Membuang Suami Sampah

Membuang Suami Sampah

Pengabdian Yang Tak di Hargai

Pagi yang cerah menyelimuti rumah besar keluarga Bram. Seperti biasa, Jessy sudah sibuk di dapur sejak subuh, menyiapkan sarapan untuk seluruh keluarga. Tangannya lincah mengolah bahan makanan, aroma harum masakan menyebar ke seluruh rumah. Dengan telaten, ia memasak berbagai hidangan favorit keluarganya, memastikan semuanya sempurna.

Setelah selesai, ia menyajikan makanan di meja makan dengan penuh kasih. Melihat semua sudah rapi, Jessy melangkah menuju kamar untuk memanggil suaminya.

"Sayang..." panggilnya lembut dari balik pintu kamar.

Di dalam, Bram tampak sibuk dengan ponselnya. Saat mendengar suara Jessy, ia segera mematikan telepon dan menyimpan ponselnya di meja samping tempat tidur. Sudah beberapa hari terakhir, Bram sering terlihat sibuk dengan ponselnya.

"Siapa yang menelepon?" tanya Jessy penasaran.

Bram melirik sekilas ke arah istrinya, lalu tersenyum kecil. "Orang kantor. Mereka tanya soal kerjaan," jawabnya santai.

Jessy mengangguk pelan, meski hatinya mengatakan ada yang janggal. Namun, ia memilih diam dan tersenyum, kemudian berkata, "Ayo turun, sarapan sudah siap."

Bram bangkit, merapikan pakaiannya, lalu berjalan keluar kamar. Jessy, seperti kebiasaannya, dengan sigap mengambil tas kerja dan jas suaminya, lalu mengikutinya dari belakang.

Saat mereka tiba di ruang makan, ibu mertua Jessy, Ella, dengan wajah datar dan sinis. Sementara adik iparnya, Molly, sudah lebih dulu duduk di meja makan dan dengan santainya Molly menikmati hidangan tanpa memedulikan siapa yang telah memasaknya.

"Kalian sudah datang?" sapa Ella tanpa menoleh ke arah menantunya.

"Iya, ma." Bram membalas ucapan sang ibu.

Jessy hanya tersenyum tipis, kemudian duduk di samping Bram. Ia menyendokkan nasi dan lauk ke piring suaminya dengan penuh perhatian.

Namun, suasana damai itu segera terusik oleh suara sinis Ella. "Kalian ini kapan punya anak? Kenapa lama sekali? Mama ingin punya cucu laki-laki!"

Jessy terdiam, tangannya yang sedang menyendok nasi seketika berhenti. Ia menunduk, mencoba menahan perasaan sedih yang tiba-tiba menyeruak di hatinya.

Sementara itu, Bram, yang melihat perubahan ekspresi istrinya, mencoba menenangkan, dan tersenyum canggung. "Sabar, Ma. Ini juga lagi proses."

"Proses, proses! Proses terus! Jangan-jangan Jessy itu mandul!" tukas Ella tajam karena tak puas dengan jawaban Bram.

Jessy menundukkan kepala, hatinya mencelos. Ia sudah sering mendengar sindiran seperti ini, tetapi tetap saja menyakitkan. Jessy mencoba menahan air matanya dengan menggigit bibir bawahnya.

Bram yang melihat istrinya terdiam, menghela nafas panjang.

"Bu, sudahlah. Jangan bahas ini terus. Kita sarapan dulu," ujar Bram berusaha meredakan suasana, meski terdengar lebih seperti permintaan setengah hati.

Meskipun begitu, raut wajah Ella tetap masam. Jessy berusaha menahan perasaan dan melanjutkan makan, walaupun selera makannya sudah lenyap. Bagi Jessy, makanan yang tadi ia masak dengan penuh kasih kini terasa hambar di mulutnya.

Di sela-sela sarapan, Molly yang sibuk dengan ponselnya tiba-tiba menoleh ke arah Jessy. "Kak Jessy, sepatu mahal aku yang kemarin, sudah kakak cuci, kan?"

Jessy menelan ludah sebelum menjawab. "Sudah, ada di rak sepatu tempat biasanya."

"Baiklah," balas Molly singkat, lalu kembali menyantap sarapannya tanpa sepatah kata terima kasih pun.

Jessy hanya bisa tersenyum miris. Sudah lima tahun menikah dengan Bram, dan selama itu pula ia mengabdi pada keluarga ini tanpa sedikit pun dihargai.

Jessy sudah terbiasa dengan sikap mereka, ia hanyalah seorang pelayan bagi mereka, bukan menantu atau kakak ipar yang dihormati.

Ia menahan perasaan sakitnya, karena ia masih masih mencintai suami nya, ia harus lebih bersabar menghadapi keluarga Bram, mungkin suatu hari mereka akan berubah.

"Sabar Jessy, mereka hanya kecewa karena kamu belum memberikan cucu pada mereka. Kamu pasti kuat, kamu adalah wanita hebat." ucap Jessy dalam hati.

Setelah semua telah selesai sarapan, Jessy telah siap berangkat bersama Bram.

