Lin Muwan terkubur di makam kuno Permaisuri Qing dari Era Jingyuan yang tidak dikenal ketika menjalankan misi mencari jejak sejarah.
Namun, dia kemudian terbangun di tubuh selir Pangeran Kesembilan Dinasti Jing yang dibenci karena merupakan keturunan pemberontak. Lin Muwan kemudian menyadari bahwa dia datang ke masa saat Permaisuri Qing hidup.
Plum dan aprikot yang mekar di taman adalah kesukaannya, namun kehidupan yang bagus bukan miliknya. Hidupnya di ujung tanduk karena harus menghadapi sikap suaminya yang sangat membencinya dan masih mencintai cinta pertamanya. Dia juga mau tidak mau terlibat dalam persaingan takhta antara putra Kaisar Jing.
Pangeran Kedua yang lemah lembut, Pangeran Keempat yang penuh siasat, Pangeran Kesembilan yang dingin, siapakah di antara mereka yang akan menjadikannya Permaisuri? Dapatkah dia kembali ke kehidupan asalnya setelah hidupnya di Dinasti Jing berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 5: MENYINGKIRKAN HARGA DIRI
Di sinilah Lin Muwan berada sekarang. Di tengah hutan lebat yang suram itu, dia menemukan sebuah danau yang tenang.
Sumber air danau ini berasal dari mata air di bawah dua tebing tinggi yang mengapitnya. Di tepi danau, di atas rerumputan hijau yang belum kering, Lin Muwan mendudukkan dirinya.
Dia berbaring di sana sambil menatap langit yang tertutup awan hitam. Sebab akibat dari keberadaannya di dunia ini sudah jelas timbul dari aksi jahatnya di masa depan.
Dia penasaran apakah hanya dia sendiri yang menyeberang? Atau justru rekan-rekannya juga ada yang ikut menjelajahi waktu?
Entahlah. Di dunia ini, Lin Muwan hanya mengenal dirinya sendiri.
Ketika dia berbaring di atas rerumputan di pinggir danau, telinganya menangkap suara kaki kuda beruntun perlahan mendekat. Semakin dekat, suaranya semakin nyaring. Jumlahnya bisa jadi lebih dari lima orang.
Sial, salah satu dari kedua bajingan itu pasti menemukan jejaknya di sini!
Lin Muwan tidak ingin ditemukan dan mati dengan mudah. Siapapun dari dua bajingan itu yang datang lebih dulu, dia tidak boleh jatuh ke tangannya.
Lin Muwan bangkit, lalu menceburkan dirinya ke danau. Dia menenggelamkan tubuhnya sampai kepalanya tidak terlihat dan air danau kembali tenang.
“Sial! Keledainya ada di sini! Ke mana jalang kecil itu pergi?”
Itu suara Zhou Ying. Lin Muwan dapat mendengarnya secara samar dari dalam air.
Bajingan itu sangat cepat menemukan keberadaannya! Keledai sialan, dia lupa melepaskan tali kekangnya!
“Heh, Lin Muwan, kau cukup beruntung lolos dari panahku. Lain kali, panahku tidak hanya menembus bahumu, tetapi akan menembus jantungmu!”
Zhou Ying yang tidak menemukan keberadaan Lin Muwan merasa tidak puas. Dia memanah kaki si keledai dan pergi begitu saja.
Saat Lin Muwan kembali menyembulkan kepala di atas permukaan air, keledai itu sudah terbaring di tanah dan meringkik kesakitan.
“Bajingan wanita itu rupanya mencoba membunuhku.”
Panah di bahu kanannya ternyata ulah Zhou Ying. Putri dari Guru Agung Kekaisaran ternyata kejam dengan membiarkan anak panahnya melukai bahu seorang selir pangeran dan membunuh pelayannya. Ia yakin, anak panah di punggung Xiu’er kemarin adalah miliknya juga.
Lin Muwan mengepalkan tangannya. Menghindari wanita seperti Zhou Ying bukan sebuah masalah. Jika bertemu dengannya lagi, dia mungkin akan benar-benar memanahnya di jantungnya.
Lin Muwan berenang ke ujung danau dan menepi. Dia masuk ke sebuah gua yang bagian luarnya ditutupi oleh akar pohon dan sulur tumbuhan merambat berukuran sebesar tangan manusia dewasa.
Dari letaknya, gua ini tersembunyi dari dunia luar. Orang biasa hanya akan menganggapnya sebagai bagian dari tebing tanpa menyadari celah di bawahnya. Bagian dalam gua lumayan hangat, tetapi tidak menjamin tetap hangat bila malam tiba atau hujan turun.
