Setelah menikah selama 7 tahun, Erwin tetap saja dingin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arum Dalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ingin bercerai
Di waktu yang sama, Clara juga sedang menyantap sarapan di kediaman Hermosa.
Clara langsung terdiam saat melihat nama Erwin di layar ponselnya.
Dia tak lagi terkejut ataupun senang saat melihat pria itu menelponnya.
Setelah ragu sejenak, barulah dia mengangkat teleponnya, dan berkata, "Ya?"
"Nenek undang kita makan malam bersama."
"Ya, aku mengerti."
"Nanti kamu yang jemput Elsa di rumah," Ucap Erwin.
Clara tak ingin lagi pergi ke rumah itu.
Ditambah lagi, belum tentu putrinya suka dijemput olehnya.
Untuk apa dia melakukan hal yang percuma?
"Minta sopir antar dia saja. Sepulang kerja aku langsung ke sana," Ucap Clara.
Jam pulang kerja mereka termasuk jam sibuk.
Cara itu memang yang paling efisien.
Namun, selama ini Clara memang selalu menangani sendiri segala urusan yang berhubungan dengan Elsa.
Dia selalu menikmatinya tanpa mengeluh.
Erwin tentu saja terkejut saat mendengar Clara mengatakan hal ini.
Tapi dia masih tidak berpikir macam-macam.
Lagi pula, ini hanyalah masalah sepele, tak perlu memikirkannya.
"Baiklah."
Selesai mengatakannya, dia menutup teleponnya.
Kali ini, Elsa tahu siapa yang Erwin telepon.
"Ayah menelpon mama?" Tanya Elsa.
'Ya."
Mendengar itu, Elsa sontak mengerutkan keningnya tanpa mengatakan apapun.
Bukan dia tidak ingin bertemu dengan ibunya.
Juga bukan karena tidak merindukan ibunya.
Bisa dibilang, dia sudah lama tidak bertemu dengan ibunya.
Apalagi ibunya sudah tidak pernah menelponnya selama setengah bulan ini.
Sebenarnya, di dalam lubuk hati gadis kecil itu kini merindukan sosok ibunya.
Namun, saat tahu malam ini ibunya bisa datang ke kediaman Angga, itu berarti ibunya sudah pulang dari perjalanan bisnis.
Perlu diketahui, saat kepulangannya ke Maro, dia baru tahu kalau ibunya pergi melakukan perjalanan bisnis keesokan paginya saat dia terbangun.
Elsa senang bukan kepalang saat mengetahui ibunya tidak di rumah.
Dia lantas memanfaatkan kesempatan ini untuk berhubungan lebih intens dengan Vanessa.
Bagaimanapun, dia tidak bisa sering-sering bertemu dengan Vanessa jika ibunya di rumah.
Tidak heran kalau dia berharap ibunya pulang lebih lambat.
Namun siapa sangka, baru dua hari waktu berlalu, Ibu sudah pulang.
Dengan begitu, ibunya pasti tidak akan setuju jika besok Vanessa datang mengantarnya ke sekolah.
Apalagi kalau ibu sampai tahu tentang acara balap mobil Vanessa besok malam, pasti tidak akan mengizinkannya menonton balapan itu.
Suasana hati Elsa memburuk saat memikirkannya.
Ditambah lagi, barusan dia sudah menghubungi Vanessa untuk mengantarnya ke sekolah besok dan langsung disetujui.
"Bagaimana ini?"
"Ayah..." Elsa merasa sedikit tertekan.
"Ada apa?" Tanya Erwin menatap Elsa.
Ayah bisa saja membantunya agar ibu mengizinkan Vanessa mana-mana nya pergi ke sekolah besok.
Namun, Ibu dan Ayah pasti akan bertengkar setelah itu....
"Sungguh menyebalkan!"
Elsa kehilangan selera makannya.
Dia pun mengurungkan niatnya dan membiarkan ibunya mengantar ke sekolah besok.
Namun, apapun yang terjadi, dia tetap akan menonton tante Vanessa dalam kompetisi balap besok malam, bagaimanapun caranya!
Memikirkan hal itu, Elsa berkata dengan manja, "Mengenai besok malam, Ayah. Ayah'kan sudah janji mengizinkan aku menonton tante Vanessa di kompetisi balap. Kalau mama tahu, Mama pasti tidak memperbolehkan aku pergi. Intinya, Mama tidak boleh tahu soal ini. Kalau besok mama tanya, tolong bantu aku ya Ayah?"
"Baiklah."
Suasana hati Elsa langsung membaik begitu Erwin menyetujuinya.
