Bisakah aku memilih antara Pertarungan atau pelarian?ataukah jalan takdirku sudah harus memilih pelarian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jmath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 21 AGREEMENT
Setelah aku merapikan kamar tidur yang kutempati semalem, Siang ini aku memutuskan untuk pulang. Aku menuju kamar kakek di paviliun utama. Paviliun utama terlihat sepi, mungkin dikarenakan para paman yang sudah kembali ke rumah masing-masing. Ku lihat juga kamar Todh sepi. Rumah paman-pamanku terletak satu kompleks dengan Paviliun kakek, hanya berjarak dia sampai tiga rumah dari kakek.
Ku ketuk pintu kamar kakek, Rupanya ia sedang istirahat dikamarnya. Setelah hendak kututup kembali kamarnya, Kakek memanggilku. "Liam, apakah itu kau".
Aku pun menjawab "Iya". Ku langkahkan kakiku menuju tempat tidurnya. Tepat disisinya kemudian aku duduk serong. "Aku hanya ingin berpamitan kek'. Jelasku.
Ia menarik tubuhnya hingga ia kini duduk berhadapan denganku. "Apa itu keputusan terbaikmu Liam, tidak bisakah kau disini bersama ku".
"Bukankah aku sudah menjelaskan nya dari awal kek kalo aku tidak membutuhkan warisanmu". terangku.
Nampak ia menghela nafas "Tidak bisakah kau membantuku Liam, paling tidak membantu keluarga mu, atau Ayahmu?" jelas kakek lagi.
Aku frustasi ketika kakek selalu membahas hal ini. "Sebenarnya ada apa kek, kenapa kau selalu menyuruhku untuk tetap disini?"
"Aku ingin warisanku jatuh ke tangan yang tepat Liam, Aku dan Ayahmu berusaha keras mempertahankan ini semua. Bahkan ketika Ayahmu tiada Aku masih memegang prioritas perusahaan. Aku tidak bisa memberikan kepercayaan ku kepada pamanmu Liam?". Jelas kakek.
"Tapi kenapa harus aku kek? masih ada Todh dan Sheena kalo kakek lupa". Jawabku tak mau kalah.
"Kau tau Ayah Todh sudah memegang perusahaan keluarga istri nya, sedangkan Todh sudah pasti dia akan mewarisi nya. Dan Sheena?kau tau ayahnya seperti apa,belum ada setahun mungkin perusahaan ku sudah gulung tikar karena nya" Jawab Kakek.
"Bagaimana dengan Anya, kupikir dia orang yang berbeda kek". Tanya ku lagi.
" Anya bukan cucu kandung ku Todh, meskipun aku juga menginginkan kannya karena dia berbeda dengan anakku Jeano" . Jawab Kakek.
"Apa maksud kakek ayah bukan cucu kandung mu?". Tanya ku penasaran.
"Istri nya hamil dengan pria lain di waktu Jeano dipenjara karena korupsi". Jelas kakekku.
Aku melamun ketika kakek menjelaskan asal usul Anya. Kasihan Anya. Apakah dia mengetahui hal ini.
"Sekarang bagaimana, Apakah kau sudah mengerti alasanku membujukmu melakukan ini?". Tanya kakek.
"Aku bingung harus menjelaskan apa, setidaknya biarkan aku berunding dengan ayah angkatku kek". Jawabku.
"Aku berjanji akan menjagamu dan Ayah angkat mu jika terjadi apa-apa, setidaknya jika waktu ku tidak sampai melihat mu sebagai pemegang saham terbesar aku akan menyuruh orang kepercayaan ku untuk menjaga kalian". Jawab kakekku dengan tekadnya.
"Kenapa kakek berbicara seolah-olah kakek akan pergi jauh?". Tanyaku pada Kakek.
"Umur seseorang tidak ada yang tau Liam. Pikiran lah baik-baik Liam, karena pintu rumah ini selalu terbuka untuk mu". jelas kakekku.
Aku pun berpamitan dengan kakek. Ada raut khawatir diwajahnya. Sebenarnya aku ingin membantu nya. Tapi aku harus bagaimana, aku sendiri tidak sanggup memikul beban dan tanggung jawab yang besar untuk menerima warisan kakek. Apalagi dengan keadaan Paman yang seperti nya sangat ingin mengusirku.
Setibanya di kostan aku mencoba untuk menghubungi Ayah angkat ku dan mengabari jika aku akan pulang akhir pekan ini. Setidaknya ini ada adalah jalan Keluar tercepat yang bisa kulakukan.
