Anila mencoba meraba disekitarnya hingga dia merasakan ada dinding di sebelah kirinya. Dia berjalan melangkah ke depan.
Tapi dia tersandung oleh sesuatu membuat dia jatuh ke tanah.”Ini dimana sih kenapa semua gelap. Seharusnya ini masih siang. Kenapa gelap sekali,”ucap Anila dengan wajah binggung. Tapi dimana saat itu Anila berada akan dia bisa keluar dari kegelapan itu dan kembali ke tempat asalnya. Anila akan bisa menemukan teka-teki yang dia dapatkan?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Melihat semua aman mereka kembali menyusur jalan darat.”Sebenarnya tadi itu apa sih,”kata Anila.
“Kurasa itu adalah ular jernih bisa bahaya kalau terkena gigitannya,”jawab Hanan.
“Apa mereka beracun,”tanya Anila.
“Itu benar, tapi untung kita selamat dari keduanya. Kalau tidak, kita tidak tahu apa kita akan selamat atau tidak,”jawab Hanan menghela nafas. Anila yang menganggu dan berjalan ke depan. Tapi Anila masih sedikit gelisah dengan Harits yang membantu mereka di belakang. Baki yang datang mendekat berkata,”Kamu tidak terluka bukan kakak kecil?.”
“Tidak aku baik saja,”kata Harits dengan singkat.
“Baguslah kalau baik saja. Tapi kemana kita akan beristirahat untuk hari ini,”ucap Baki. Babon yang ada didepan menujuk ke salah satu gua yang dia lihat.”Kita bisa istirrahat disana,”uca Babon dengan menunjuk ke gua.
“Itu bagus ayo kesana,”ucap Bani. Mereka kembali melangkah menuju gua. Di depan gua yang gelap dan lembab dan sunyi mereka semua masuk ke dalam.”Kurasa disini aman,”ucap Babon. Hanan mengeluarkan bubuk serangga untuk di tabur di depan pintu gua. Baki dan Harits yang berkeliling memasuki gua yang gelap dan lembab dengan kesunyian yang membuat mereka tidak bisa berkata.
“Semua aman kita bisa istirahat disini,”kata Baki yang kembali.
“Bagus kita bisa melepaskan lelahnya,”ucap Bani. Hanan yang menaiki celana untuk melihat kondisi tubuhnya.
“Ada apa kak Hanan apa kamu digigit mereka tadi,”tanya Anila yang melihat dari sisi lain.
“Itu bukan urusan kamu,”jawab Hanan masih jengkel.
“Sudahlah kenapa kalian masih berdepat sih,”ucap Baki merasa lelah dengan mereka berdua. Tapi Anila hanya mengubah suasana malam itu saja dengan cara dia sendiri.
“Kamu tidak terluka bukan,”ucap Harits datang ke samping Anila. Anila menoleh dengan wajah tersenyum,”Aku baik saja.”
“Baguslah,”ucap Harits merasa lega.
“Hanan kenapa kedua hewan tadi bisa ada di hutan ini,”kata Bani yang merasa kepkiran dengan kedua hewan yang menyerang mereka.Hanan yang juga tidak tahu hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Babon yang terdiam melihat kekhawatikan mereka berkata,”Sudah biasa kalau sudah memasuki hutan Tratam.”
“Apa maksud kamu kita akan sering bertemu dengan mereka saat menjelajah hutan Tratam ini nanti,”tanya Baki yang juga ingin tahu.
Babon mengangguk dan berkata,”Itu benar, kalau setelah ini kita akan bertemu berbagai jenis hewan langkah lainnya. Jadi berhati-hatilah saat kita berkeliling.”
“Tidak aku sangka kalau tempat yang akan kita kunjungi ini akan berbahaya seperti ini,”ucap Hanan.
“Ada apa Hanan kamu merasa menyesal ikut dengan kita,”ucap Bani meledek.
“Mana mungkin selama ada Baki semua hal yang berbahaya akandi tangani dengan baik,”jawab Hanan percaya diri dengan sombongnya.
Tapi disaaT Harits mengkhawatirkan Anila dia juga melihat Baki yang terlihat pucat. Harits datang mendekat dan menyentuh dahi Baki.”Kamu demam Baki,”tanya Harits.
“Tidak mungkin karena kelelahan saja,”jawab Baki yang tubuhnya merasa tidak enak. Hanan segera datang ke sisi Baki dan memeriksanya.
“Itu benar Baki kamu demam. Sebaiknya kamu istirahat. Makan ini untuk mengurangi demam kamu,”ucap Hanan penuh perhatian.
“Itu tidak mungkin bagaimana kalau kita dalam masalah saat aku tidur,”ucap Baki yang kerasa kepala.
