Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Nginthil Terus
"Ppssstt hehehe," Mekel menahan tawa mendengarnya, ia jadi menyesal pulang duluan, kalau dia di club bisa langsung ngeliat bagaimana aksi WWE Siti.
Jordan cemberut menatap sahabatnya, "ehem, lu ngetawain gue ?" tanyanya.
"Enggak, hehe, ya cuman kalau emang si Siti bisa kayak gitu punya bakat terselubung dong dia, jangan macem-macem kita sama dia, haha," kata lelaki manis berjanggut tipis ini.
Jordan mulai tersenyum mendengarnya, "iya juga sih, cewek gue, kuat gak ada banding," ujarnya bangga.
Hadi langsung lemes sekarang, bukannya kesal malah makin bangga dengan Siti yang tukang gaplok. Teman-teman Jordan dan Mekel saling lirik, mereka semua merasa ada yang gak beres dari Siti, sejak awal Jordan mengumumkan jadiannya mereka sudah merasa bahwa ini nggak kayak Jordan biasanya.
***
Jam istirahat makan siang pun berdering, Yuli duduk di depan Vano yang semalam menghilang begitu saja entah kemana di club malam.
"Siti nggak ikut makan siang, Beb ?" tanya Vano memakan jatahnya.
"Enggak, katanya dia diet," jawab Yuli terus menikmati sayur bayam lauk ayam gorengnya.
"Badan kayak cacing gitu kok diet," kata Vano mengerutkan keningnya.
"Yaaah namanya juga cewek, Beb, cewek itu sensitif banget soal berat badan, naik setengah kilo aja nggak mau makan," kata Yuli menyembunyikan alasan sesungguhnya.
Alasan yang sesungguhnya adalah Saras berjalan pergi ke Fakultas IPA mencari keberadaan Mekel Kusumaningrat. Sesekali ia sembunyi di balik mading atau pohon besar di halaman fakultas, mengintai bak tabiat seekor ular. Hingga akhirnya ia melihat Mekel berjalan ke perpustakaan guna mencari sumber makalah yang sedang dikerjakan.
"Aha !! Itu dia," ucap Saras sumringah, ia langsung mengikuti kemana Mekel pergi.
Mekel yang mendengar langkah kaki di belakangnya menoleh, ia terkejut melihat Siti di sana, pakai selendang biru wardah dan jarik putih hitam, kembennya senada dengan warna selendang. Bukannya berhenti dan bertegur sapa Mekel malah mempercepat langkah kakinya.
"Mau apa lagi sih ni anak ?" batin DJ tampan itu.
Saras tetap mengikuti, sesampainya di perpustakaan ia menyerahkan KTM (kartu tanda mahasiswa) ke petugas kemudian masuk ke ruangan baca. Mekel membukai beberapa buku kemudian meletakkannya kembali. Siti juga mengikuti, ia bukai buku yang tadi dilihat Mekel dan meletakkan kembali.
"Duh ! Kenapa aku jadi gugup begini ? Kenapa dia terlihat setampan itu ? Badannya bagus, penampilannya rapi, aroma parfum keteknya wangi, dia pasti beli parfum baru bukan bau daun kentut-kentutan yang dulu," batin Saras.
Mekel menarik buku dari rak, Saras mencoba menarik perhatian agar diajak ngobrol dengan nongol dari seberang, tersenyum menampakkan semua giginya, Mekel kembalikan lagi buku itu kemudian segera pergi dari perpus.
"Lha kok pergi sih ? Dia masih marah padaku ? Apa karena aku sekarang pacarnya Jordan dia menghindar ? Iya, dia pasti tak mau persahabatannya pecah, dia mengalah," batin Siti nginthil terus. (Nginthil bahasa Jawa, artinya mengikuti. Ngin… thil, pakai i ya, bukan o.)
Mekel di halaman perpus sekarang, loncat-loncat di batu bata yang ditata mirip permainan engklek. Saras juga mengikuti, ia loncat-loncat sambil jinjing jariknya. Saras ingin memekik memanggil, tapi lidahnya keluh karena gugup.
"Hei Bro !! Apa kabar ?" ucap dua orang mahasiswa kakak tingkat menyapa Mekel di pertigaan.
"Alhamdulillah baik, saya duluan ya, Mas," jawab Mekel menepok-nepok pundak kedua lelaki itu dan bersalaman.
"Iya iya, Bro," jawab keduanya.
