Setelah diselingkuhi, Brisia membuat rencana nekat. Ia merencanakan balas dendam yaitu menjodohkan ibunya yang seorang janda, dengan ayah mantan pacarnya. Dengan kesadaran penuh, ia ingin menjadi saudara tiri untuk mengacaukan hidup Arron.
Semuanya berjalan mulus sampai Zion, kakak kandung Arron muncul dan membuat gadis itu jatuh cinta.
Di antara dendam dan hasrat yang tak seharusnya tumbuh, Brisia terjebak dalam cinta terlarang saat menjalankan misi balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ken Novia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dosa masa lalu
"Udah Dis." Ucap Brisia lalu memberikan daun kering itu ke Disa.
"Makasih ya Brie."
"Sama-sama, Lo ke toilet mana kok sampai ketiban daun?"
"Hah..?" Disa mendadak loading, nyari alasan apa yang cocok buat jawab pertanyaan temannya itu.
"Eh...itu."
Belum sempat menjawab, bel berbunyi tanda upacara akan dimulai. Semua murid berbondong-bondong ke lapangan.
"Yuh ah upacara dulu Brie!" Ajak Disa mengalihkan pembicaraan.
Disa mengambil topi yang ada ditasnya lalu keluar lebih dulu. Brisia menghela nafas, dia penasaran dengan jawaban temannya.
Arron mendekat, tangannya memegang topi.
"Ayo Brie!" Ajaknya seperti biasa.
Dengan malas Brisia mengambil topi ditasnya lalu keluar bareng Arron, menuju barisan kelasnya.
"Kenapa hmm pagi-pagi udah murung. Perasaan tadi ceria?"
"Kamu tadi dari mana? Kok aku nggak liat kamu keluar?" Tanyanya penasaran.
"Ke depan kelas doang Sayang, kamu tadi fokus banget sih baca bukunya makanya nggak liat aku pergi." Bohong Arron dengan wajah meyakinkan.
"Hmm gitu ya?" Jawabnya lirih, belum punya bukti jadi kaya bingung.
"Iya Sayang." Arron mengambil topinya Brisia lalu memakaikannya.
"Udah sana baris!"
Brisia mengangguk dan bergabung ke barisan, Disa udah berdiri dibarisan nomer tiga. Arron baris dibelakang sendiri karna tinggi.
Sepanjang upacara, Brisia nggak bisa fokus ia sibuk memikirkan hal tadi. Entah kenapa perasaannya mendadak resah. Takut banget kalau Arron ada apa-apa sama Disa, bajunya Disa bau parfumnya Arron, mereka habis ngapain, kok bisa. Pertanyaan-pertanyaan itu yang terus berputar dikepala Brisia.
Ucapara selesai mereka kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran, Disa mencoba fokus belajar dan nggak lakuin sesuatu yang memancing rasa curiganya Brisia. Cewek itu juga bersikap biasa aja, seolah nggak ada apa-apa dan nggak ngebahas pertanyaan Brisia tadi pagi.
Pas jam istirahat, Brisia nggak mau ke kantin.
"Tumben nggak ke kantin Brie?" Tanya Arron penasaran.
"Aku ngga laper, kamu kalau mau ke kantin ya sana Aku nitip es jeruk aja."
"Nggak nitip makanan?"
"Nggak Ar, aku nggak pengin makan. Aku cuma lagi lemes." Balas Brisia, dia beneran nggak mood.
"Kalau lemes makan dong, kamu lemes kenapa sih? Tadi pas pelajaran juga kaya nggak fokus?"
"Nggak tau Ar, kayaknya mau datang bulan."
"Ya udah aku ke kantin dulu beli makanan, nanti aku makan disini aja sama kamu."
Brisia cuma mengangguk, membiarkan Arron keluar. Di kelas gadis itu sendirian. Disa emang ngga ngajakin ke kantin bareng semenjak Brisia punya pacar, cewek itu pergi sama temen yang lain.
Tangan Brisia menopang dagu diatas meja, cewek itu sibuk bengong. Karna pengin buang air, ia akhirnya bangun dan melangkah ke toilet.
Koridor sekolah ramai lalu lalang murid yang mau ke kantin, ada juga yang cuma nongkrong didepan kelas.
Brisia belok ke toilet, sampai tiba-tiba terdengar obrolan dari luar.
"Heh gue udah dua kali ngeliat Arron sama Disa ketemuan dibelakang gudang." Ucapnya pada temannya setelah toilet agak sepi.
"Yang bener Lo? Jangan asal ngomong kalau nggak ada bukti."
"Aduh harusnya gue foto, tapi kan waktu itu hape gue dikelas."
