NovelToon NovelToon
JALAN HIJRAH SEORANG PENDOSA

JALAN HIJRAH SEORANG PENDOSA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Kisah cinta masa kecil / Menikah Karena Anak / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Remaja01

Warning⚠️

Siapkan tisu karna banyak adegan mengharukan mungkin akan menguras air mata.

_____
Menceritakan perjalanan hidup seorang pemuda bernama Firman yang berprofesi sebagai seorang pengedar obat-obatan terlarang. Sekian lama berkecimpung di dunia hitam, akhirnya Firman memilih berhijrah setelah mendapatkan hidayah melalui seorang anak kecil yang ia temukan di tepi jalan.

Akan tetapi, semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak halang rintangan yang menghambatnya keluar dari dunia hitam.

"Jack, mungkin aku akan keluar dari dunia hitam ini."

"Kau jangan gila, Man! Togar akan mencari dan membunuh kau!"

Dapatkan Firman keluar dari dunia hitam setelah bertahun-tahun berkecimpung di sana. Dan apakah ia akan Istiqomah dengan pendiriannya, atau akan kembali kejalan yang dulu yang pernah ia tempuh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

"Yayah!" Umar menjerit kecil ketika pintu mobil di buka Firman. Kedua tangannya di rentangkan meminta pria yang di panggilnya ayah agar segera menggendongnya.

"Apa yang kau lakukan padanya, Jack? Kenapa dia menangis seperti ini?" bentak Firman. Matanya membulat pada Jack ketika melihat wajah Umar yang di banjiri air mata. Ingus bocah itu pun keluar masuk dari hidung.

"Aku juga tidak tahu. Saat bangun, dia lansung menangis. Aku bujuk dengan susu, dia tidak mau. Aku ajak jalan-jalan, dia juga tidak mau," balas Jack membela diri.

"Apa yang kau berikan padanya?" Membulat mata Firman melihat pistol yang di pegang Umar. "Ambil pistol itu! Sebelum tanganku ini melayang kekepala kau! Kau pikir itu mainan?" bentak Firman.

"Aku tidak tau lagi cara membujuknya. Mangkanya aku berikan saja dia pistol ini. Lagian pelurunya sudah aku keluarkan, kok," balas Jack. Lalu ia meminta pistol di yang di pegang Umar. Akan tetapi Umar tidak mau memberikannya. Bocah itu merasa pistol itu adalah mainannya.

"Aku tidak tau apa yang terjadi kalau kau ada anak nanti." Tubuh Umar diangkat Firman, lalu ia melabuhkan duduk di sebelah Jack. Umar didudukkan di atas pangkuannya. Bocah itu masih tertarik dengan pistol yang di berikan Jack, walau saat ini Firman sendiri sudah berada di depan matanya.

"Umar, ayah pinjam mainannya." Firman mengulurkan tangan meminta pistol di tangan Umar.

Umar malah ragu memberikannya, karna masih belum puas memainkan benda itu. Namun, ia terpaksa juga memberikan pistol itu ketika mata Firman menikam tepat pada matanya. Ia jadi takut dengan tatapan itu.

Umar mulai terisak dan kembali menangis, karna takut dengan tatapan Firman.

Firman yang menyadari ketakutan Umar, mengusap kepala bocah itu.

"Adik mau susu?" tanya Firman membujuk.

"Ndak awu," balas Umar. Bocah itu masih ketakutan.

Firman malah tersenyum, lalu tubuh Umar di pelukannya.

Ketika berada dalam pelukan Firman, Umar berhenti menangis. Perasaan takutnya tadi juga lenyap. Ia merasa nyaman dalam pelukan Firman.

"Ayo Jack, berangkat sekarang," perintah Firman.

"Kemana? Pulang?" Jack memandang Firman di sebelahnya.

Firman mengeluh kecil. "Sepertinya malam ini aku harus menyerahkan Umar pada orang. Tapi aku bingung harus menyerahkan pada siapa. Apa kau punya ide?" tanya Firman. Saat ini otaknya buntu. Mau menyerahkan pada Nia. Firman tidak yakin. Lagian Firman juga tidak mau merepotkan kekasih hatinya itu.

"Dokter Aisyah." Jack tiba-tiba memberi usul.