Saras pun yang nginthilin si Mekel ikut sok akrab dengan kedua kakak tingkat itu, ia tepok-tepok pundak keduanya dan menjabat tangan keduanya sambil senyum-senyum, "Bro, saya duluan," katanya ikut-ikut.
Kedua kating pun jadi bingung, saling pandang tak menjawab sapaan gadis berjarik aneh itu, "siapa sok kenal sok deket ini ?" batin keduanya.
Mekel mempercepat langkah, ia keluar dari gerbang belakang kampus, berjalan di lorong-lorong menuju ke area mall sederhana di sebelah. Saras mengejar, ia ikutan masuk ke dalam mall, tempat yang baru pertama kali ia masuki, begitu masuk ceees… ACnya dingin seperti di kelas.
"Hoaaah, ini tempat apa lampunya terang sekali ?" gumam gadis ular itu.
"Boleh Kakak, mari mampir kakak," ucap beberapa pramuniaga menawarkan.
Saras tak hiraukan, ia hampir kehilangan jejak Mekel karena fokus pada lampu-lampu. Melihat Mekel naik eskalator, ia ikutan naik, "ini tangga berjalan sendiri, aku tak perlu susah-susah malayang lagi," batinnya.
Mekel berbelok ke toko buku, Saras ikut belok, melihat-lihat beberapa novel di rak, "hihi… hamil anak jin, perewangan sewu, lantai 3 rusunawa putri, siapa penulis cerita-cerita konyol ini ?" gumamnya.
Mekel tampak membukai buku-buku kimia, kemudian meletakkannya. Saras mengambil buku itu, "dia suka baca ini, waduh…. Ini buku bacaan berat kayaknya, dia memang pintar," batin si jin wanita.
Saras masukkan ke keranjang buku-buku yang Mekel lihat, saat Mekel keluar dari toko buku tanpa membeli apapun, Saras ke kasir membayar semua buku yang tadi Mekel lihat.
Mekel melirik ke belakang, melihat Saras masih di sana mengikutinya terus, "ngapain dia ? Udah jadi pacarnya Jordan, sekarang ngejar-ngejar gue, mau ngadu domba gua sama Jordan apa ?" pikirnya.
Laki-laki adalah makhluk logis, jarang ada laki-laki yang jadi pebinor, kebanyakan realita pelakor lebih banyak. Karena laki-laki kebanyakan mengutamakan logikanya daripada perasaannya. Jika wanita itu sudah dimiliki pria yang terbilang kaya, mampu, dan keren apalagi pria itu sahabatnya sendiri, ia pasti akan mundur, gak mau cari masalah meski hatinya menderita dan tetap ada rasa ingin memiliki.
Mekel masuk ke toko tas, melihat-lihat sebentar dan keluar, ia juga melihat kemeja di sana. Saras pun masuk ke toko itu membeli apa yang Mekel lihat tadi menggunakan kartu kredit pemberian Jordan. Apapun yang Mekel pegang akan ia beli.
Sesampainya di depan mall, Mekel mulai panik, jengkel diikuti mulu, "ojeek ! OJEK SINI CEPET, JEK !!" pekiknya memanggil.
Kang ojek yang sedang ngobrol di pengkolan buru-buru pakai helm. Sedang di belakang sana Saras berjalan cepat bawa banyak belanjaan dengan wajah polos tanpa dosa. Mekel langsung berlari menyeberang jalan, ia nunggang di boncengan Kang Ojek.
"Ayo buruan, Jek ! Ada Nyai Blorong ngejar-ngejar saya," kata Mekel menepuk-nepuk pundak pencari nafkah sejati itu.
"Serem amat, Mas," katanya.
'Ngreeeng…. Ngeeeeeng,' motor pun melaju meninggalkan Saras.
"Kok malah ditinggal, ojek ! Pak antarkan saya !" ucap Saras masih bersemangat mengejar cinta sejatinya itu.
Tukang ojek lain mendekat, Saras langsung nangkring di belakang. Kang Ojek memberi helm dan Saras memakainya, mungkin tampak unik penampilan anggun seperti itu pakai helm ijo. Tapi tak apa-apa, demi cinta apapun dilakukan.
"Ayo kejar mereka, Pak Kusir ! Pecut kudanya !!" pekik Saras menunjuk ke ojek yang ditumpangi Mekel.
"Siap Neng," jawab Kang Ojek melaju.
Jangan ragukan kemampuan tukang ojek pengkolan, semasa mudanya ia pembalap, tah tentu tidak di sirkuit betulan. Motor pun melaju kencang di jalan. Berhenti saat lampu merah sebentar kemudian menerjang lagi bak pasukan berkuda besi sedang menyerbu pasukan lawan.
