Bai Xue nona muda keempat dari keluarga bangsawan Bai. Di asingkan di perbatasan saat usianya baru mencapai tujuh tahunan. Saat kembali ke Ibu Kota di usianya yang kesembilan belas tahun. Dia di jebak adik kelimanya, sehingga harus bermalam bersama Tuan muda kedua Jiang. Dan dengan terpaksa Bai Xue harus menikah menjadi Nyonya kedua di kediaman Jiang.
Di tahun ke tiga pernikahannya, wanita muda itu di temukan terbunuh dengan banyaknya sayatan di sekujur tubuhnya. Wajah cantiknya bahkan tidak lagi dapat di kenali.
Semua penderitaan yang ia jalani sepanjang hidupnya seperti mimpi menakutkan. Sehingga wanita muda itu dapat terbangun kembali dengan jiwa yang telah berpindah ketubuh gadis muda berusia enam belas tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi adik perempuan
Pertunjukan di atas kapal berlangsung hingga pukul sepuluh malam. Dan di akhiri dengan tarian indah dari ratusan penari wanita. Langit malam yang gelap juga di hiasi kembali warna-warni dari kembang api. Bai Qi menatap dengan senyuman indah di wajahnya. Memperhatikan setiap wajah bahagia dari semua orang yang ada di sekitarnya. Dia menyandarkan kepalanya di pundak kakak pertamanya. 'Menyenangkan bisa memiliki seorang kakak.' Gumamnya dalam hati. Perlahan kedua matanya terpejam di saat rasa kantuk tidak lagi mampu di tahan. Efek obat yang ia minum sebelum pergi sudah mulai bekerja dengan baik.
"Tunggu hingga kerumunan orang-orang sedikit memudar. Baru kita kembali," ujar Nyonya Bai kepada semua anaknya.
"Baik." Jawab ketiga putranya patuh.
Tuan muda pertama yang telah menyadari adiknya tertidur lelap langsung mengatur posisi yang lebih nyaman. Agar gadis di sampingnya bisa berada di dalam dekapannya.
Ribuan orang yang masih ada di dermaga perlahan mulai meninggalkan tempat festival di adakan. Namun suara teriakan terdengar dari arah selatan.
"Pembunuhan. Ada pembunuhan." Seorang pria tidak sengaja menemukan mayat yang menggambang di pinggiran dermaga.
Tuan muda kedua Bai Muchen bangkit dari tempat duduknya. "Ibu, Ayah. Aku harus pergi." Dia ketua penyidik tingkat satu yang telah di angkat sendiri Kaisar saat ini. Harus memenuhi kewajibannya meksipun hari libur yang ia miliki masih berlaku selama satu minggu lagi.
Nyonya kedua Bai mengangguk mengerti. "Pergilah. Jika masalah sudah beres segera kembali."
"Baik," saut Tuan muda kedua Bai Muchen bergegas pergi menghampiri tempat di temukannya mayat.
Setelah menunggu hampir satu jam keluarga Tuan kedua Bai akhirnya bisa pergi dari dermaga. Melanjutkan perjalanan untuk kembali pulang. Dari dermaga menuju lapangan luas tempat kereta berada. Membutuhkan waktu sekitar lima belas menit berjalan kaki. Di tambah masih ada banyak pejalan kaki di jalur utama. Sehingga mereka membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam baru bisa sampai ketempat kereta di parkiran.
Saat Bai Qi membuka kedua matanya. Dia sudah ada di dalam pelukan kakak pertamanya lagi. "Apa kakak tidak lelah?"
Tuan muda pertama Bai Mingze mendengar itu tersenyum lembut. "Tidak."
"Di mana kakak kedua?" Bai Qi melihat kesekitar tapi tidak bisa menemukan kakak keduanya.
"Kakak kedua sedang menjalankan tugas." Tuan muda ketiga menimpali. "Kamu mau ini?" Memberikan permen dengan bentuk kelinci.
Bai Qi mengangguk lalu mengambil permen dari tangan kakak ketiganya. Saat permen berada di mulutnya ada rasa asam yang langsung menyebar di barengi rasa manis tidak terlalu kuat.
"Bagaimana?" Tuan muda ketiga Bai Muyang menatap adiknya yang terlihat biasa saja. "Aku akan mencobanya." Meraih permen yang ada di tangan adiknya mengigitnya dengan cepat. Saat permen ada di mulutnya pria muda itu tidak lagi mampu menahan rasa asam yang cukup kuat. "Ah... Asam sekali. Qi er, apa lidah kamu mati rasa?"
Tatapan tajam Tuan muda pertama langsung tertuju pada adik ketiganya.
Plakakk...
Tuan kedua Bai memukul punggung putra ketiganya cukup kuat. "Jangan menggoda adik perempuanmu."
