khawatir jika gadis yang di cintai sahabatnya pulang sendiri.
"Eh ga usah kak, lagian masih jam 10 jalanan masih rame. Cia juga bawa mobil" ucap Cia tidak enak.
Sebenarnya Bima tidak setuju, ia takut jika sahabatnya tau gadisnya pulang sendiri akan marah.
"Baiklah" ucap Bima.
"Hati-hati Cia" ucap mereka berbarengan.
Cia pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya, tak lama Cia pun berjalan keluar menuju mobilnya.
Saat di mobil, ia langsung mengenakan pelindung kepala dan badannya.
"Hah jangan harap kau bisa membunuhku" ucap Cia tersenyum smirk. la pun langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan rendah.
Saat Cia sudah menjalankan mobilnya, dari arah belakang ada mobil berwarna hitam yang mengikuti Cia, dia adalah Renan dan anak buahnya.
"Bagus. Lo habis kali ini Cia" ucap Renan dengan tersenyum menyeringai.
"Kejar dia" perintah Renan kepada anak buahnya.
"Baik bos" ucap anak buah Renan.
Cia yang menyadari ada mobil yang mengikutinya tersenyum menyeringai, ia pun mengarahkan mobilnya ke tempat yang sepi.
Saat sudah berada di tempat yang sepi, Cia membuka jendela mobilnya dan mengarahkan senjata api miliknya ke arah mobil yang mengikutinya.
Dor Dor Dor
Cia menembakan senjata apinya ke arah mobil Renan.
"BRE*GSEK... Dia bawa senjata api" ucap Renan kesal.
"Tembak dia" perintah Renan.
Dor Dor Dor
Dengan mudah Cia menghindari mobilnya dari tembakan itu. Asalkan tidak terkena ban mobil 'it's okey' pikir Cia.
Cia tersenyum menyeringai.
"Jadi rupanya itu kau, Renan. Tidak semudah itu kau bisa menghabisi ku, Renan. Hahaha"
Cia pun mencoba mengarahkan senjata apinya ke arah ban mobil Renan.
"Karena kau ingin bermain-main denganku, ini balasannya " ucap Cia, dan..
Dor Dor Dor
Ckiiit
Mobil Renan kini kehilangan kendali.
"BRE*GSEK.... KENDALIKAN MOBIL INI SI*LAN" perintah Renan kepada anak buahnya.
"Saya tidak bisa bos" ucap anak buah Renan yang tengah mengendalikan mobil.
Ckiiit
Braaak
Duaaar
Mobil yang di naikin Renan pun menabrak tebing dan meledak.
Tapi tidak dengan Renan, ia berhasil melompat dari mobilnya, namun keadaanya sungguh sangat parah. CIA yang melihat itu pun menajamkan tatapannya.
"SI*LAN... Dia masih hidup" ucap Cia.
Cia pun segera keluar dari mobilnya, karena mobil Cia mengarah ke tepi jurang.
Ceklek
Bruuuk
Duar duar duar
Mobil Cia meledak berkeping-keping.
"Aaaawwwssss" ringisan Cia. Kini Cia berada di semak-semak, badannya kini penuh dengan luka goresan.
"Ale, aku minta obat M 12” ucap Cia.
Obat M 12 yaitu obat yang berfungsi sebagai penghilang luka dan rasa sakit.
[Baik Cia]
[Pemotongan poin 10%]
"Cepatlah, Ale"
[Baik]
[Memproses]
[Selesai]
[Obat ada di saku bajumu, Cia]
"Terimakasih, Ale"
Cia pun langsung menelan obat itu.
"Huuuuuuft akhirnya....” Cia pun menghela nafasnya lega, kini luka yang ia miliki sedikit tersamar dan nyeri yang ia rasakan sudah tidak terasa Iagi.
Sedangkan di lokasi yang sama namun tempat berbeda, Aiden dengan langkahnya yang tertatih-tatih melihat mobil yang di kendarai oleh kekasihnya masuk jurang dan meledak.
"Cia" lirih Aiden.
Bersambung
nanti akan menyusahkan
good job
athor teruskan berkarya