NovelToon NovelToon
Beginning And End Season 3

Beginning And End Season 3

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Dark Romance / Time Travel / Balas Dendam / Sci-Fi / Cintapertama
Popularitas:140
Nilai: 5
Nama Author: raffa zahran dio

Lanjutan Beginning And End Season 2.

Setelah mengalahkan Tenka Mutan, Catalina Rombert berdiri sendirian di reruntuhan Tokyo—saksi terakhir dunia yang hancur, penuh kesedihan dan kelelahan. Saat dia terbenam dalam keputusasaan, bayangan anak kecil yang mirip dirinya muncul dan memberinya kesempatan: kembali ke masa lalu.

Tanpa sadar, Catalina terlempar ke masa dia berusia lima tahun—semua memori masa depan hilang, tapi dia tahu dia ada untuk menyelamatkan keluarga dan umat manusia. Setiap malam, mimpi membawakan potongan-potongan memori dan petunjuk misinya. Tanpa gambaran penuh, dia harus menyusun potongan-potongan itu untuk mencegah tragedi dan membangun dunia yang diimpikan.

Apakah potongan-potongan memori dari mimpi cukup untuk membuat Catalina mengubah takdir yang sudah ditentukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raffa zahran dio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 : Misi Pertama dan CIP Haniel.

Malam telah turun di rumah besar Catalina dengan perlahan, seperti selimut gelap yang menutupi seluruh dunia. Cahaya bulan yang cerah menyusup melalui jendela-jendela tinggi yang dibuka sedikit, menciptakan garis-garis perak yang melengkung di lantai kayu yang mengkilap—seolah senjata yang tersembunyi. Angin malam berdesir pelan, menimbulkan bunyi swoosh… swoosh… di tirai tipis berwarna putih, sementara aroma manis dari pancake yang tersisa di dapur masih samar terbawa udara, membuat suasana lebih hangat dan akrab.

Di kamar mewahnya, Catalina terlelap di atas kasur besar yang dilapisi selimut pink lembut dengan motif bunga mawar. Rambut putih bergelombang dengan gradasi pink di ujungnya terserak di bantal bulu yang lembut, helai-helai rambut itu memantulkan cahaya lampu tidur yang menyala lembut di sudut kamar. Dalam tidur lelapnya, ia bergumam lirih, suaranya hampir tak terdengar:

“Mami… Papi… makasih telah menemani ku… Aku mau tidur… jangan tinggalkan aku…”

Tubuhnya meringkuk, tangan mungilnya menggenggam ujung selimut seolah itu adalah pegangan terakhir.

Andras duduk di tepi kasur, tubuhnya tenang tapi penuh kasih yang tak terkatakan. Rambut panjang bergelombang ungu gelapnya menutupi sebagian bahunya, dan mata merah-birunya menatap putrinya dengan kelembutan yang hanya seorang ibu miliki. Di sisinya, Leon ikut duduk, rambut putih panjangnya bergoyang ringan mengikuti hembusan angin malam. Matanya pink menyala penuh perhatian, melihat Catalina yang tidur dengan damai.

“Baiklah, Catalina… tidurlah nyenyak, putri kecilku,” kata Andras, suaranya lembut seperti aliran sungai yang menenangkan, melumpuhkan semua ketakutan yang mungkin ada. Dia mengelus rambut Catalina dengan jari-jari yang lembut, menyentuh setiap helai rambut dengan penuh sayang.

Leon mencondongkan tubuh, meraih saklar lampu meja di dekat kasur. “Click… Lampu padam seketika, meninggalkan kamar dalam cahaya remang bulan yang lembut. Ia menunduk, mencium pipi Catalina dengan lembut—bibirnya hangat menyentuh kulit mungilnya. “Tidurlah dengan tenang, sayang… Papi dan Mami ada di sini, selalu ada di sini.”

Andras ikut mencondongkan tubuh, mencium pipi Catalina yang lain dengan senyum hangat. “Semoga mimpimu indah, Catalina… Kalau kau mengalami mimpi buruk lagi, biarkan Mami masuk ke mimpimu dan menghancurkan siapa pun yang mencoba merusaknya… bahkan jika itu hanya bayangan,” dia berkata dengan nada yang tegas namun penuh kasih, menunjukkan sifatnya sebagai “Ratu Iblis Es yang Agung” yang selalu melindungi keluarga.

Leon menepuk pundak Andras dengan lembut, menertawakan dirinya sendiri dengan suaranya yang ringan. “Istriku… dia masih anak-anak… jangan buat dia takut dengan omonganmu yang keras.”

Andras tersenyum tipis, matanya bersinar di cahaya bulan. “Tidak apa-apa… biar mimpi buruk itu tahu, anak siapa yang ia ganggu. Putri kecil seorang raja yang kuat…”

Leon mengekang tawa kecil, menepuk bahu Andras lagi. “Aduh, istri ku yang penuh semangat… Ayok ke kamar kita… Kita juga harus istirahat, besok kita akan ke pesta ulang tahun Yoru dan Matsu kan?”

