NovelToon NovelToon
Benih Pria Beristri (Terpaksa Menjadi Yang Kedua)

Benih Pria Beristri (Terpaksa Menjadi Yang Kedua)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan rahasia
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Velza

Ketika sedang dihadapkan pada situasi yang sangat sulit, Farida Agustin harus rela terikat pernikahan kontrak dengan seorang pria beristri bernama Rama Arsalan.

Bagaimanakah kehidupan keduanya kelak? Akankah menumbuhkan buih-buih cinta di antara keduanya atau justru berakhir sesuai kontrak yang ada?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Ngidam

Pagi-pagi sekali Rama sudah tiba di rumah maminya. Dengan langkah gontai, dia berjalan memasuki rumah sambil memanggil sang mami.

"Mami."

"Mami." Panggilan dari Rama tak ada sahutan sama sekali.

Farida yang memang kebetulan hendak ke dapur, tak sengaja melihat Rama yang terduduk di lantai bersandar sofa.

"Tuan Rama," pekik Farida.

Farida seketika berlari menghampiri Rama karena khawatir tanpa ingat bahwa dia sedang hamil.

"Tuan Rama kenapa? Saya antar ke kamar, ya." Farida membantu Rama untuk berdiri dan memapahnya ke kamar.

Tak berselang lama, Mami Sinta turut menyusul karena mendengar teriakan Farida.

"Ada apa, Fa?" tanya Mami Sinta dengan napas tersengal karena berlari dari rumah belakang.

"Nggak tahu, Mi. Saya keluar dari kamar udah lihat Tuan Rama duduk di dekat sofa, mukanya juga pucat banget."

Mami Sinta menyentuh kening Rama, tetapi tidak panas. "Ya sudah, minta tolong bibi suruh buatkan bubur dan teh hangat. Biar mami telepon dokter."

"Iya, Mi."

Mami Sinta segera menghubungi dokter, sedangkan Farida menuju dapur untuk menemui bibi.

20 menit kemudian, Farida kembali ke kamar membawa nampan yang berisi segelas teh hangat dan semangkok bubur. Dan tak berselang lama, dokter juga sudah tiba di sana.

Dokter segera memeriksa Rama setelah menanyakan keluhannya.

"Bagaimana, Dok?" tanya Mami Sinta.

"Semuanya baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kalau boleh tahu, apa istri Tuan Rama sedang hamil?"

Farida yang duduk di samping Rama seketika menatap Mami Sinta dan dokter.

"Iya, Dok. Memangnya kenapa?"

"Kalau benar, itu berarti Tuan Rama sedang mengalami kehamilan simpatik. Di mana ketika istri yang sedang hamil, tetapi yang merasakan gejalanya adalah suami."

"Kira-kira sampai kapan, ya, Dok?" Farida pun memberanikan diri untuk bertanya karena tak tega melihat kondisi Rama.

"Untuk waktunya tidak menentu, tapi kebanyakan terjadi di trimester pertama, yaitu bulan pertama kehamilan hingga bulan ketiga."

"Selama itu, Dok?"

"Benar." Dokter mengiyakan seraya tersenyum.

"Apa tidak ada obat untuk mengurangi gejalanya?"

"Tidak ada karena memang itu bukan suatu penyakit, gejala itu akan hilang dengan sendirinya."

Farida menatap Rama yang hanya terbaring lemah di ranjang. Dia sangat khawatir dengan kondisi sang suami yang harus merasakan mual dan muntah.

Usai dokter berpamitan, Farida langsung menyuapi Rama dengan bubur tadi.

"Makan dulu, Tuan. Biar perutnya nggak kosong."

Rama menerima suapan itu, tetapi belum sempat menelannya justru mual kembali dirasakannya. Dia langsung berlari ke kamar mandi lalu memuntahkan makanannya. Farida pun turut mengikuti Rama karena takut terjadi sesuatu.

Farida memijat lembut tengkuk Rama yang masih berusaha memuntahkan isi perutnya. Setelah mualnya mereda, Rama pun berkumur lalu kembali merebahkan tubuhnya di ranjang.

