NovelToon NovelToon
Anak Haram Kaisar

Anak Haram Kaisar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kutukan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rahael

Elena hanya seorang gadis biasa di sebuah desa yang terletak di pelosok. Namun, siapa sangka identitasnya lebih dari pada itu.

Berbekal pada ingatannya tentang masa depan dunia ini dan juga kekuatan bawaannya, ia berjuang keras mengubah nasibnya dan orang di sekitarnya.

Dapatkah Elena mengubah nasibnya dan orang tercintanya? Ataukah semuanya hanya akan berakhir lebih buruk dari yang seharusnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21: Ketenangan Sebelum Badai

Ellios POV

Sebuah ketukan pintu yang menggangu tidurku terdengar, dan tanpa sempat aku mengizinkannya masuk, pelayan yang baru-baru ini melayaniku masuk begitu saja.

Ia membuka tirai jendela balkon untuk membangunkanku dengan teriknya sinar mentari yang langsung menusuk wajahku.

"Yang mulia, bangun! Anda punya jadwal kelas sejarah hari ini," ucapnya sambil berjalan kesana kemari di dalam kamarku.

Pada pagi hari saja suasana hatiku sudah buruk karena kedatangan orang ini. Pada akhirnya, aku bangun dengan setengah hati dan melakukan semua jadwal yang sudah diatur sedemikian rupa.

Membersihkan tubuh, memakai baju, hingga waktu makan pelayan itu selalu berada di sampingku.

Kenapa ibu melakukan hal seperti ini lagi setelah sekian lamanya? Apakah karena terakhir kali aku ketahuan bertemu kak Theon?

Situasi ini sangat menyebalkan ketika mengetahui ada seseorang yang selalu melaporkan apapun yang kita lakukan, bahkan itu hanya sesuatu yang kecil.

Maka dari itu, aku selalu mengabaikan pelayan itu tanpa menghiraukan keberadaanya. Aku ingin tahu berapa lama ia akan bertahan tanpa bisa memberikan laporan apapun pada ibu.

Hari ini pelajaran sejarah tentang darah istimewa keturunan kaisar. Pengetahuan umum yang semua bangsawan tentu saja mengetahuinya dengan betul.

Mata merah muda yang menjadi bukti bahwa kamu adalah keturunan asli sang kaisar. Hanya saja, semakin lama mata merah muda mulai memudar, begitu pula kekuatan misterius yang tidak banyak diketahui oleh orang lain. Yang mengetahui tentang kekuatannya itu adalah kaisar dan keturunannya saja.

"Dikatakan bahwa kekuatan dari mata itu dapat melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang biasa. Mungkin pangeran suatu hari nanti akan bisa melihatnya," ucap pengajarku.

Aku hanya mengangguk tanpa membantah apapun. Mata merah keruh yang kumiliki membuatku tidak dapat membangkitkan kekuatan yang disebutkan oleh kaisar.

Entahlah, sebenernya kekuatan apa itu. Tapi, sejak beberapa hari ini entah mengapa ada yang berubah.

Aku melirik ke arah pengajarku. Sebuah aura yang samar muncul disekitarnya. Selama beberapa hari ini aku melihat orang-orang di sekitarku memiliki warna aura yang berbeda-beda. Entah apa artinya, dan kenapa ini bisa terjadi setelah sekian lamanya....

Aku melirik lagi ke arah pelayanku yang masih setia berdiri tepat di sampingku.

Mungkin sejak aku bertemu dengannya?

Aku hanya bisa menghela napas lelah. Memikirkan sesuatu yang tidak ku mengerti hanya akan membuang waktuku. Aku hanya perlu fokus pada apa yang terlihat saja.

Jadwal selanjutnya adalah berlatih pedang dengan guruku yaitu Galeon. Aku pun berjalan ke barak kesatria untuk menemui guruku.

"Pangeran! Anda selalu datang tepat waktu, ya?" Pria dengan tubuh kekar bernama Galeon itu menyapaku dengan begitu semangat.

"Tentu saja aku harus tepat waktu. Aku tidak bisa membuat kestaria terbaik di kekaisaran menunggu begitu lama," ucapku sambil diselingi kekehan ringan.

"Anda tidak perlu memuji saya seperti itu~"

"Tidak apa,"

Aku pun mulai mengambil pedangku dan melakukan sedikit pemanasan sebelum melakukan gerakan inti. Tapi, entah mengapa aku merasa pegangan pedangku terasa aneh. Namun, aku tidak tahu apa yang berbeda.

Aku terus mengayunkan pedangku hingga tiba-tiba saja tanpa sadar tanganku tergelincir hingga melepaskan pedang itu.

Sial!!

Pedang itu terlempar ke arah seseorang. "AWAS!!!" Aku berlari begitu cepat ke arah orang itu tapi, mau secepat apapun semuanya akan terlambat.

Apakah akan ada orang yang terluka karenaku!? Berapa cerobohnya aku!

Aku menutup mataku karena merasa sudah terlambat namun, detik kemudian aku mendengar suara teriakan dari pria itu.

"ARGHH!!!"

"...?"

Sejak kapan pelayanku berada disana?

Dengan tepat waktu pelayan itu menyelamatkan seseorang dari bahaya. Aku pun berlari mendekati pria itu lagi dan berkata, "Maafkan aku! Aku tidak sengaja melakukannya. Apa kamu terluka?" Aku mengulurkan tanganku pada pria itu.

"Pangeran!? A-anda tidak perlu meminta maaf! Astaga, jangan tundukkan kepala anda!" Pria itu terlihat panik saat melihat kedatanganku.

Kenapa aku tidak perlu minta maaf? Apa seorang pangeran tidak perlu meminta maaf walau berbuat salah?