Lin Muwan telah mengumpulkan banyak buah-buahan liar untuk makanannya. Setelah menempati gua, dia menyalakan api.
Di luar, hujan tiba-tiba turun lagi. Lin Muwan menanggalkan dua lapis pakaiannya untuk mengeringkannya di dekat perapian.
Masa bodoh, sewaktu dia dilatih di markas perampok makam, dia bahkan hanya mengenakan penutup dada dan penutup kelaminnya sendiri.
Tiba-tiba terdengar suara seperti benda jatuh dari ketinggian ke dalam air. Di tengah danau, seorang wanita berjuang timbul tenggelam dengan gerakan acak.
Lin Muwan memperhatikan wajahnya, napasnya terembus pelan tanpa merasa simpati. Wanita yang jatuh dan hampir tenggelam itu… adalah Sheng Jiayin.
“Haruskah aku menolongnya? Tapi, hidup dan matinya sama sekali tidak ada hubungannya denganku,” dia bergumam. “Ckck… inilah bahaya ketika seorang wanita tidak bisa berenang.”
Lin Muwan awalnya mengabaikannya. Namun ketika Sheng Jiayin tidak lagi meronta di dalam air dan kepalanya tidak muncul, dia langsung melompat ke danau untuk menyelamatkannya.
Lin Muwan menyeretnya ke tepi danau dan memberinya pertolongan pertama hingga gadis luar biasa yang dicintai Murong Changfeng itu sadar.
Sheng Jiayin terkejut melihat orang yang menyelamatkannya ternyata Lin Muwan, wanita yang selama ini menjadi bayang-bayang di antara hubungannya dengan Murong Changfeng.
Dia lebih terkejut saat melihat tampilan Lin Muwan yang hanya mengenakan penutup dada dan bagian bawah tubuhnya.
“No-Nona Lin…?” suaranya hampir tidak terdengar. Lin Muwan bahkan tidak sadar kalau Sheng Jiayin baru saja bersuara.
“Aku tidak berencana menyelamatkanmu. Tapi jika kau mati di sini, Murong Changfeng akan mengulitiku hidup-hidup. Jadi, bersyukurlah karena seseorang begitu mencintaimu sampai dia buta terhadap hal lain di sekitarnya,” ucap Lin Muwan tanpa emosi.
Pada dasarnya Sheng Jiayin sama sekali tidak ada hubungannya dengannya. Hubungan rumit mereka dimulai karena keputusan Kaisar, dan Sheng Jiayin di sini adalah korban.
Selain itu, yang memiliki konflik adalah Lin Muwan terdahulu, Lin Muwan yang sekarang hanya sedang sial karena menanggung kehidupannya.
Sheng Jiayin mungkin terkejut bahwa musuhnya menyelamatkannya. Bisa jadi dia terkejut karena pakaian Lin Muwan yang sembrono.
“Masuklah jika tidak ingin mati kedinginan.”
Lin Muwan meninggalkannya di tepi danau. Api di dalam gua sudah hampir padam karena kayu bakar yang ia kumpulkan hanya sedikit.
Sementara itu, hujan di luar sana semakin deras dan langit sudah gelap. Sheng Jiayin mengikutinya masuk ke dalam gua, lalu duduk di dekat batu besar dan merenung sendirian.
Sheng Jiayin belum pernah melihat sisi asli Lin Muwan. Sejak tahu dia menjadi selir Murong Changfeng, sakit hatinya berlangsung lama dan tidak kunjung sembuh.
Sebagai putri menteri, Sheng Jiayin bisa mendapatkan pernikahan yang sangat baik, tetapi tidak ada gunanya jika pria yang diinginkannya tidak dapat menikahinya.
Jatuh cinta pada keturunan kekaisaran adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Tapi, Sheng Jiayin juga tidak dapat melepaskannya.
Ia sudah jatuh sangat dalam, tidak bisa keluar, dia terjebak dalam cinta yang tidak pernah menjadi miliknya sendiri. Murong Changfeng mencintainya, tetapi keterikatan semacam itu hanya menjadi siksaan bagi keduanya pada akhirnya.
Lin Muwan ini… mengapa dia menyelamatkannya?
Tiba-tiba terdengar lagi suara seperti benda jatuh dari ketinggian. Lin Muwan dengan malas melihat di bibir gua, menyaksikan seorang pria sedang berjuang untuk tidak tenggelam. Kepala pria itu timbul tenggelam dengan tangan menggelepar seperti ikan di udara.