Dengan telaten Farida menemani Rama yang semakin pucat. Tanpa berpikir panjang, dia mengangkat kepala sang suami dan menyandarkan di dadanya. Rasa mual yang tadinya sangat menganggu kini perlahan hilang setelah berada di pelukan sang istri. Rama merasa nyaman dan perutnya juga tidak bergejolak lagi.

"Maaf," ucap Farida.

"Untuk apa?" tanya Rama dengan suara lirih.

"Karena Tuan harus merasakan mual seperti ini."

"Tidak apa-apa. Bahkan jika harus kehilangan nyawa sekaligus, saya rela. Asalkan kamu dan anak kita baik-baik saja," ungkap Rama seraya mengelus perut Farida.

Ada rasa yang tak bisa diungkapkan Farida saat Rama mengelus perutnya dan kata 'anak kita' yang terucap dari mulut Rama sendiri.

'Tuan, apa aku boleh berharap lebih? Kenapa rasanya tak rela jika harus kehilangan kalian? ' batin Farida.

......................

Selama tiga hari berturut-turut, Rama hanya bisa terbaring di ranjang karena masih merasakan mual dan muntah. Namun, saat berada di dekat Farida, dia tak merasakan mual. Sehingga Rama harus bekerja dari rumah, tentunya didampingi oleh Farida.

Farida hanya diam memerhatikan sang suami yang sedang bekerja, sembari memijat lembut kepalanya.

"Farida."

"Ya, Tuan." Farida menghentikan pijatannya saat Rama memanggilnya.

"Makan di luar, yuk," ajak Rama sambil menutup laptopnya.

"Kita?"

"Iya." Rama mengangguk seraya menatap Farida.

"Memangnya Tuan mau makan apa? Biar saya buatkan. Saya takut kalau ada orang yang tahu kita pergi berdua."

Rama terdiam dan tak lama mengangguk pelan, membenarkan ucapan Farida.

"Saya pengen makan ayam penyet sebenarnya, tapi pesan online saja daripada kamu harus masak."

Rama hendak mengeluarkan ponsel dan memesan makanan melalui aplikasi.

"Kalau cuma itu saya bisa masakkan, Tuan."

"Jangan, nanti mami marah kalau tahu kamu masak. Udah, nggak apa-apa pesan lewat aplikasi."

Akhirnya, Farida pun mengalah karena percuma juga dia memaksakan diri, ujung-ujungnya pasti dapat omelan dari Mami Sinta.

Selesai memesan makanan, Rama menyimpan kembali ponselnya. Dia pun beralih mengelus perut Farida yang masih rata.

"Kira-kira, anak kita laki-laki atau perempuan?"

"Entahlah, baru sebulan belum bisa tahu jenis kelaminnya," jawab Farida.

Rama mengelus perut Farida sambil terus tersenyum, dia masih tak percaya jika akan menjadi seorang ayah. Dia pun melabuhkan ciuman hangat di perut sang istri.

Ada yang berdesir di hati Farida saat Rama mencium perutnya. Tanpa disadari sebuah senyuman tercetak di bibirnya. Rama kemudian menatap sang istri yang juga menatapnya, perlahan tangannya mengelus kepala sang istri dan menyelipkan rambut di belakang telinga.

"Farida. Boleh saya minta sesuatu?" tanya Rama.

"Apa, Tuan?"

"Saya ingin satu ciuman dari kamu."

Farida terdiam sesaat, tampak memikirkan permintaan Rama.

"Kalau tidak boleh, ya, sudah. Saya tidak akan memaksa," ujar Rama.

"B-Boleh, Tuan." Refleks Farida mengatakan itu sambil menggenggam tangan Rama. Sementara Rama tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya.

Dengan ragu-ragu, Farida mulai mendekatkan wajahnya hendak mencium Rama. Namun, bukan Rama namanya jika tak melewatkan kesempatan itu. Dia langsung menyambar bibir Farida dan mulai menciumnya dengan lembut, hingga membuat Farida terhanyut dengan ciuman tersebut.

Setelah beberapa saat, Rama mengakhiri ciuman itu lalu mengusap bibir Farida yang basah dengan ibu jarinya.

"Terima kasih," ucap Rama dengan tulus.

Farida langsung tertunduk malu tanpa berani menatap ke arah Rama.

1
Blu Lovfres
lepaskan, farida dgn .kasih bayaran yg lebih mahal.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!