"Mereka berdua ngapain?" Tanyanya kepo.
"Hah, ya meneketehe. Gue ngga ngintip lanjutannya, cuma ngeliat tuh dua orang disana."
"Harusnya ngintip lah, tanggung banget."
"Gue ngga kepikiran anjrott, kaya syok juga. Aduh apa mereka berdua ada sesuatu ya?"
"Mungkin cuma lagi ngobrolin apa."
"Harus banget dibelakang gudang gitu? Lagian mereka berdua sekelas, ngobrol di kelas kan bisa?"
"Dah ah yuk cabut, nanti nggak kebagian risol di kantin."
Brisia membeku dari tadi, kaget banget dengernya. Ia keluar setelah memastikan toiletnya hening. Dengan langkah lemas ia melangkah kembali ke kelas.
Tak lama Arron muncul bawa keresek isi jajanan sama dua gelas es jeruk.
"Makan yuk! Biar kamu ngga lemes!" Ajaknya setelah meletakkan makanan itu dimejanya Brisia.
"Makasih ya Ar."
"Iya, yang semangat dong."
Brisia mencoba tersenyum sekalipun dipaksakan. Arron begitu baik padanya, masa sih dia tega main dibelakang.
Malamnya dirumah Arron, cowok itu lagi makan malam sama papanya.
Handi Baskara, duda anak dua alias bapaknya Arron sama Zion. Setelah kematian mamanya Arron, laki-laki itu belum menikah lagi. Justru semakin sibuk bekerja karna anak-anaknya sudah besar.
Nggak tau soal keseharian anaknya, bahkan anaknya punya pacar aja nggak tau.
"Kamu gimana sekolahnya Ar? Bentar lagi ujian kan?" Tanya papa Handi setelah selesai makan.
"Iya Pa, satu bulan lagi ujian."
"Udah mikir mau kuliah dimana?"
"Disini aja Pa, biar bisa ketemu papa."
"Baguslah, kalau kamu pergi papa sama siapa disini?"
"Iya Pa."
"Hari sabtu kemarin kamu tau kakakmu pulang?"
Papa Handi bahkan nggak ketemu sama Zion, beliau cuma tau anak sulungnya pulang karna dikulkas ada oleh-oleh bakpia untuknya.
"Tau Pa."
"Kamu kok nggak ngabarin papa kalo Zion pulang? Papa jadi nggak ketemu sama dia. Pas papa balik kakakmu udah ngga ada."
"Dia aja nggak nyapa aku, nggak nganggap aku, ya udah aku juga nggak peduli Pa. Papa tau dari mana dia pulang?"
"Dikulkas ada bakpia, siapa lagi yang beliin papa bakpia kalau bukan kakakmu?"
"Dia aja pulang nggak ngasih tau papa kan? Udahlah Pa, kak Zion emang nggak peduli sama kita berdua."
"Ar, jangan kaya gitu! Dia tetep kakak yang harus kamu hormati. Papa cuma pengin kalian berdua akur, kalau papa udah nggak ada kalian harus mengandalkan satu sama lain. Kamu jadi adik juga harus sedikit mengalah Ar, jangan egois, kakakmu pasti baik kalau kamu baikin. Kamu cuma nggak tau sisi baiknya dia."
Papa Handi memberikan nasehatnya, dari dulu hubungan anaknya itu selalu renggang. Sekalipun ia sadar, semua itu juga bermula darinya yang selingkuh hingga lahirlah Arron.
Mama kandung Zion sudah meninggal karna depresi, mamanya Arron juga meninggal karna sakit. Semua itu seperti hukuman bagi papa Handi, membuat laki-laki itu tidak punya niatan untuk menikah lagi.
"Pa, dia aja nggak nganggap aku. Buat apa aku baikin dia? Aku tuh kaya nggak punya kakak, nggak pernah sekalipun kak Zion perhatian sama aku layaknya kakak adik. Aku tau kita beda ibu, tapi apa dia harus kaya gitu sama aku Pa? Segitu bencinya dia sama aku?"
Sampai detik ini, Arron tidak tau rahasia masa lalu orangtuanya. Ia hanya tau dirinya sama Zion beda ibu, mungkin itulah yang membuat membencinya.
"Maafin Papa Ar." Kalimat itulah yang akhirnya keluar dari mulut papa Handi, ia sendiri bingung harus bagaimana mendekatkan dua anaknya.
Hidupnya benar-benar kesepian, makanya lebih memilih sibuk bekerja. Rumah yang dulu hangat kini terasa dingin, seperti para penghuninya.
aron mah sesetia itu
kan kalo lagi sama kamu ingat disa
kalo lagi sama disa ingat kamu
😸😸😸