NovelToon NovelToon
Mari Jatuh Cinta

Mari Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / Cinta setelah menikah / Playboy / Konflik etika / Nikah Kontrak
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sayidah Syifaul

Adhya Kadhita Megantari,
sedang menikmati masa jomblonya,tenang tanpa ada gangguan dari para pria.
Nyatanya ketenangan hidupnya harus diganggu oleh playboy macam Hasabi Laka Abdullah.

Tiba-tiba tanpa ada aba-aba.
Gimana gk tiba-tiba, kalau pada pertemuan pertama Papa Desta memaksa menikahkan Adhya dengan Laka.

mau gk yaa?
Yuk, baca cerita pertama saya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayidah Syifaul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ditinggal, nih?

Laka meregangkan ototnya setelah dua hari berbaring di ranjang karena demam. Ia mencari cari istrinya yang tak terlihat setelah ia membuka matanya. Pagi pagi begini sudah meninggalkannya, memang hari ini Adhya ada jadwal ngajar, ya? Setahu Laka tidak ada.

Laka menuruni tangga, mencari Adhya yang mungkin saja masih ada di rumah, kalau tidak ada ya sudah. Katanya, kan mahasiswa di kampusnya sebentar lagi KKN, jadi Laka, pun tak heran kalau Adhya sibuk. Zahid saja sudah ribet mempersiapkan KKN-nya.

Setelah berkeliling rumah, akhirnya Laka menemukan Adhya ada di taman bunga bunda. Sedang memangkas ranting ranting bunga yang terlihat tidak rapi.

Laka menghampiri istrinya itu, berdiri di belakangnya untuk menutupi terik matahari yang mengganggu Adhya. Karena Adhya terlihat kepanasan, dan itu inisiatifnya sebagai suami yang peka. Laka memang peka, karena itu banyak yang suka.

Adhya yang sedang berjongkok menengok ke atas, dan ternyata itu Laka, suaminya.

"Udah sembuh?" tanya Adhya lalu berdiri.

"Udah," jawab Laka. "Kamu gak masuk aja, Yang? Udah panas nih,"

"Belum, kok. Belum panas panas amat. Masih jam sembilan ini," Adhya menolak, lagi pula pekerjaannya ini sedikit lagi selesai, mumpung ia dirumah juga. Biar bunda nggak terlalu repot repot mengurus taman ini.

Laka geleng geleng, ia saja kepanasan, tapi ia akan menutupi Adhya supaya terik matahari tak berani menyusahkan istrinya yang sedang merawat bunga bunga ini. Adhya kemudian berjongkok lagi, dan meneruskan pekerjaannya. Namun kemudian Laka melihat sesuatu di hijab Adhya, tepat di atas kepalanya.

Astaga! Itu ulat! Batin Laka.

"Yang!" Panggil Laka.

"Hm?" Adhya tak memedulikan dan masih lanjut dengan aktivitasnya. Tak menyadari bahwa bahaya besar sedang mengintainya.

Halah, bahaya apaan, wong cuma ulet doang!

Tapi itu menakutkan bagi Adhya.

"Ada ulet," Laka berusaha bicara pelan, takut kalau Adhya langsung kocar kacir gak karuan.

"Hah! Mana?!" dan tanpa diduga, Adhya malah melompat dan memegang lengan Laka erat erat.

"Mana?!" tanya Adhya lagi karena tak kunjung mendapat jawaban dari Laka.

"Di kerudung kamu," Laka berbisik.

"Buang! Buang Laka! Geli....! Buang!" Adhya heboh sendiri, sedangkan dirinya sudah ganti memeluk Laka erat erat, bukan hanya sekedar memegang lengannya lagi.

Astaga...... Laka deg deg an, tapi juga sangat senang.

"Lakaaa.....!!" Adhya kembali berteriak.

"Iya iya, bentar. Aku juga geli ini, Yang," ujar Laka. Dan Adhya malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Bentar, yaa," memang pada dasarnya, Laka ini sengaja berlama lama, karena sebenarnya...... ulat itu, sudah jatuh sejak Adhya melompat dan memegang Laka, tadi. Jadi ini cuma modusnya Laka, ya.

Laka hanya bilang 'bentar, bentar' terus tanpa melakukan apa apa, justru tangannya bergerak membalas pelukan Adhya padanya.

Semula Adhya tidak menyadarinya, namun lama lama ia merasa kalau Laka terlalu santai menanggapinya, padahal, kan ia ketakutan setengah mati, jadi Adhya mendongakkan kepalanya untuk melihat apa yang sebenarnya dilakukan suaminya ini, dan ternyata..... ada senyum lebar terbit di wajah Laka, dan itu membuat Adhya kesal. jelas kalau ia sedang dikerjai Laka saat ini.

