Sejak selamat dari bencana alam yang melanda kampung halamannya, tubuh Lusi menjadi aneh.
Dia bisa merasa sakit tanpa terbentur, merasa geli tanpa digelitik. Dan merasakan kepuasan yang asing ketika Lusi bahkan tidak melakukan apa-apa.
Dan setelah bekerja di sebuah perusahaan dan bertemu sang CEO, akhirnya dia tahu sebabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Lusi menatap pria yang sedang duduk di sebelahnya.
"Pria ini sangat aneh" pikirnya dalam hati.
Bagaimana tidak aneh.
Pertama.
Pria itu tahu keberadaan Lusi uang sedang duduk di dalam gang gelap juga sepi. Bagaimana bisa? Padahal Lusi tidak menghubungi siapapun. Tidak ada yang tahu dia disana. Kecuali, Ari yang akan diselamatkannya tapi kabur begitu Lusi kena pukul.
Dua
Pria itu tahu dengan benar lokasi luka Lusi. Bahkan detail kalau Lusi dipukul. Ditampar, didorong ke tembok dan dipukul di perut. Bagaimana caranya? Padahal sejak ditemukan dan dibawa ke apartemen, Lusi sama sekali tidak membuka mulut. Tidak bicara apapun. Hanya menangis.
Tiga
Pria itu menemukan, membopong, mengobati juga membawanya ke dokter. Tanpa Lusi minta. Dan yang lebih membuat Lusi bertanya-tanya. Lusi diantar pulang. Duduk di bagian belakang, bersebelahan dengan pria itu
Ketiga keanehan ini, hanya membuat Lusi berpikir kalau pria itu sangat memikirkannya. Sangat memperhatikannya. Sangat ... Mencintainya. Sampai pria itu memiliki koneksi yang dalam terhadapnya.
Hanya saja. Beberapa waktu lalu, pria itu menegaskan tidak memiliki perasaan apapun padanya. Lalu ... Apa arti semua keanehan yang terjadi ini?
Lusi melihat obat yang ada dihadapannya.
"Dia meminta dokter itu meresepkan obat yang mahal hanya untukku. Sebenarnya, apa yang kau rasakan padaku? Bukankah ini cinta? Kalau bukan cinta lalu apa?" tanyanya dalam keheningan kamar.
Lalu terdengar suara langkah terseret dari depan kamar asrama Lusi.
Siapa yang baru pulang malam-malam begini?
Terdengar lagi suara kunci diputar dan pintu terbuka tepat di depan kamar.
Ari. Ari baru saja pulang? Padahal Ari sudah sejak tadi lari meninggalkannya dalam keadaan terluka.
"Dasar orang tak punya hati!" umpat Lusi lalu beranjak ke ranjang untuk tidur.
Paginya, dia membuka pintu. Bersiap kerja. Tak sengaja pintu di depannya juga terbuka. Ari keluar dari kamar, bersamaan dengannya. Tapi Lusi tidak ingin mendapat orang tak punya hati itu. Dengan cuek, dia meninggalkan kamar dan masuk ke dalam lift.
Sebelum pintu lift tertutup, Ari berhasil masuk. Membuat keadaan mereka berdua canggung satu sama lain.
"Lusi, semalam ... "
Baru saja Ari membuka mulut, Lusi melihat pintu lift terbuka. Dia melesat keluar dari lift. Tidak mempedulikan Ari yang memanggil namanya di belakang.
Sampai di perusahaan, Priya melihat ke arahnya dengan sudut mata. Hubungan Lusi dengan Priya ternyata menjadi tak begitu baik sejak dia dibawa ke ruangan Direktur Pengembangan. Padahal Lusi ingin sekali memiliki teman yang bisa diajak bicara.
Tidak seperti Ari yang dia pikir bisa menjadi teman ternyata ...
"Lusi!!"
Lusi menoleh dan melihat Ari mengejarnya.
Ingin Lusi segera kabur tapi Ari berhasil memegang tangannya.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Lusi kesal.
"Aku hanya ingin bicara" jawab orang yang Lusi pikir bisa menjadi temannya itu.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan"
"Lusi, tentang kemarin malam. Aku tidak dalam keadaan baik. Karena itu aku tidak ... "
Belum selesai Ari bicara, beberapa pegawai maju mendekat. Lalu memberi hormat pada seseorang. Termasuk Priya. Disaat itu Lusi tahu kalau Tuan Muda West datang.
Tuan Muda West tidak berlalu melainkan berdiri tepat di depan Lusi.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Tuan Muda West.