Alis Lin Muwan berkerut, mata indahnya yang sedikit memerah menatap lurus ke tempat pria itu jatuh.
Ekspresinya jadi sangat jelek saat ini. Pria itu… adalah Murong Changfeng. Orang kedua yang hampir tenggelam di danau itu adalah bajingan benama Murong Changfeng yang memburunya bersama Zhou Ying.
Haruskah dia menyelamatkannya, atau membiarkannya tenggelam?
“Changfeng… Nona Lin, selamatkan dia…”
Ini pertama kalinya Lin Muwan mendengar suara Sheng Jiayin. Pantas saja bajingan itu begitu tergila-gila kepadanya. Bahkan dia yang seorang wanita pun merasa gadis ini memiliki suara yang sangat lembut dan memikat.
“Jika kau ingin menyelamatkannya, selamatkan saja sendiri. Aku tidak punya urusan dengannya.”
“Tapi, dia adalah Pangeran Kesembilan, juga suamimu. Nona Lin, kau harus menyelamatkannya.”
“Lalu kenapa? Biarkan saja dia mati tenggelam.”
Sheng Jiayin terkejut atas penolakannya. Lin Muwan menolak menyelamatkan Murong Changfeng, mungkin karena sakit hatinya yang besar terhadap pria itu. Tapi, jika dia menolak menyelamatkannya, Murong Changfeng benar-benar akan mati tenggelam.
“Memalukan jika seorang pria tidak bisa berenang,” ejek Lin Muwan. Senyum remehnya tersungging di bibirnya yang pucat.
Sheng Jiayin berlari di tengah guyuran hujan menuju danau. Tiba-tiba dia ditarik ke belakang sampai jatuh.
Saat mendongak, Lin Muwan sudah melompat, menyelam ke dalam air untuk menarik Murong Changfeng. Lin Muwan menyeretnya ke tepi danau, menggusurnya ke dalam gua dan menekan dadanya hingga bajingan itu batuk.
“Changfeng…” suara lembut Sheng Jiayin menyambangi telinga Murong Changfeng.
“A Yin?” Raut wajah Murong Changfeng mengatakan dia terkejut Sheng Jiayin ada di depannya. “Kau menyelamatkanku?”
Binar di mata Murong Changfeng bersinar. Setelah pertemuan terakhir yang berujung pada saling berpisah malam tadi, dia pikir Sheng Jiayin benar-benar tidak peduli lagi padanya.
Namun, Sheng Jiayin menyelamatkannya saat dia hampir tenggelam. Itu artinya, dia masih peduli padanya.
Tapi, Sheng Jiayin tiba-tiba menggeleng dan binar di mata Murong Changfeng mulai meredup.
“Bukan aku. Nona Lin yang menyelamatkanmu, dia juga menyelamatkanku.”
“Lin Muwan?”
Murong Changfeng bangkit, menoleh untuk menyaksikan seorang wanita dengan selapis pakaian tipis yang basah berjalan di bawah guyuran hujan memasuki gua. Bibirnya pucat, sementara warna putih pakaian tipisnya ternoda darah merah di bagian bahu kanan.
“Baguslah jika kau belum mati,” Lin Muwan meliriknya acuh tak acuh, lalu melemparkan setumpuk ranting pohon basah di dekat perapian.
Rasa sakit di bahu kanannya datang lagi setelah tangannya digunakan untuk menyelamatkan nyawa sendiri dan dua nyawa lainnya.
Cedera yang belum sembuh dan diperparah tekanan Murong Changfeng saat di tenda, ditambah aksi penyelamatan yang terpaksa benar-benar membuat tangan kanannya hampir lumpuh.
Murong Changfeng tiba-tiba merasa marah. Wanita itu tidak bicara sepatah kata pun padanya saat dia menekan lukanya, mengapa dia sekarang bicara dengan kata-kata kasar? Selain itu, dia juga marah karena pakaiannya itu!
“Kau! Siapa yang mengajarimu berpakaian tidak sopan begitu?”
Lin Muwan menelan kemarahannya. Murong Changfeng benar-benar membuatnya jengah.
“Apakah aku harus tetap memakai pakaian basah setelah menyelamatkan kalian? Aku tidak sebodoh itu untuk membiarkan tubuh bobrok ini ikut tenggelam dan mati.”
“Siapa yang menyuruhmu menyelamatkanku?”
