NovelToon NovelToon
Cerita Kita

Cerita Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni / Idola sekolah
Popularitas:723
Nilai: 5
Nama Author: cilicilian

kisah cinta anak remaja yang penuh dengan kejutan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cilicilian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Viola

"Zian! Andra! Stop!" Teriakan Dara yang lantang membahana di lapangan, menghentikan perkelahian antara Zian dan Andra. Kedua laki-laki itu menghentikan aksi mereka, menatap Dara dengan raut wajah yang bercampur antara terkejut dan sedikit takut.

Wajah Dara yang biasanya manis, kini dipenuhi amarah. Ia merasa sangat kesal melihat kedua laki-laki itu berkelahian seperti anak kecil di area sekolah. Banyak siswa yang hanya menonton tanpa ada niat melerai, bahkan beberapa di antara mereka malah menyemangati perkelahian tersebut. Melihat pemandangan itu membuat Dara semakin geram.

Dara menghampiri mereka berdua, berdiri di antara Zian dan Andra, menghalang-halangi mereka untuk melanjutkan perkelahian. "Kalian kayak anak kecil, tahu nggak?!" ujarnya, suaranya bergetar karena amarah. Ia menatap bergantian ke arah Andra dan Zian, menunjukkan kekesalannya yang sangat besar.

Andra dan Zian hanya terdiam, nyali mereka seolah-olah menciut di hadapan Dara yang sedang marah. Mereka berdua sadar bahwa Dara bukanlah orang yang mudah ditaklukkan.

Dara melanjutkan tegurannya. "Ini masih area sekolah bukan area tinju! Gue nggak tahu yang mulai siapa duluan, tapi cara kalian berdua itu salah!" ujarnya, mencoba untuk menenangkan emosinya. Ia ingin agar mereka berdua menyadari kesalahannya. Ia ingin agar mereka berdua menyadari bahwa tindakan mereka salah dan tindakan mereka sangat tidak pantas, apalagi ini masih di area sekolah.

Tiba-tiba, seorang cewek muncul di tengah-tengah mereka, mendekati Dara. "Lo jangan sok jadi pahlawan, deh, Ra! Mereka kayak gini juga karena lo, kok!" ujarnya, suaranya terdengar sinis dan penuh tuduhan. Ia tampaknya tidak menyukai Dara.

Dara mengerutkan dahinya, memandang cewek yang baru saja datang itu dengan tatapan yang penuh selidik. Cewek itu memiliki penampilan yang sangat mencolok dengan rias wajah yang tebal, rambut yang bergelombang, pipi yang merah merona, bibir yang berwarna pink cerah, dan pakaian seragam sekolah yang sangat ketat, menunjukkan lekuk tubuhnya yang aduhai. Penampilannya yang seperti itu terlihat tidak pantas dan tidak sesuai dengan aturan sekolah.

Dara bertolak pinggang, menatap cewek di depannya dengan tatapan tajam yang penuh amarah. "Heh, kodok zumba! Gue nggak ada urusan sama lo!" ujarnya, suaranya dingin dan penuh sindiran. Ia merasa kesal dengan tuduhan cewek tersebut. Ia merasa tidak perlu untuk berurusan dengan orang seperti itu. Ia merasa bahwa cewek tersebut tidak pantas untuk diperdulikan.

Cewek itu, yang merasa sangat tersinggung dengan perkataan Dara, menahan amarahnya yang hampir meledak. "Lo nggak usah sok kecantikan, deh, jadi orang!" ujarnya, suaranya terdengar geram. Ia merasa bahwa Dara terlalu sombong dan meremehkannya.

Dara, dengan raut wajah yang semakin sombong, membalas dengan sindiran yang lebih tajam. "Lah, gue mah cantik nggak kayak lo! Baju udah nggak muat dipake aja! Nggak punya duit lo buat beli baju baru!" ujarnya dengan tawa remeh, tatapannya memandang cewek itu dari atas sampai bawah dengan tatapan yang penuh penghinaan. Ia ingin sekali membuat cewek itu merasa malu dan rendah diri.

Cewek itu, yang sudah tidak dapat menahan amarahnya lagi, mendekat ke arah Dara dan menoyor lengan Dara dengan keras. "Lo jangan belagu, deh!" ujarnya, suaranya penuh amarah. Ia ingin sekali memberikan pelajaran kepada Dara.

Dara, dengan ekspresi jijik, mengusap lengannya seolah-olah terkena kotoran. "Jangan sentuh-sentuh gue! Tangan lo terlalu kotor buat nyentuh gue!" ujarnya, menatap cewek itu dengan tatapan yang penuh penghinaan. Ia merasa bahwa sentuhan cewek itu telah mencemari dirinya.

Cewek itu, mengangkat tangan kanannya, siap untuk menampar Dara. Amarahnya sudah memuncak. Ia ingin sekali memberikan pelajaran kepada Dara yang telah meremehkannya.

Dara mengerutkan alisnya, lalu memejamkan mata, menunggu tamparan dari cewek itu. Namun, ia tidak merasakan apa pun di pipinya. Ia membuka matanya, dan melihat bahwa tangan cewek itu sedang ditahan oleh Andra.

Andra memegang tangan cewek itu dengan sangat kuat, membuat cewek itu meringis kesakitan. "Sekali lagi lo nyentuh Dara, gue pastikan tangan lo patah!" ujarnya, tatapannya tajam dan penuh ancaman. Ia kemudian melepaskan tangan cewek itu dengan kasar, membuat cewek itu tersentak.