“Kamu sebaiknya tidur saja untuk sekarang. Ada kakak kecil dan ada aku juga sama Anila yang bisa menjaga tempat ini. Iya tidak Anila,”ucap Bani.
“Itu benar sebaiknya kamu istirahat saja,”ucap Anila dengan santai.
Baki melunak dan segera di tidur lebih awal. Anila yang tidak bisa tidur melihat ke dalam hutan yang tampak sunyi dengan bayangan pohon yang besar berdiri tegak. Suara kicauan burung dimalam hari membuat suasana malam itu sangat dingin dan menyeramkan.
“Apa anda tidak tidur Anila,”tanya Babon melihat dari samping.
“Tidak bisa tidur. Apa lagi suasana malam ini bagus untuk membuat catatan kecil. Kalau kamu tidur silakan saja aku bisa berjaga kok,”jawab Anila dengan tenang.
“Itu benar aku bisa menemani Anila,”ucap Bani datang mendekat dan melihat tulisan Anila.
“Bagus juga tulisan kamu Anila,”ucap Bani ke sampingnya.
“kak Bani kamu disini. Tidak ikut tidur juga,”ucap Anila menoleh ke samping.
“Bagaimana mungkin aku bisa tidur di kondisi seperti ini. Kita harus tetap waspada bukan,"kata Bani.
“Itu benar juga sih. Tapi kak Bani aku mau tanya ini,”kata Anila sedikit ragu.
“Tanyakan saja jika itu bisa aku jawab,”jawab Bani dengan santai mekanan kue kering di tangannya.
“Itu kak Harist dan kak Bak itu menjalin hubungan tidak sih. Aku merasa kalau ada yang salah dengan sikap mereka saat bersama,”tanya Anila berpikir aneh. Bani mendengar kata dari Anila sempat terkejut dan menyemburkan makanan yang dia kunyah.
“Kakak kamu baik saja,”tanya Anila segera memberikan minuman untuk Bani.
“Aku baik saja hanya saja perkataan kamu ini sedikit tidak terduga sih,”jawab Bani setelah minum.
“Memang ada yang salah dengan perkataanku ini,”ucap Anila yang sama sekali tidak tahu kesalahannya.
“Tidak sih hanya saja pikiran kamu ini sedikit jahat untuk mereka berdua Anila. Mereka hanya sedikit akrab saja,”jawab Bani.
“Akrab tapi kok sedikit perhatian seperti mereka pasangan kekasih saja,”kata Anila masih ragu. Bani sempat terdiam dan melihat kebersamaan mereka. Saat mereka bertiga pergi bersama.
“Kurasa memang ada yang aneh sih. Tapi itu menurutku biasa saja sih,”ucap Bani.
“Sebaiknya kita tidak usah membahas itu. Mereka sedang tidur kalau kita mengomongi mereka. Kita dalam masalah nanti,”ucap Bani yang ingin menyudahi membahas Harits dan Baki.
“Baiklah,”ucap Anila.
Setelah malam yang panjang semua orang kembali memulihkan tubuh mereka. Harits yang sempat terbangun melihat semua ada pada posisinya. Dia juga melihat Anila masih duduk dengan tulisannya. Harits melihat ke samping dimana Baki tertidur dia juga menyentuh dahi Baki untuk memastikan kalau dia sudah membaik.
Anila yang sibuk dengan tulisan dia dan gambarnya tidak sadar kalau Harits datang ke arahnya. Harits melihat tulisan Anila dan ada beberapa gambar yang sudah dia buat dengan santai. Harits duduk disampingnya dan berkata,”Kamu tidak tidur.”
Anila menoleh ke samping dari sumber suara.”Kak Harits kamu sudah bangun,”ucap Anila yang sedikit terkejut.
“Sudah baru saja. Kalau kamu mau tidur, bisa aku gantikan kamu berjaga,”kata Harits.
“Aku tidak bisa tidur. Jadi percuma saja menyuruh aku tidur malam ini. Apa lagi sebentar lagi juga akan pagi,”jawab Anila. Harits mendengarnya tidak bisa berkata lain hanya bisa diam. Anila yang kembali fokus dengan tulisannya segera menyelesaikannya sebelum matahari terlihat.
“Akhirnya selesai juga,”kata Anila segera mengumpulkan semua tulisan dan gambarnya ke dalam plasik besar untuk bisa tetap aman. Tepat dia berdiri dia melihat sedikit cahaya masuk kedalam hutan.
“Aku akan berkeliling mencari makanan disekitar. Kakak bisa disinikan,”ucap Anila.
“Biar aku saja yang pergi kamu tetap disini saja,”ucap Harits yang tidak ingin Anila pergi jauh dari zona aman.
“Aku akan baik saja. Jadi tidak usah khawatir kak Harist,”ucap Anila segera pergi sebelum Harits berkata lain.Tapi akan mereka mendapatkan masalah lain nantinya?.