“Bukankah sudah jelas? Kekasihmu yang memintaku menyelamatkanmu. Jika kau tidak ingin diselamatkan, silakan melompat lagi ke dalam danau.”
Murong Changfeng menatap Sheng Jiayin yang sudah menjauh darinya. Raut wajahnya seketika berubah lembut.
Mereka bertengkar setelah Murong Changfeng menyelamatkannya tadi malam. Sheng Jiayin mungkin marah padanya dan pergi menjauhkan diri setelah memedulikannya selama beberapa saat.
“A Yin…”
Sheng Jiayin kembali duduk di dekat dinding batu sendirian. Lin Muwan tiba-tiba menendang kaki Murong Changfeng dengan kaki telanjangnya.
Pria itu langsung menatap marah padanya. Lin Muwan tiba-tiba berjongkok di sampingnya.
“Apa yang kau lakukan?”
“Menelanjangimu.”
Lin Muwan merobek celana Murong Changfeng, memanjangkan robekannya hingga ke bagian paha. Kulit putih yang sebagian ternoda darah langsung terlihat.
Sheng Jiayin di kejauhan memalingkan wajahnya, sementara tatapan marah Murong Changfeng seperti membakar Lin Muwan hidup-hidup.
“Lin Muwan jangan melewati batas!”
Plak! Lin Muwan menampar Murong Changfeng.
“Sadarlah sedikit! Singkirkan harga dirimu jika kau ingin hidup!”
Sheng Jiayin menutup mulutnya dengan tidak percaya. Lin Muwan… baru saja menampar Pangeran Kesembilan?
Saat itu, Lin Muwan melemparkan setumpuk obat dari dedaunan yang ia tumbuk beberapa saat yang lalu. Saat Murong Changfeng sadar kembali, dia merasakan sakit di bagian pahanya.
Ada luka sayatan bekas sabetan anak panah di pahanya yang sudah tertutup tumbukan dedaunan obat. Murong Changfeng melihat Lin Muwan menghampiri Sheng Jiayin dengan ekspresi acuh tak acuhnya.
“Hei, pinjamkan sedikit kainmu padaku! Akan sangat merepotkan jika kekasihmu menjadi lumpuh!”
Tanpa menunggu persetujuan, Lin Muwan merobek sebagian kain rok Sheng Jiayin. Murong Changfeng membelalak dan tiba-tiba marah.
“Jangan bersikap kasar padanya!”
Lin Muwan jengah. Dengan gerakan cepat dan penuh emosi, dia membalut luka di paha Murong Changfeng dan mengikatnya tanpa perasaan sampai Murong Changfeng meringis kesakitan.
“Ini baru namanya bersikap kasar,” ucap Lin Muwan, meninggalkan bajingan itu dan kembali ke depan perapian yang hampir padam.
Lin Muwan menyalakan api lagi, tapi ranting pohon yang dipungutnya basah terkena hujan. Alhasil, hanya kepulan asap mengotori wajahnya yang pucat.
Sisa arang yang masih menyala ditiupnya sekuat tenaga, hingga jelaganya terbang ke sekeliling gua yang gelap. Setelah berjuang lumayan lama, ranting pohon basah akhirnya mengering dan mulai dibakar api.
Lin Muwan merasa dua pasang mata yang ada di dekatnya sedang menatapnya. Murong Changfeng dan Sheng Jiayin memang sedang menatapnya, lalu menatap perapian yang menyala di depannya.
“Apa? Perapian ini hanya mampu menghangatkan satu orang. Bukankah kalian sepasang kekasih? Kalian bisa saling menghangatkan jika merasa kedinginan.”
Ucapannya ketus dan tidak senonoh, tapi ada benarnya. Murong Changfeng hanya merasa kata-kata yang diucapkan oleh Lin Muwan seperti pernah ia ucapkan. Ah, bukankah itu adalah kata-kata yang ia ucapkan di depan Kaisar pagi tadi?
Perapian ini hanya mampu menghangatkan satu orang…
Kuda ini hanya mampu menopang satu orang…
Lin Muwan dengan cepat mempelajari kata-katanya, dan Murong Changfeng jadi kesal secara alami. Wanita tidak senonoh yang dibencinya ini, sejak kapan dia pandai memutarbalikkan kata dan membalas orang? Bahkan wanita itu tidak perlu repot-repot menatapnya hanya untuk mengatakan hal itu.
Lin Muwan…. Bagaimana dia belajar darinya?
pengen getok aja tu kepala si changfeng
pada akhirnya jadi fatner yg sangat cocok karna tujuan yg sama