"Iisssttt..." Tuan muda ketiga Bai Muyang mengelus kuat punggungnya. "Pukulan ayah semakin kuat saja."
Mendegar itu semua orang tertawa ringan.
"Jika kamu tidak menyukainya. Jangan di makan lagi. Biar kakak saja yang memakannya," ujar Tuan muda pertama Bai Mingze.
"Aku menyukainya." Bai Qi mengarahkan permen di tangannya kepada kakak pertamanya. "Kakak ingin mencobanya?"
Tuan muda pertama Bai Mingze mengangguk lalu mengigit permen yang telah di sodorkan adiknya tepat di dekat mulutnya. Pria muda itu juga tidak tahan dengan rasa asam dari permen. "Ini enak. Tapi terlalu asam."
Setelah sampai di lapangan tempat kereta berada. Salah satu penjaga kediaman langsung berlari mengabarkan kepada kusir kereta. Tidak butuh waktu lama kereta datang dan mereka semua dapat segera kembali menuju kediaman.
Kereta berhenti tepat di depan pintu masuk kediaman. Saat semua orang turun mereka melihat pria paruh baya memakai pakaian resmi istana. Di ikuti semua pelayan laki-laki berdiri diam di belakangnya. "Tuan kedua," ujar pria itu yang merupakan Kasim istana dalam.
Tuan kedua Bai Haoran mendekat bersama istrinya. "Kasim Du, silakan." Mempersilahkan tamunya untuk masuk terlebih dulu. Kasim Du di arahkan menuju keaula utama tempat untuk menerima tamu. "Silakan." Mengarahkan tangannya kesalah satu kursi kosong untuk menunjukkan kesopanan pemilik kediaman.
"Tuan kedua terlalu sungkan. Saya datang kesini ingin menyampaikan pesan dari Selir Agung." Sembari duduk di bangku yang telah tersedia. Kasim Du sesekali menatap gadis cantik yang juga duduk di hadapannya. "Maaf karena kelancangan saya." Menghela nafas dalam. "Karena keadaan Nona keempat. Selir Agung membatalkan pertunangan Nona keempat dengan Pangeran kedua." Mengeluarkan surat perjanjian pertunangan yang ada di lapisan bajunya. Kasim Du bangkit memberikannya kepada Tuan kedua Bai Haoran.
Tuan kedua Bai Haoran bangkit mengambil surat yang di berikan Kasim Du. Saat surat ada di genggaman tangannya perasaan lega dan bahagia bercampur menjadi satu. Namun ekspresi wajahnya justru berlawanan. "Bukan keberuntungan putri saya karena tidak bisa menjadi istri pangeran kedua." Duduk kembali dengan kedua mata berkaca-kaca.
"Pembatalan pertunangan juga akan membuat Nona keempat menjadi bahan gunjingan masyarakat luas. Agar reputasi Nona keempat tidak ternoda. Selir Agung ingin mengangkat Nona keempat Bai Qi sebagai putri angkatnya," jelas Kasim Du.
Tuan muda pertama dan Tuan muda ketiga hanya diam tanpa memberikan tanggapan. Karena mereka tahu ini adalah jalan yang terbaik untuk adik keempatnya. Sedangkan Bai Qi masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi. "Kakak pertama, apa sakit yang aku alami karena pernikahan ini?"
Tuan muda pertama Bai Mingze mengangguk. "Iya."
"Aku menolak pernikahan ini atau menyetujuinya?" Bai Qi masih berusaha untuk mencari tahu kebenarannya.
"Kamu menolaknya sehingga memutuskan melompat dari jambatan," bisik Tuan muda pertama tanpa ragu-ragu.
"Kakak pertama," ujar Tuan muda ketiga Bai Muyang dengan menekan suaranya. Dia terkejut mendengar kakak pertamanya yang langsung mengungkapkan kebenaran.
Mendengar jawaban itu Bai Qi hanya terdiam.
"Saya juga tidak bisa mengambil keputusan ini. Qi er, bagaimana menurutmu?" Tuan kedua Bai Haoran mengalihkan pilihan kepada putrinya.
Dengan jawaban dari kakak pertamanya, Bai Qi bisa lebih mudah mengambil keputusan. "Bai Qi mengikuti pengaturan Selir Agung."
Kasim Du merasa lega setelah mendapatkan jawaban dari Nona keempat Bai Qi. "Berhubung Nona keempat juga menyetujui pengaturan yang dibuat Selir Agung. Saya harus segera kembali untuk melaporkannya." Melambaikan tangan perlahan. Membuat para pelayan di bawah kendalinya yang ada di halaman depan langsung masuk kedalam aula utama. Setiap pelayan membawa kotak hadiah yang telah di siapkan. "Hadiah-hadiah ini untuk mengungkapkan perasaan bahagia Selir Agung. Sudah mendapatkan putri yang cantik dan berbudi luhur."
