Bianca Mith. Doktor muda arogan yang selalu saja mencari masalah setiap hari saat sedang bekerja. Ayahnya yang seorang pebisnis terkenal tidak tahan dengan kelakukan anaknya itu. Maka dari itu perjodohan itu diadakan.
Bianca menikah dengan Aether Beatrice. Dosen muda dari Universitas Mith. Sesuai kesepakatan awal, beberapa tahun setelah menikah, salah satu dari mereka harus mengorbankan cita-cita mereka untuk memimpin perusahaan keluarga.
Namun tepat setelah satu hari setelah pernikahan, Aether baru mengetahui bahwa ia memiliki penyakit serius pada bagian otaknya. Membuat Aether akan kehilangan sedikit demi sedikit ingatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athena_Shou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter Neurologi
Bianca mencari tau tentang siapakah itu Nathan Sykes. Nama yang ia temukan pada kontak nomor di ponsel Aether. Dan ia menemukan salah satu artikel yang menjelaskan siapakah itu Nathan.
Saat semua orang sedang menggunakan waktu istirahatnya untuk bersantai atau makan, Bianca menggunakan waktunya untuk mencari tau sebenarnya seberapa jauh pertemanan antara suaminya dengan dokter itu.
"Apa yang kamu cari?" tanya Nichol mendekat dan menaruh kotak kecil berisikan salad di meja Bianca.
"Salah satu dokter di Rumah Sakit Mith," jawab Bianca masih sibuk membaca artikel tentang Nathan.
"Siapa namanya?"
"Nathan Sykes."
"Oh, dokter spesialis neurologi, bukan?"
Pandangan Bianca yang tadinya tertuju pada layar ponsel kini tertuju pada Nichol yang duduk di kursi sampingnya. Hal yang dikatakan oleh Nichol sama dengan tulisan di artikel yang ia baca. Dokter spesialis neurologi.
"Apa kamu mengenalnya?" tanya Bianca penasaran.
"Tidak. Aku tidak berteman dengannya. Tapi dia cukup terkenal. Dia dokter terbaik dalam pengobatan sistem syaraf. Ada banyak orang yang berkonsultasi dengannya. Ada yang memiliki masalah saraf otak, sumsum tulang belakang, dan, aku rasa banyak lagi," balas Nichol membuka kotak salad miliknya.
"Dia dokter neurologi terbaik di negeri ini," lanjut Nichol menatap ke arah Bianca.
Bianca diam. Dokter neurologi. Bianca tidak mengerti untuk apa Aether berteman dengan orang itu. Apakah benar mereka berteman jauh sebelum tahun ini? Atau mereka berkenalan karena ada sesuatu yang Aether konsultasikan kepada dokter itu?
"Apakah ada masalah?" tanya Nichol memecahkan khayalan Bianca.
"Tidak ada," jawab Bianca mematikan layar ponselnya.
"Kalau tidak salah neurologi juga menangani masalah tumor, 'kan?" tanya Bianca.
"Benar. Tapi hanya tahap awal. Aku rasa cuma diagnosa dan perencanaan beberapa tahap pengobatan selanjutnya saja. Aku tidak terlalu mengerti karena aku tidak dibidang itu," jawab Nichol.
Pandangan Bianca dan Nichol teralihkan saat ada seseorang membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. Flora. Perempuan itu telah menyelesaikan tugasnya. Dan akan istirahat.
"Apa? Kenapa kalian menatapku?" tanya Flora canggung karena ditatap oleh dua orang sekaligus.
"Tidak ada," jawab Nichol melanjutkan kegiatan makan.
"Apakah operasinya sudah selesai?" tanya Bianca pada Flora.
"Sudah selesai. Dan sekarang waktunya istirahat sebentar," ujar Flora meregangkan tubuhnya.
"Bukankah akhir-akhir ini kamu tidak pernah menjemput adikmu lagi?" tanya Bianca saat Flora duduk di kursinya.
"Adikku? Dia selalu bersama suamimu. Suamimu selalu membantu adikku mengerjakan tugas di perpustakaan setelah jam kuliah berakhir. Dan mereka akan malam bersama," jelas Flora membuka tasnya.
"Apakah suamimu tidak pernah menceritakan itu?" tanya Flora menatap ke arah Bianca.
"Tidak pernah," jawab Bianca.
"Tapi apakah itu bagus? Meninggalkan adikmu bersama orang yang jauh lebih tua darinya. Lalu juga ada teman suamiku di sana. Bagaimana jika seandainya adikmu dihasut?" tanya Bianca khawatir dengan kondisi Ethan.
"Apakah suamimu orang buruk? Sampai-sampai menghasut adik orang lain?" tanya Nichol dengan mulut masih penuh dengan makanan.
"Bukan suamiku yang aku khawatirkan. Tapi temannya," balas Bianca melirik ke arah Nichol.