Selang beberapa saat, Erwin selesai dengan sarapannya dan pergi ke kantor.
****
Setibanya di kantor hari ini, Clara tidak berpapasan lagi dengan Erwin.
Siang harinya, nenek keluarga hermosa mengajaknya makan siang bersama di kedai sederhana.
Kedai sederhana berada dekat di sekitar Angga group.
Mungkin Clara hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja berjalan ke tempat itu.
Clara pun keluar kantor.
Baru saja tiba di depan pintu kedai sederhana, terdengar suara orang berkata, "Erwin, kalau bukan karena bantuanmu, kontrak barusan mustahil ku dapat meski berusaha sekuat tenaga. Kali ini, aku benar-benar berterima kasih padamu."
Suara familiar ini....
Clara segera menghentikan langkah kakinya.
Dia menoleh ke sumber suara dan melihat sosok Ayah kandungnya, Irfan glory.
Erwin lantas berkata, "Paman tidak perlu sungkan."
Tanpa sadar, Clara menghafalkan tangannya secara perlahan.
Dia tahu betul nada bicara Erwin lebih lembut dari biasanya.
Orang yang mendapat perlakuan seperti itu, pasti orang yang Erwin Anggap penting.
Hanya saja, perlakuan Erwin pada Irfan bukanlah karena dirinya.
Dia tahu itu!
Bagaimanapun, semenjak Irfan menceraikan ibunya, Clara jarang sekali bertemu dengan Irfan.
Satu-satunya Putri yang diakui Irfan di depan publik adalah Vanessa.
Tidak ada lagi hubungan ayah dan anak antara Clara dan Irfan.
Ternyata benar, sesuai dengan prediksi. Tak lama, Irfan langsung menimpa Erwin dengan berkata, "Vanessa tinggal sendirian di sini. Aku dan ibu Vanessa agak khawatir, jadi kumohon, tolong jaga Vanessa.
Clara seakan angin tertawa saat mendengarnya.
Faktanya, Vanessa dan Erwin mengenal satu sama lain setelah dirinya dan Erwin menikah.
Vanessa tentu tahu hubungan Erwin dan dirinya.
Clara tidak percaya Irfan tidak tahu kalau Erwin adalah suami dari putrinya yang lain.
Yah, Irfan pasti tahu!
Namun, tanpa perasaan malu sedikitpun, pria itu justru berusaha menjodohkan Vanessa dan Erwin.
Terlihat jelas sekali bukan, betapa acuhnya perasaan Irfan terhadap Putri kandungnya sendiri.
Erwin mengangguk tanda setuju.
Setelah berbasa-basi sebentar, Irfan dan Erwin berpisah.
Erwin tampak menunggu Irfan menaiki mobil.
Setelah mobil itu pergi, barulah kemudian dirinya naik ke mobil dan pergi.
Kalau melihat status dan kedudukan Erwin saat ini, hanya sedikit orang saja di keluarga Angga yang bisa membuatnya sampai bertindak sejauh ini.
Lagi lagi jelas sekali terlihat, Erwin sangat menghormati Irfan.
Bukan apa-apa, alasannya hanya satu, Irfan adalah Ayah dari Vanessa.
Saat aat memikirkannya, Clara teringat sikap dingin dan acuh Erwin pada Nenek, Paman dan Bibinya kalau itu.
Terlebih lagi, saat dirinya dengan hati-hati membicarakan permasalahan yang ada di keluarga Hermosa, pria itu tetap enggan membantu....
Sikap Erwin benar-benar berbeda pada orang-orang terdekat Vanessa.
Perlakuan Erwin terhadap Clara dan Vanessa tampak berbeda jauh.
Inilah perbedaan antara dicintai dan tidak dicintai.
Erwin tampak pergi.
Selang beberapa lama, barulah Clara berbalik dan masuk ke dalam rumah makan itu.
Sore harinya, selepas bekerja dia langsung pulang ke rumah untuk mengambil hadiah yang sudah disiapkannya untuk Kakek dan Nenek keluarga Angga, lalu kemudian pergi menemui mereka.
Kediaman keluarga Angga terletak di pinggir kota, dikelilingi pegunungan dan sungai yang indah.
Suasananya pun begitu tenang.
Sungguh tempat yang cocok untuk di masa tua.
Satu-satunya kekurangan tempat itu mungkin jaraknya yang cukup jauh dari pusat kota.
cepat2lah clara pergi jauh2 dari kedua manusia tdk tau diri itu..
keberadaannya tidak dianggap sama suami dan anakmu....