Zian, yang tiba-tiba muncul, menambahkan ancamannya. "Viola! Berani banget lo mau nyentuh Dara!" teriaknya, suaranya penuh amarah. Ia merasa sangat marah kepada Viola yang berani menyentuh Dara. Ternyata cewek itu bernama Viola.

Viola, yang masih merasakan sakit di tangannya, berteriak kepada Zian. "Zian! Aku itu pacar kamu! Bukan Dara!" ujarnya, menunjukkan kekesalannya karena Zian membela Dara. Ia merasa cemburu dan iri kepada Dara. Ia merasa bahwa Zian lebih peduli kepada Dara daripada kepadanya.

Sekarang Dara tahu kenapa Viola datang dan mencari ribut dengannya, pastinya ya karena Zian. Dara, yang kini mengerti alasan Viola hanya bisa tersenyum sinis. Viola ternyata cemburu karena Zian membelanya. "Pacar? Pacar lo bilang! Gue nggak pernah suka sama lo! Apalagi pacaran!" Zian berteriak, suaranya lantang dan tegas. Ia menatap Viola dengan tatapan tajam yang penuh kebencian.

Sedangkan Dara mendengus malas, tidak tertarik melihat drama murahan di depannya. Jadi, ia memilih menarik lengan Andra, menyeret keluar dari kerumunan itu.

Andra yang sedang di tarik oleh Dara hanya bisa pasrah. Senyum kecil terbit di bibir Andra.

Ternyata Andra di bawa oleh Dara ke UKS, lalu menyuruh Andra duduk di brankar. "Lo duduk! Gue mau ambil obat merah!" ujarnya, lalu pergi mencari kotak P3K. Ia ingin mengobati luka Andra karena sudah membantunya tadi.

Andra terdiam melihat tubuh mungil Dara yang sedang mencarikan obat untuknya. Hari ini ia sangat bahagia melihat Dara yang seperti memberikan perhatian kepadanya meskipun ia harus terluka terlebih dulu akibat berkelahi dengan Zian.

Dara kembali dengan kotak P3K, lalu duduk di sebelah Andra. Tanganya dengan telaten mengobati luka di bibir Andra yang sedikit sobek. Sentuhan lembut Dara membuatnya merasa nyaman dan tenang.

Detak jantung Dara berpacu kencang ketika tangannya menyentuh luka di bibir Andra. "Kenapa jantung gue berdebar kencang banget, ya?" Dara bergumam dalam hati, merasakan debaran jantungnya yang semakin cepat. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda ketika bersama Andra.

Andra menatap lekat wajah Dara yang begitu dekat dengannya. Sebuah senyum manis terbit di wajahnya. "Awsss sakit, Ra." ujarnya, meringis kesakitan ketika Dara membersihkan lukanya. Sentuhan Dara terasa begitu lembut, namun tetap terasa sakit di lukanya.

Dara menatap Andra dengan datar. "Makanya diem! Jangan senyum-senyum!" ujarnya, mencoba untuk menyembunyikan perasaannya. Ia merasa sedikit gugup berada di dekat Andra.

Dara menyelesaikan perawatan luka di bibir Andra. Ia meletakkan kembali kotak P3K, jari-jarinya masih sedikit gemetar. Tatapannya masih tertuju pada bibir Andra yang kini sudah diobati. Kedekatan mereka membuat udara di ruangan terasa lebih hangat, tetapi juga dipenuhi ketegangan yang tak terucap. Keheningan menyelimuti mereka sejenak, hanya diiringi suara detak jantung Dara yang masih terasa berdebar kencang.

Andra mengulurkan tangannya, menghentikan gerakan Dara yang hendak berdiri. Sentuhannya lembut, jari-jarinya menyentuh jari Dara sebentar sebelum kembali menarik tangannya. "Makasih, Ra," ucapnya, suaranya terdengar lebih rendah dari biasanya, menunjukkan rasa terima kasih yang tulus. Ada sesuatu yang tersirat dalam ucapannya, sesuatu yang lebih dari sekadar ucapan terima kasih biasa.

Dara menarik tangannya, merasa sedikit terkejut dengan sentuhan Andra. Pipinya terasa sedikit memanas "I…iya," jawabnya, suaranya sedikit gugup.

Ia berusaha untuk bersikap tenang, namun perasaannya campur aduk. Ia merasa senang karena telah membantu Andra, namun di saat bersamaan ia juga merasa gugup dan sedikit canggung berada sedekat ini dengan Andra.

"Kamu, nggak papa, kan?" Andra bertanya, menunjukkan rasa khawatirnya. Ia ingin memastikan bahwa Dara baik-baik saja setelah kejadian tadi.

Dara mengangguk, mencoba untuk tersenyum. "Gue nggak papa, cuma… capek aja…" ujarnya, mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Ia merasa sedikit canggung untuk membahas perasaan yang mulai muncul di dalam dirinya.

Andra menatap Dara dengan lekat. "Sekali lagi makasih ya Ra, maaf udah buat kamu capek," ucapnya, lalu tersenyum tipis. Senyumnya itu membuat hati Dara bergetar. Ada sesuatu yang berbeda dalam senyum Andra kali ini, sesuatu yang membuatnya merasa sedikit terpesona.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!