"Aku berangkat, Jes." ucap Bram berpamitan kepada Jessy.

"Iya, hati-hati." jawab Jessy dengan tersenyum dan memberikan tas kerja suaminya.

"Ma.. Bram berangkat." pamitnya kepada sang ibu, Ella.

"Iya, hati-hatilah." jawab Ella sambil tersenyum kepada sang anak.

Molly juga berpamitan kepada sang mama, tapi tidak kepada kakak iparnya. Begitulah sikap adik ipar Jessy, yang tak pernah menghargainya. Jessy hanya bisa menghela nafas.

Ella langsung pergi tanpa memperdulikan menantunya ini. Jessy hanya bisa menatap punggung ibu mertuanya yang telah jauh sama menghilang dibalik pintu kamarnya.

semua anggota keluarga sudah pergi—Bram ke kantor, Molly ke sekolah—Jessy mulai mengerjakan pekerjaan rumah. Rumah besar ini selalu bersih berkat dirinya, namun tak ada satu pun yang mengakui usahanya

Sore menjelang malam, Jessy duduk di ruang tamu, menunggu kepulangan suaminya. Jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam, tetapi Bram belum juga pulang. Ia menggigit bibirnya cemas. Sebenarnya, ni bukan pertama kalinya Bram pulang larut malam.

Tak lama kemudian, suara mesin mobil terdengar di halaman. Jessy segera bangkit dan membuka pintu.

Bram masuk dengan wajah lelah. Ia melepas dasinya dengan asal sambil menghela napas panjang.

"Sayang, kenapa kau pulang sangat malam?" tanyanya dengan nada khawatir.

Bram meregangkan bahunya dan menjawab malas, "Aku lembur. Capek banget."

Jessy mengambil tas dan jas suaminya. Tak lupa, ia menyiapkan segelas air untuk Bram.

"Terima kasih, Sayang," ujar Bram sambil meneguk airnya.

Mereka berjalan menuju kamar. Di sana, Jessy duduk di tepi ranjang, memperhatikan suaminya dengan tatapan penuh selidik. Ada sesuatu yang berbeda. Matanya lelah, tapi bukan hanya karena pekerjaan.

Jessy menggigit bibirnya, mencoba menata kata-kata yang sejak lama mengganggu pikirannya.

"Sayang, akhir-akhir ini kau sering lembur. Jangan-jangan kau..." kalimatnya terhenti.

Bram langsung menatapnya tajam. "Jangan apa? Kamu jangan kebanyakan pikiran. Aku ini kerja! Jangan bikin aku bete. Aku capek pulang kerja, bukannya disambut malah dituduh-tuduh."

Jessy terkejut dengan reaksi suaminya. Ia hanya ingin bertanya, bukan menuduh.

"Aku hanya bertanya baik-baik, kenapa kamu berpikiran macam-macam?" Jessy berusaha tetap tenang.

Bram mendengus kesal. "Daripada kamu terus-terusan nuduh nggak jelas, lebih baik buatkan aku air hangat. Aku mau mandi. Pusing aku pulang kerja malah dituduh macam-macam."

Tanpa membantah, Jessy segera berjalan ke kamar mandi dan mulai mengisi bathtub dengan air hangat. Saat ia kembali ke kamar, Bram baru saja selesai menelpon seseorang.

Jessy menatapnya curiga.

"Siapa yang menelpon?" tanyanya pelan.

Bram terlihat sedikit gugup, tapi dengan cepat menjawab, "Orang kantor."

Jessy memiringkan kepalanya, matanya menyipit. "Kenapa setiap malam mereka menelpon? Padahal baru saja kau pulang dan bertemu mereka di kantor."

Bram mendengus kasar. "Sudahlah, jangan bahas ini terus. Aku capek. Jangan omeli aku!"

Setelah berkata begitu, Bram langsung berjalan ke kamar mandi, meninggalkan Jessy yang masih berdiri di tempatnya.

Jessy menarik napas panjang. Ada yang tidak beres. Ia bisa merasakannya. Tapi seperti lima tahun terakhir, ia hanya bisa diam, menelan kecurigaan dan rasa sakitnya Seorang diri.

Namun, ia masih menepis keraguan itu. Ia masih ingin percaya pada suaminya.

Terpopuler

Comments

Ninik

Ninik

ini istri g****k apa gimana memang perempuan kalau udah alasan cinta jadi bodoh padahal perempuan itu lebih baik dicintai dari pada mencintai terkadang dicintai aja laki2 masih bertingkah bikin ulah

2025-02-26

2

Akbar Razaq

Akbar Razaq

Kebrengsekan suami apalagi keluarga suami tak lepas dr kebodohan / kelemahan dr istri itu sendiri.Sampe 5 th di jadikan babu dan diam saja begitu saat di perlakukan buruk adik ipar.