Adhya menginjak kaki Laka sekuat tenaga. Dan sangat lama untuk melampiaskan kekesalannya. Dasar! Memang mantan bajul itu, pinter cari modus, ya?

Iya!

"Aw! Aw! Aw! Sakit, Yang.... Ssshhhh...." Laka mendesis kesakitan setelah Adhya melepaskan injakan kakinya.

"Kdrt, sih, kamu," Laka protes, ia, kan hanya ingin memeluk istrinya, masak gitu doang gak boleh.

Masa bodo! Gak peduli! Adhya justru meninggalkan Laka masuk.

Adhya duduk di ruang tamu dengan wajah yang ditekuk. Kenapa pula mereka berdua harus ada di rumah besar ini sendiri. Adhya, kan jadi nggak bisa ngadu pada bunda.

"Yang, marah nih ?" tanya Laka.

"Bentar," karena Adhya mau mengangkat telpon dulu.

"Iya, Kan?" Kania yang telpon.

Gimana, udah di izinin?

"Eh, iya gue lupa,"

Gimana, sih?

"Iya, iya, nanti gue kabarin. Gue ijin dulu, nih,"

Tuut

"Lak, minggu depan pembukaan KKN, jadi sibuk banget, aku minta ijin buat nginep, boleh?"

"Berapa hari?"

"Dua hari, satu malam,"

"Aku ditinggal tidur sendiri, dong?"

"Heh, ini mending, ya aku izin, daripada nggak. Harusnya, kalau suami keluar itu pamit, kalau istri keluar itu izin, bukan malah gak ada omongan kayak kamu kemarin," Adhya malah mencibir Laka mengungkit soal malam dimana Laka nggak pulang. Tapi entah kenapa, saat Laka mengingat momen itu, selau terasa mengganjal dihatinya.

"Iya, iya..., boleh, kok, asal jangan sama si Fares,"

Astaga, mana mungkin Adhya nginep sama Fares.

"Sama Kania," jawab Adhya.

...****************...

Sementara itu, di belahan bumi yang lain, tampak seorang wanita tengah uring uringan sendiri. Sahabatnya sudah berusaha menenangkan, namun bukan malah tenang, wanita itu, justru semakin menjadi.

"Anak ini harus punya ayah, Ze!" teriak wanita itu, yang tak lain adalah Rashta.

"Iya, dia punya ayah..." Zea berusaha menenangkannya sebisa mungkin.

Perabot di apartemen ini sudah dibanting habis oleh Rashta. Memang begitu, Rashta adalah wanita dengan emosi yang gampang meledak ledak.

"Terus kenapa lo ngelarang gue buat ketemu ayahnya?" Rashta memancarkan wajah penuh amarah. Matanya memerah, yang selain karena marah, air matanya juga mengalir deras. Rashta hanya menginginkan ayah bayi ini sekarang.

"Sabar, Rash! Ada waktunya nanti, gak sekarang!" Zea masih berusaha sabar.

"Lo nyuruh gue sabar sampek kapan? Kalau dia makin deket sama wanita itu gimana? Waktu mereka nikah, lo bilang sama gue kalau mereka nggak akan lama, tapi apa? Sekarang mereka makin deket!"

"Iya! Lo sabar dulu, lo percaya sama gue kali ini, ya? Laka pasti balik lagi sama lo,"

Rashta kembali menangis, meluapkan segala kesedihannya pada sahabatnya ini, sahabat yang selalu menemaninya apapun yang terjadi.

Zea ingin sahabatnya ini kembali tersenyum, karena semenjak Laka menikah, senyum Rashta perlahan memudar, dan semenjak Laka memutuskan Rashta, senyumnya sudah tak pernah lagi nampak.

1
Lovely
up lagi thor
Lovely
lanjut thor,,,,seru alurnya ringan gak bosen diselingi candaan...
Lovely
Gatot tuh Laka,,, lanjut thor/Facepalm/
SJR
Assalamu'alaikum, Mampir thor saling suportnya 🙏
Syifa Afida: ok, kak! makasih
total 1 replies
franza
keren bangett, semangatt author-nim
ian gomes
Aku suka banget tokoh-tokohnya. Jangan berhenti nulis thor.
Syifa Afida: makasih, kak udah kasih aku semangat/Smile/
total 1 replies
Linda Ruiz Owo
Ceritanya sangat menghibur, thor. Ayo terus berkarya!
Syifa Afida: makasih semangatnya, kak!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!