Mereka berdua berdiri perlahan, melangkah keluar dari kamar dengan langkah yang ringan agar tidak membangunkan Catalina. Leon menutup pintu kamar dengan suara click… yang halus namun final, seolah menutup pintu ke dunia nyata dan membuka pintu ke dunia mimpi.

Di kasur, Catalina masih tidur dengan posisi meringkuk, tangan mungilnya menggenggam selimut lebih erat. Matanya bergerak cepat di balik kelopak, berjuang dalam dunia mimpi yang bercampur antara realita masa lalu dan kenangan masa depan yang ingin muncul.

 

MIMPI CATALINA: CERIA DAN KELAM BERSAMAAN

Dia berdiri di taman luas yang penuh bunga, yang ternyata milik rumah Kei dan Reina. Suasana pesta ulang tahun Yoru dan Matsu tampak ramai dan meriah: lampu kecil berkelip-kelip seperti bintang jatuh tergantung di pohon-pohon, tawa anak-anak bergema di udara, dan aroma kue ulang tahun yang manis menyebar. Yoru dan Matsu berdiri di tengah pesta dengan topi ulang tahun, tersenyum lebar sambil memegang kue yang besar. Semua orang ada di sana—Kei, Reina, Chins, Hiro, dan bahkan Kenzi yang membawa hadiah besar.

Tapi ada yang salah. Sangat salah.

Udara tiba-tiba menjadi dingin dan berat, seolah udara di dunia hancur yang dia tinggalkan. Bau logam berkarat dan asap tipis menusuk hidung, membuat dia merasa sesak. “Krek… krek… bunyi pohon-pohon yang segar tiba-tiba menjadi kering dan retak, daunnya rontok ke tanah. Lampu-lampu yang berkelip-kelip mati satu per satu, meninggalkan kegelapan yang semakin membesar.

Di tengah taman yang tiba-tiba sunyi, sosok muncul. Tenka—tubuhnya tinggi menyeramkan, kulitnya hitam seperti arang, mata merah menyala dengan kebencian yang tak terbatas. Ia menekankan tangan kanannya ke leher seorang gadis kecil yang berdiri terkejut. Gadis itu memiliki rambut panjang abu-abu yang mengalir ke pinggang, mata hijau muda yang membelalak penuh ketakutan. “Ssssck… Suara kutukan hijau yang kental mengalir dari jari-jari Tenka ke kepala gadis itu, aura jahat berputar seperti racun di udara, membuat kulit Catalina terasa gatal dan menyakitkan.

Semua orang di pesta menatap, mulut mereka terbuka tapi tidak bisa bergerak—seolah terjebak dalam kejenuhan. Mereka hanya bisa menatap gadis itu mati perlahan, wajahnya memucat, mata hijau nya perlahan-lahan hilang cahayanya. Chins dan Hiro—orang tua gadis itu—berteriak dengan suara yang pecah: “Kurumi!! Jangan!!” Air mata mengalir deras di wajah mereka, suara tangisan yang menusuk hati bergema di taman yang sunyi.

Catalina menatap, napasnya tercekat—haaah… haaah…—tubuhnya gemetar hebat. Dia ingin berlari, ingin menyerang Tenka, tapi kakinya seperti terjebak di tanah. “Kurumi… Sima Kurumi…” bisiknya, suara tercekik oleh kesedihan dan kemarahan. “Jadi… Kurumi mati karena Tenka… di pesta ulang tahun Yoru dan Matsu… besok…!”

Pada saat itu, Tenka memalingkan wajahnya ke arah Catalina, tersenyum dengan senyum yang jahat. “Kamu… anak kecil yang tidak berdaya… kamu tidak bisa melindungi siapa pun… bahkan dirimu sendiri!” dia menjerit, suara seperti guntur yang menggema.

Catalina terbangun dengan cepat, tubuhnya melompat dari kasur, jantungnya berdebar kencang seperti thump… thump… thump… genderang perang. Napasnya berat dan terengah, keringat membasahi punggungnya. Ia duduk tegak, menatap ke sekeliling kamar yang gelap, hanya diterangi cahaya bulan. Tubuhnya masih gemetar, dan ia melihat kalender di dinding—mata kecilnya menangkap tanggal besok yang ditandai dengan bintang merah: “ULANG TAHUN YORU & MATSU — HARI INI.”

“Bagaimana cara ku… agar bisa mencegah Tenka membunuh Kurumi?” gumamnya, matanya menyala penuh tekad yang membara, tangan mungil menggenggam selimut sampai jari-jari memerah.

Di luar jendela kamar, sesuatu bergerak. Catalina menoleh cepat, matanya membesar. Di teras yang dipenuhi bunga, berdiri sosoknya sendiri—Catalina dewasa—yang dia tinggalkan di dunia hancur. Tubuhnya tegap, rambut putih-pinknya panjang dan bergelombang, mata pink dan merah menyala dengan aura kuat yang terpancar. Dia berdiri seperti pahlawan yang telah memenangkan perang.