Ketika motor ojek sampai di area kosan laki-laki, Mekel langsung turun, membayar dan buru-buru masuk ke dalam gerbang, tak lupa ia tutup lagi rapat dan langsung mengunci diri di dalam kamar kostnya di lantai 2.
Saras sampai tak lama kemudian, "mana tadi dia ? Kita kehilangan jejak, Pak, Bapak sih," ujarnya kesal.
"Itu kosannya Mas Mekel, Neng, saya mah hapal kosannya Mas Mekel," jawabnya.
Saras merogoh celah kembennya dan mengeluarkan lembaran 20 ribu, "Bapak siapanya Mekel bisa hafal tempat tinggalnya ?"
"Mas Mekel kalau lagi males bawa mobil sering ngojek di saya, Neng ini siapanya ? Apa… Neng pacarnya ?" tanya balik tukang ojek itu.
"Bukan, saya… salah pelet, harusnya saya pelet Mekel bukan temannya, Pak," jawab Saras mengumbar aib.
"Waduh, Nyi Pelet itu nyata ternyata," batin si Bapak.
"Saya pergi ya, Neng," katanya buru-buru pakai helm lagi.
"Iya, Pak," jawab Saras.
Saras tengok-tengok ke kaca jendela atas, ini kosan elit, harga sewa sebulan saja 1 jt. Padahal rata-rata kosan mahasiswa kampus ini berkisar 300 sampai 600 ribu saja paling mahal per bulannya. Di sini hanya ada 2 mahasiswa, yang satu Mekel dan satunya lagi mahasiswa S2. Sekamar 1 orang, luas dan lengkap dengan ruang tamu pribadi serta kamar mandi dalam. Dan tanpa ibu kost, di sini bebas.
'Ting tung ting tung,' Saras pencet-pencet bel, tapi Mekel tak mau keluar.
"Aduuuh ! Aku harus apa sekarang ? Aku tak mungkin menerobos masuk, dia bisa marah padaku. Aku tunggu saja di sini," ucap siluman ular itu berjalan menuju pohon tak jauh dari kosan Mekel, meletakkan semua belanjaan yang akan ia berikan kepada Mekel dan duduk menikmati angin sepoi-sepoi.
Sekitar jam 4 sore barulah Mekel keluar hendak mencari makan, saat membuka gerbang ia dapati bungkusan buku di sana, "ini buku yang aku lihat tadi," gumamnya memungut.
Kemudian ia melihat benda lain lagi, berjajar di jalan memancingnya ke arah bawah pohon dimana Saras menunggu sampai ketiduran. Mekel memungut tas yang tadi ia pilih, kemeja, buku-buku lainnya, hingga ia dapati Saras mendengkur lirih di sana, di atas tempat duduk terbuat dari anyaman bambu yang nyaman.
"Hmmm… maunya apa ni cewek ?" batin Mekel.
***
Di alam jin…
Siti pergi mandi ditemani para pelayan rumah dinas Bhre Rakha. "Emmm… maaf, Mbak, boleh saya minta pembalut ? Saya menstruasi," tanyanya pada seorang wanita yang sedang mencucikan baju.
"Oh, Kisanak mens ? Saya ambilkan kain dulu kalau begitu," jawabnya.
Sambil menunggu pembalut datang, mahasiswi cantik ini mencoba nyebur dulu dan membersihkan bagian v nya dari darah, "aaawww !!" jerit kecilnya.
"Kenapa, Kisanak ?" tanya pelayan mendekat.
Sambil menutupi dada Siti mencoba tersenyum, "gak papa," bohongnya.
"Hati-hati, Kisanak, di sini kadang ada yuyu kangkangnya," ujar pelayan itu.
"Iya," jawabnya pura-pura I am fine, I am okey.
Padahal, "kok perih sih ? Kayak lecet orang jarang ganti CD, aww," batinnya.
Selesai mandi Siti menerima pembalut kain itu, sungguh lucu, ini lebih mirip kain tebal handuk lembut begitu, bentuknya kotak lebar jadi harus diikat, kalau lagi deres bisa diselipkan kain-kain yang lain. Pembalut tempo dulu. Memang lebih sehat pakai pembalut seperti ini. Sedangkan di sini selama ini Siti tak pernah pakai pakaian dalam, yup, ini peradaban dimana kancut dan bh belum ditemukan.
"Mari saya bantu pakai pakaiannya, Kisanak," kata pelayan sigap.