2025-02-27

0

Wahyuningsih

Wahyuningsih

yaelah thor cmn 1 😅😅😅 d tnggu upnya kmbli thor jgn lma2, upnya yg buanyk n hrs tiap hri sellu jga keshtn istrht yg ckp sellu seeeeeemaaangaaaat jgn ampe kndor thor kolor kli ya thor 😄😄😄😄

2025-02-27

0

lihat semua
Episodes
1 Pengabdian Yang Tak di Hargai
2 Kebebasan dengan Syarat
3 Selama Suami Di Sisi nya
4 Kedatangan Fina
5 Mulai Hancur Perlahan
6 Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7 Jessy Keracunan
8 Jessy Cuma Numpang
9 Chika Emosi Jessy Bimbang
10 Pertengkaran Jessy dan Bram
11 Omelan Di Pagi Hari
12 Bram Mandul
13 Pengkhianatan Bram
14 Aku Tidak Akan Menunggu
15 Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16 Keputusan Akhir Jessy
17 Jessy Kecelakaan
18 Kesempatan Kedua
19 Jessy Tak Peduli
20 Ya Aku Serius
21 Jason Si Pria Dingin
22 Kepercayaan Diri Bram
23 18 keatas....
24 Langkah Awal Pembalasan
25 Aku Menantu
26 Minta Maaf
27 Sindiran Di Pagi Hari
28 Sudah Siap?
29 Menunggu Drama Datang
30 Membalas Teman Molly
31 Akhirnya Datang
32 Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33 Cerita nya Sedikit Berubah
34 Bersiaplah
35 Benar-Benar Terjadi
36 Kepuasan Jessy
37 Petugas Medis Datang
38 Pergi Dari Rumah
39 Rindu Jessy Yang Ceria
40 Kebingungan Bram
41 Sarapan Bersama
42 Si Jack
43 Setebal Muka Jack
44 Semua Salah Jessy
45 Kemarahan Fina
46 Kompor
47 Hanya Padamu
48 Mengantar Jessy
49 Beneran Gila
50 Sejak Kapan
51 Tulang Punggung Bisnis
52 Termakan Omongan
53 Hamil
54 Kemana Sih
55 Gak Rela
56 Bos Gila
57 Asal Ngomong
58 Hari Yang Ditunggu
59 Hari Ketika...
60 Kecemasan Bram
61 Siapa
62 Bertemu
63 Amarah
64 Tamparan
65 Bercerai
66 Palsu
67 Diusir
68 Gempar
69 Tidak Layak
70 Terungkap
71 Penuh Luka
72 Penyitaan
73 Ambruk
74 Pesta Kecil
75 Perhatian Kecil
76 Pria Tua
77 Liburan
78 Makna Tersembunyi
79 Buka Hatimu
80 Sarapan
81 Terpisah
82 Manis
83 Suka
84 Mulai Goyah
85 Terbangun
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Pengabdian Yang Tak di Hargai
2
Kebebasan dengan Syarat
3
Selama Suami Di Sisi nya
4
Kedatangan Fina
5
Mulai Hancur Perlahan
6
Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7
Jessy Keracunan
8
Jessy Cuma Numpang
9
Chika Emosi Jessy Bimbang
10
Pertengkaran Jessy dan Bram
11
Omelan Di Pagi Hari
12
Bram Mandul
13
Pengkhianatan Bram
14
Aku Tidak Akan Menunggu
15
Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16
Keputusan Akhir Jessy
17
Jessy Kecelakaan
18
Kesempatan Kedua
19
Jessy Tak Peduli
20
Ya Aku Serius
21
Jason Si Pria Dingin
22
Kepercayaan Diri Bram
23
18 keatas....
24
Langkah Awal Pembalasan
25
Aku Menantu
26
Minta Maaf
27
Sindiran Di Pagi Hari
28
Sudah Siap?
29
Menunggu Drama Datang
30
Membalas Teman Molly
31
Akhirnya Datang
32
Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33
Cerita nya Sedikit Berubah
34
Bersiaplah
35
Benar-Benar Terjadi
36
Kepuasan Jessy
37
Petugas Medis Datang
38
Pergi Dari Rumah
39
Rindu Jessy Yang Ceria
40
Kebingungan Bram
41
Sarapan Bersama
42
Si Jack
43
Setebal Muka Jack
44
Semua Salah Jessy
45
Kemarahan Fina
46
Kompor
47
Hanya Padamu
48
Mengantar Jessy
49
Beneran Gila
50
Sejak Kapan
51
Tulang Punggung Bisnis
52
Termakan Omongan
53
Hamil
54
Kemana Sih
55
Gak Rela
56
Bos Gila
57
Asal Ngomong
58
Hari Yang Ditunggu
59
Hari Ketika...
60
Kecemasan Bram
61
Siapa
62
Bertemu
63
Amarah
64
Tamparan
65
Bercerai
66
Palsu
67
Diusir
68
Gempar
69
Tidak Layak
70
Terungkap
71
Penuh Luka
72
Penyitaan
73
Ambruk
74
Pesta Kecil
75
Perhatian Kecil
76
Pria Tua
77
Liburan
78
Makna Tersembunyi
79
Buka Hatimu
80
Sarapan
81
Terpisah
82
Manis
83
Suka
84
Mulai Goyah
85
Terbangun

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!