“Apa… Hei kau!! Kau yang membawaku ke masa lalu? Kau adalah aku… di masa depan saat aku berhasil mengalahkan Tenka?” teriak Catalina kecil, melompat dari kasur dan berlari cepat menuju jendela. “Scrreeeek… suara jendela yang terbuka dengan cepat terdengar, angin malam menerpa rambutnya, membuatnya bergoyang.

Catalina dewasa tersenyum tipis, matanya penuh kasih. “Iya… bagaimana? Apakah kau sudah merasakan kekeluargaan yang sempat hancur di masa depan? Rasakan kehangatan mereka yang sudah tidak bisa kau peluk lagi?”

Catalina kecil mengerutkan alis, tubuhnya masih gemetar, dan ia meremas gaun putih yang dikenakan Catalina dewasa dengan kuat. “Bagaimana cara aku bisa menyelamatkan semuanya!! Seluruh ingatan tentang kematian seseorang telah hilang!! Bahkan aku di masa sekarang tidak memiliki kekuatan!! Bagaimana cara aku menghentikan Tenka membunuh Kurumi besok!?” dia menjerit, suara penuh kesedihan dan frustasi yang membuat hati Catalina dewasa terasa sakit.

Catalina dewasa menatap dengan lembut, nada suaranya tegas namun menenangkan. “Soal ingatanmu… aku tidak tahu mengapa ia hilang. Tapi hari demi hari, di mimpimu, pecahan-pecahan memori akan muncul—seperti teka-teki yang kau harus menyusun. Dan kematian Kurumi… itu misi pertamamu. Kau harus menghentikan Tenka mengakhiri hidup putri Chins dan Hiro besok… itu adalah awal dari semua kehancuran.”

Catalina kecil menatap, matanya penuh kebingungan. “Bagaimana caranya? Aku… aku tidak punya kekuatan sekarang! Aku cuma anak lima tahun!!”

Dengan gerakan elegan yang hanya dimiliki oleh pahlawan, Catalina dewasa melepas cengkramannya. Dari tangannya yang kuat, muncul scythe raksasa Andras yang sempat tertinggal di masa depan—namun kali ini, warnanya tidak kusam. “Whhhhssshhh… suara angin mengelilingi scythe itu, es dan air yang dulu menempel padanya lenyap, terganti oleh api pink pekat yang memancar, menyinari seluruh teras. Bilahnya melengkung seperti bulan sabit, berkilau dengan cahaya yang menakjubkan.

“Ini… senjata barumu,” kata Catalina dewasa sambil mengulurkan scythe pink itu ke arah Catalina kecil. “Scythe Haniel—senjata yang lahir dari harapanmu untuk melindungi orang yang dicintai.”

Catalina kecil menggenggam pegangan scythe itu dengan ragu-ragu, tapi segera merasakan panas yang membakar namun menyenangkan mengalir ke seluruh tubuhnya. Kristal api merah muda muncul di dadanya, memancarkan cahaya lembut yang menyinari kamar dan teras. “Aku… mendapatkan kekuatan baru… yang belum ada di masa depan…” bisiknya, matanya bersinar penuh tekad yang baru lahir—lebih kuat dari apa yang dia rasakan sebelumnya.

Catalina dewasa menunduk, mata setajam kristal, tapi penuh harapan. “Sekarang… kamu memiliki CIP… Haniel. Kau beruntung… Pahlawan masa lalu, termasuk Mami dan Papi, harus melewati Prime CIP, Legend CIP, dan Inversi CIP dengan susah payah. Tapi kau… bisa langsung mengakses Inversi CIP karena kesempatan kedua ini. Usia lima tahun, kau belum bisa mengendalikan Legend atau Inversi CIP sepenuhnya, tapi Prime CIP-mu… gunakanlah dengan bijak. Energinya besar, tapi potensimu lebih besar dari semua orang yang pernah ada.”

Catalina kecil mengangguk dengan yakin, memeluk scythe pink barunya dengan erat. “Terima kasih… telah memberiku kekuatan baru dan mengantarkanku ke masa lalu… aku tidak akan mengecewakanmu.”

Catalina dewasa tersenyum tipis, matanya bersinar dengan kebanggaan. “Sama-sama… diri-ku… Aku harus pergi sekarang—masa depan menunggu. Teruslah berjuang… aku mengandalkanmu untuk membuat dunia yang berbeda.”

Seketika, api pink melahap Catalina dewasa, memunculkan ledakan cahaya lembut “Fwoosh… yang menyinari seluruh langit malam, lalu ia menghilang tanpa jejak. Catalina kecil menutup jendela dengan perlahan, memeluk scythe pink barunya dengan erat, tubuhnya sekarang penuh kekuatan dan keyakinan.

“Dengan kekuatan baru ini, dan pecahan memori yang akan muncul setiap malam… aku akan melindungi semua yang kucintai,” gumamnya, menunduk di kasur empuk. Perlahan, mata kecilnya menutup, tidur kembali dengan tenang—tapi kali ini, ia tidak meringkuk lagi. Ia berdiri di dalam tidurnya, siap menghadapi esok yang menentukan, siap menjadi pahlawan yang dunia butuhkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!