Flora diam sebentar. Pengaruh buruk. Sejauh ini Flora tidak melihat adanya kebiasaan buruk baru pada diri Ethan. Bahkan sebaliknya, semenjak Ethan bersama Aether, adiknya itu lebih sering berbicara. Lebih sering memulai percakapan. Dan lebih sering mengekspresikan perasaannya. Walau terkadang adiknya itu hanya bercerita tentang seberapa mengesalkannya Aether, namun melihat itu Flora cukup senang. Flora tidak senang saat adiknya kesal. Flora senang karena pada akhirnya adiknya menemukan teman.
Selama ini Ethan benar-benar sendiri. Selalu menghabiskan waktunya di rumah untuk belajar. Bahkan saat Flora mencoba untuk membicarakan kehidupan sekolah Ethan, adiknya itu sama sekali tidak memberikan jawaban.
Dan sekarang, Ethan mulai berani menceritakan segala hal yang terjadi. Melihat itu, Flora merasa bersyukur karena suami sahabatnya bisa menerima Ethan dan menjaganya.
"Aku rasa tidak masalah. Seharusnya aku yang berterima kasih pada suamimu. Dia selalu mengajari adikku dan mengajaknya makan malam. Adikku akhirnya lebih sering berbicara sekarang," ujar Flora dengan senyuman lebar.
"Benarkah? Kenapa dia masih sering diam saat bersamaku?" tanya Bianca menggaruk kepala.
"Mungkin dia masih belum menganggapmu sebagai teman," jawab Flora.
"Aku belum pernah melihat adikmu," sahut Nichol menatap Flora.
"Dia laki-laki. Dia berkuliah di Universitas Mith. Dia mengambil jurusan kedokteran. Kemarin dia sempat diperiksakan ke sini. Tapi kamu tidak ada," jawab Flora mengambil ponsel dari dalam tasnya.
"Adikmu diperiksa? Kenapa?" tanya Nichol kaget.
"Tidak ada masalah besar. Hanya luka pada bibirnya. Dia terlibat pertarungan dengan preman. Untung saja ada suami Bianca," jawab Flora setelah menyalakan ponselnya.
"Mengenai kemarin, apakah kamu benar-benar tidak memeriksanya? Wajahnya penuh lebam seperti itu," tanya Flora pada Bianca.
"Dia tidak suka diperiksa. Tapi aku mengompresnya di rumah," jawab Bianca berbohong.
Bianca sama sekali tidak melakukan apapun pada luka pada wajah Aether. Bahkan tidak menanyakan keadaannya. Bianca sempat berpapasan dengan laki-laki itu saat di rumah. Namun ia tidak menyapanya. Ia hanya melewatinya begitu saja. Sebagai dokter dan istri, ia mengabaikan luka yang ada pada tubuh laki-laki itu.
"Oh, iya. Teman suamimu yang kemarin datang siapa? Aku harus berterima kasih padanya," tanya Flora.
"Aku tidak tau. Aku bahkan baru bertemu kemarin," jawab Bianca mengangkat kedua bahunya.
"Kenapa?" tanya Bianca.
"Apanya yang kenapa? Kemarin sudah jelas-jelas dia mengantarkan adikku pulang dan membelikan adikku makan. Jika aku tidak berterima kasih padanya, aku akan merasa berhutang padanya," jawab Flora menatap sinis Bianca.
"Aku akan menyuruh suamiku untuk membayarnya. Kamu tidak perlu memikirkannya lagi," balas Bianca santai.
"Kalau begitu, yang ada, aku berhutang pada suamimu," balas Flora kesal.
"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu? Dia suamiku. Kenapa kamu harus memikirkan uang saat bersamanya? Uangnya adalah uangku. Jika dia membayarnya, maka dia menggunakan uangku. Tidak perlu dipikirkan hal-hal seperti itu," jawab Bianca.
"Aku tidak tau harus berterima kasih pada suamimu atau merasa kasihan karena dia menikah dengan orang sepertimu," ejek Flora.
"Aku rasa dia seharusnya senang karena menikah dengan bidadari sepertiku," puji Bianca dengan wajah sombong.
Bianca adalah dokter paling cantik di Rumah Sakit Mith. Kecantikannya bahkan membuat beberapa pasien dari keluarga kalangan atas tertarik padanya dan meminta nomor ponselnya. Namun semua rayuan itu ditolak mentah-mentah oleh Bianca.
Brakk!...
Suara pintu dibuka kuat dan membentur tembok membuat Bianca, Flora, dan Nichol terkejut. Mereka bertiga melihat ke arah ambang pintu. Dan mereka melihat perawat yang terlihat dengan nafas terengah-engah dan wajah panik.
"Ada pasien mengamuk di depan stasiun perawat," adu perawat itu menatap ke arah Bianca.
"Apa? Ah, sial. Padahal aku sudah berusaha keras sejauh ini," ujar Bianca berdiri.