"Makasih, ya," ucap Siti terbantu, para pelayan ini paham Siti tak biasa pakai pakaian model begini.
Sepulang dari mandi Siti langsung menghampiri meja makan, Rakha datang tak lama kemudian seperti biasa, lagi-lagi, arah tatapan mata gadis ini tertuju pada rambut sang Pangeran.
"Abang keramas lagi ?" tanyanya.
"Eh, iya, kenapa memangnya ?" jawab Rakha menyugar rambutnya yang basah.
Siti diam saja, alisnya mengerut merasa ada yang aneh. "Abang, masak gue menstruasi ?" katanya seakan tidak terima.
"Hah ? Mens ? Em… sudah pakai itu.. tambalan ?" tanya pria yang sedang menciduk nasi itu.
"Tambalan-tambalan, dikiranya ban bocor ditambal, pembalut, Abang," kata Siti membetulkan.
"Iya yaitu," jawab Rakha.
"Udah, cuman… kayak aneh aja tau, katanya gue ini roh yang terjebak di alam jin, kok roh bisa menstruasi ?" tanya Siti menciduk nasi juga.
"Ya… gak tau, mungkin memang bisa," jawab Rakha mengangkat bahunya sebentar kemudian fokus makan.
"Tapi gak biasanya juga tanggal segini," kata Siti.
"Aku tidak tahu, Sitiku Sayang, kau yang lebih paham soal ini, kalau kau mau aku panggilkan tabib kura-kura biar dicek," katanya.
"Gak usah, Bang," jawab Siti menghembuskan nafas lelah.
Siti tajam matanya, bisa mengindera ada yang sedang pangeran ini sembunyikan darinya. Ia tak menceritakan mimpi-mimpinya dulu, ini masih 2x, mungkin nanti sudah tidak, begitulah pikirnya.
***
Zonk, malam pun tiba, nyatanya Siti kembali bermimpi hal yang sama. Ia mimpi sudah menikah dengan seorang ganteng tinggi besar yang wajahnya samar bercahaya, kemudian ia kembali digabrut.
"Aaah aaaah aaaah jangaaan ! Jangan begini ! Jangan seperti ini ! Aaah ooh," lenguh ngelindur gadis itu malam ini dengan tubuh belingsetan di atas kasur.
Bagaimana tidak sampai ngelindur begitu, ia mimpi diajak camping di hutan, kemudian di tengah malam suaminya yang misterius dan berbulu itu mengikat tubuhnya pada sebatang pohon. Dalam keadaan terikat begini bajunya dilepas, pahanya dibuka lebar dan digendong di pinggang lelaki itu. Dan terjadilah.
"Aaah hosh hosh hosh hosh," Siti kembali terbangun keesokan paginya keringetan ngos-ngosan.
Saat mandi ia cek darah mens kemarin tidak keluar lagi, hanya setetes saja menodai pembalut kain itu. Perihnya juga ilang. "Kok begini ?" gumam gadis itu kembali bertanya-tanya.
Dan Rakha kembali keramas, rambutnya selalu basah di pagi hari saat sarapan. Begitu terus terjadi selama berhari-hari bahkan sampai seminggu lamanya.
"Ada yang nggak beres," batin Siti mulai curiga, namun tentu saja ia bingung harus bagaimana.
"Gak papa, gue kagak begitu laper sih," jawabnya.
"Hari ini kita jalan-jalan ke pesisir ya, kau pasti suka, kita tengok tambak lobster dan udang di sana, kau bisa makan lobster sepuasnya," ujar Rakha menawarkan.
"Maaf, Bang, gue mau istirahat aja di kamar seharian, capek," jawabnya.
Siti hanya ingin bisa tidur siang sepuasnya hari ini, supaya nanti malam ia tidak terlalu mengantuk, nanti malam ia akan berpura-pura tidur agar ia tahu apa yang sebenarnya Rakha lakukan kepadanya.
btw kak apa nanti anaknya berwujud atau gaib ya?
wisss angel2 angel tenan
wahh kasihan siti klo amoe di bunuh yaaa
Siti juga bukannya cari solusi tapi malah mau nambah dosa... ya Tuhan... nggak mikirin nyak babe kayaknya...
cocoklah sama Jordan... sama-sama nggak jelas...
kasihan aja kang mas Mekel...😂😂😂
kek mana yaaaa
alah sittt kabur aja dlu napa ambil tuh emas dr raka hidup mnydrindlu jauh keluarga tau anak udh gede aja gtu dan kmu akan tau klo ank mu membatu mu meyangimu gtu nya sit