Lusi mengangkat kepalanya dan melihat wajah tampan pria yang menolongnya semalam. Entah kenapa dia merasa Tuan Muda West menjadi semakin tampan di matanya.
"Saya baru saja datang" jawabnya
"Bukankah kau harusnya sudah ada di atas?"
"Iya. Saya seharusnya sudah ada di atas"
Tanpa diduga, Tuan Muda West merebut tangan Lusi dari pegangan Ari. Membawanya berjalan di depan banyak pegawai ke atas dengan kedua tangan mereka saling terkait.
Tangan yang besar dan hangat. Tangan yang sama yang telah menyeka wajahnya dengan lembut semalam. Lusi merasa ada mentari yang menyinari hatinya sekarang. Membuatnya hampir gerah hanya karena bersentuhan dengan tangan Tuan Muda West.
"Pria tadi. Apa dia pria yang kau bilang menipumu semalam?" tanya Tuan Muda West setelah mereka sampai di ruangan Direktur Pengembangan.
Lusi menggigit bibirnya. Walau Ari terbukti menjadi teman tidak baik. Tapi Lusi bukan orang yang suka mengadu.
"Bukan. Dia hanya teman yang tinggal tepat berada di depan kamar saya" jawab Lusi setelah mempertimbangkan.
"Kau yakin?"
"Iya"
Sepertinya Tuan Muda West mencurigai jawaban Lusi, tapi dia tidak ingin mengingat lagi kejadian semalam yang membuatnya terluka. Yang ingin dia ingat hanya ketika Tuan Muda West memperlakukannya dengan sangat baik, cenderung mesra. Karena hal itu membuat hatinya senang
"Baiklah. Bekerjalah!" perintah Tuan Muda West lalu berjalan ke arah kursi. Lalu berbalik di tengah jalan karena Lusi masih tetap mengikuti langkah pria itu.
"Apa yang kau lakukan? Pergilah ke mejamu!" lanjut Tuan Muda West. Dengan malu-malu, Lusi menunjuk tangan mereka yang masih berpegangan erat.
Segera Tuan Muda West melepaskan pegangannya. Sayang sekali, padahal Lusi menyukai tangannya yang kecil berada di dalam selimut besar dan kuat itu.
"Baik Tuan Muda" jawab Lusi lalu keluar dari ruangan Tuan Muda West.
Tapi dia terkejut melihat Ari berdiri tepat di dekat mejanya.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Lusi heran.
Apa Ari mengikutinya sampai kesini? Apa sepenting itu meminta maaf padanya?
"Aku dipanggil oleh Direktur Pengembangan" jelas Ari.
Apa? Tuan Muda West memanggil Ari ke ruangannya? Untuk apa?
"Nona North. Ari adalah salah satu pegawai di bagian IT yang hasil kerjanya disetujui Direktur Pengembangan untuk segera diluncurkan" jelas asisten cerewet meruntuhkan kecurigaan Lusi.
Ari dan asisten cerewet itu segera masuk ke dalam ruangan Tuan Muda West. Lalu mengadakan pembicaraan yang lumayan lama.
Satu jam kemudian Ari dan asisten keluar dengan wajah yang susah untuk dijelaskan.
"Tuan Muda West ingin produk ini diluncurkan cepat dan sempurna. Karena itu Tuan Muda West sangat teliti saat memeriksa proposal Anda tadi" jelas asisten cerewet mengindikasikan pertemuan tadi berjalan alot.
"Iya, saya mengerti" jawab Ari lesu.
"Silahkan memperbaiki dengan cepat dan segera berikan pada saya produk jadinya dalam Minggu ini"
"Tapi Minggu ini hanya tersisa dua hari lagi"
"Itu adalah tantangan yang harus Anda selesaikan. Kalau masih mau menjadi pegawai IT di perusahaan ini"
Ari pergi dengan lesu. Membuat Lusi bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi di dalam ruangan Tuan Muda West.
"Tuan Muda West sangat menyayangi Anda. Tanpa sadar menunjukkan kecemburuan begitu besar terhadap pesaingnya" ujar Asisten cerewet membuat Lusi tersipu.
Lalu dia teringat tentang kata-kata Tuan Muda West beberapa waktu lalu. Pria yang ada dalam ruangan itu tidak menyukainya. Meski apa yang pria itu lakukan berbanding terbalik dari kata-katanya sendiri.
Membuat Lusi bingung saja.
uda baca karya2mu. syukaaaa...
semangat berkarya, lope u