"Anda tidak boleh mengatakan hal seperti itu dengan mudah. Anda harus menjaga martabat anda sebagai calon kaisar selanjutnya." Pria itu tersenyum paksa ke arahku, dan itu selalu terjadi.

Memuakkan. Kenapa aku yang jadi kaisar? Apa mereka melupakan Kak Theon?

Aku hanya bisa diam dan pergi dari sana.

Aku kangen Kak Theon....

Kemarin aku mendapatkan kabar bahwa kak Theon sudah berada di kediaman Count Larrens. Hal itu membuatku lega.

"Yang mulia, tunggu!" Suara pelayan itu menyadarkan lamunanku lagi. Langkahku terhenti di lorong istana.

"Anda meninggalkan rompi anda!" Pelayan itu terlihat berkeringat saat menyusulku sembari membawa rompi yang ku tinggalkan di barak.

Aku mengambilnya dengan kasar tanpa mengatakan sepatah katapun. Namun, sesuatu terdengar di telingaku hingga membuatku membelalakkan mataku ke arah pelayanku.

"Kenapa sikapnya berbanding terbalik dengan yang ku tahu?" Suara berbisiknya masih bisa ku dengar hingga membuatku terkejut dengan keberanian pelayan ini.

"Kamu bilang apa?" tanyaku dengan tatapan menyipit.

"A-apa? Apa yang anda maksud?"

Dia berpura-pura bodoh lagi. Sebenernya apa yang diberikan oleh ibu hingga ia begitu setia dengannya.

"Lebih baik jaga mulutmu itu. Kamu bisa dijatuhi hukuman hanya dengan satu kata atas nama penghinaan keluarga kekaisaran," ancamku. Pelayan ini benar-benar tidak punya harapan lagi. Kebodohannya akan menjerumuskannya kedalam neraka suatu hari nanti.

Ellios end POV

Elena yang mendengar kata-kata dari Ellios hanya bisa tercengang. Otaknya masih mencerna situasi yang baru saja terjadi namun, Ellios sudah pergi lebih dulu meninggalkannya di belakang lagi.

"Yang mulia, tunggu saya!" Mau tidak mau Elena kembali mengejar Ellios. Ia tidak tahu apalagi yang bisa terjadi jika ia mengalihkan pandangannya sejenak saja.

Hal itu hampir berakhir buruk tadi. Saat di barak, jika saja Elena tidak memperhatikan lebih teliti mungkin saja hari ini seseorang akan terluka atau bahkan meninggal di hadapannya.

Dari hal kecil itu dapat menyadarkan Elena bahwa kekuatannya dapat mengubah nasib seseorang. Tapi, jika cakupannya terlalu luas maka akan menimbulkan efek kupu-kupu. Hal itulah yang terjadi ketika ia mencoba melawan takdir Delia.

Elena tidak punya waktu untuk meratapi masa lalunya lagi. Untuk saat ini ia hanya perlu bertahan hidup di istana dan keluar dengan selamat. Membuka toko bunga impian Delia dan menyusul Delia ke sisi tuhan.

Tapi, melayani Pangeran Kedua ternyata lebih sulit dari yang kubayangkan!

...★----------------★...

Di kota Drugen, Altheon kembali ke desa lagi untuk menunggu kedatangan anak laki-laki berambut merah muda itu lagi.

Bunyi bel saat pintu terbuka membuat penjual disana langsung merebahkan senyum untuk menyambut pelanggannya.

"Oh, kamu lagi!"

"Halo, paman," sapa Altheon dengan ramah. "Apakah Paman sudah mendapatkan informasi tentang anak yang ku cari kemarin?"

"Oh, kemarin temannya berkunjung dan mengatakan terjadi kecelakaan yang merenggut nyawanya. Kalau tidak salah sudah empat hari setelah kematiannya."

Deg.

Bibir Altheon menjadi kaku seketika. Napasnya tercekat akan fakta yang ia dengar.

Empat hari lalu? Itu bertepatan dengan hari itu....

Kepala Altheon tertunduk. Ia menutup wajahnya dengan perasaan frustasi.

Sial! Apa-apaan lagi ini?! Apa itu benar kecelakaan?? Tidak lagi... El....

"Nak, kamu tidak apa?" Penjual itu kebingungan ketika menemukan Altheon hanya terdiam sambil berdiri di depannya.

"... Tidak... Terimakasih, paman...." Altheon langsung pergi begitu saja tanpa menoleh lagi.

Cring!

"Menurutmu apakah itu benar kecelakaan biasa? Aku sih tidak berpikir begitu~"

Suara pria itu kembali terdengar di kepala Altheon, membuat Altheon mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.

"Kenapa semua orang yang ku sayang meninggalkan ku??!!"

"Tentu saja. Karena kamu itu 'Lemah'."

Perkataan pria itu seperti sebuah bilah pisau yang menancap jantung Altheon.

Apakah karena aku lemah? Ibu... dan sekarang El....

"Maka dari itu, ayo jadi kaisar dan hancurkan orang-orang yang menginjak-injak kesayanganmu!"

Nada pria itu serat akan keserakahan.

Altheon mengretakkan giginya dengan kesal. "Aku perlu memastikannya." Dengan pikiran seperti itu, Altheon berjalan menyusuri gang-gang kecil, mencari sesuatu yang ia yakini pasti ada satu yang seperti itu di kota pelosok ini.

Sebuah tempat dengan papan nama bertulis Pa Diviem tergantung apik di pintu.

To Be Continued:

1
Tachibana Daisuke
Terus menulis, jangan kapok ya thor!
Rahael: makasih semangatnya🤗
total 1 replies
khun :3
Ceritanya bikin penasaran thor, lanjutkan!
Rahael: tunggu kelanjutannya ya🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!