Firman menyipitkan mata. "Tapi aku tidak begitu dekat dengan dokter itu. Tidak mungkin aku minta bantuan dia menjaga Umar." Firman melepaskan keluhan kecil. Tangannya masih mengusap punggung Umar.

"Ishk, apa salahnya kau coba dulu. Siapa tahu dokter itu mau. Selain dokter itu, siapa lagi yang bisa kita harapkan menjaga bocah ini? Janda yang kerja di caffee itu?" balas Jack.

"Hm, menarik juga ide kau itu?" Firman tertawa sendiri membayangkan Jack yang sering datang ke caffe itu hanya untuk melihat janda muda yang kerja di sana. Tapi, tiba disana, bukannya bertegur sapa. Boro-boro melepaskan kangen. Tapi Jack hanya memandang janda muda itu dari kejauhan. Tanpa pernah mengajaknya berkenalan secara lansung.

"Sudah, sudah. Kalau kau tidak mau, pikir saja sendiri. Mau kau titipkan pada siapa bocah itu," balas Jack. Kedua tangannya memegang stir. Mobil belum berjalan, karna belum tau tujuan mereka kemana.

Firman menghela nafas. Ia tidak punya kenalan di sini yang bisa di percaya menjaga Umar. "Kalau aku minta tolong dokter Aisyah. Pasti dia akan berpikir kalau aku ini tidak bisa di menjaga Umar. Rasanya itu tidak mungkin, Jack."

"Ishk, itu hanya pikiran kau saja. Buktinya dokter cantik itu tidak ada bicara seperti itu? Sudah cepat. Hubungi dia," desak Jack.

Firman melepaskan keluhan berat. Sepertinya Jack benar, hanya dokter Aisyah satu-satunya yang bisa menjaga Umar malam ini. "Baiklah, akan kucoba." Lalu Firman mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya.

Sementara Umar, masih setia memeluk tubuh Firman.

Kedua belah tangan Firman mulai mengetik pesan untuk dokter Aisyah.

Mohon maaf sebelumnya dokter. Malam ini saya kan kerja malam. Boleh tidak saya minta tolong dokter buat menjaga Umar malam ini. Nanti saya ambil setelah saya pulang kerja.

Tanpa pikir panjang pesan tersebut lansung di kirim ke nomor dokter Aisyah.

Jack ikut mendongakkan kepala membaca isi pesan yang di ketikan sahabatnya.

Tidak berselang lama, notif pesan masuk dan lansung di buka Firman.

Boleh saja. Bang Firman mau antarkan Umar ke klinik atau saya yang jemput Umar? Bang Firman dimana sekarang?

"Tuh kan, apa aku bilang. Kau itu yang terlalu berburuk sangka. Lihatlah, dokter cantik itu tidak ada beralasan seperti yang kau duga. Eh, tapi tunggu dulu. Kenapa nomor dokter itu tidak kau simpan? Ah, persetanlah. Bodoh amat! Itu urusan kau," umpat Jack setelah sadar nomor pengirim masih berbentuk angka di ponsel Firman.

Umar pun mencoba meraih ponsel yang di pegang Firman. Tapi Firman segera menjauhkan ponsel itu. Firman tersenyum, ia sadar anak kecil seusia Umar memang sedang belajar dengan apa yang ada di sekelilingnya. Mereka senang bermain dan perlukan mainan.

"Besok ayah belikan mainan untuk adik, ya?"

Umar mengangguk, mengiyakan apa yang di katakan Firman.

"Man! Jadi gimana? Kau mau menyerahkan bocah ini pada dokter cantik itu tidak? Pesan dia pun belum kau balas." Jack meminta kepastian.

Firman melepaskan keluhan kecil. "Ya," jawabnya ringkas.

"Heisk, bilang kek dari tadi! Jadi sekarang kita ke klinik dokter itu, kan?" tanya Jack memastikan.

"Ya," jawab Firman. Lalu ia kembali mengetik pesan balasan untuk dokter Aisyah.

Saya ke klinik dokter sekarang.

***

"Adik, di sini dulu sama Bu dokter, ya? Nanti malam ayah jemput," pesan Firman sambil mengusap kepala bocah tampan yang sudah berada dalam gendongan dokter Aisyah.

"Iya. Yayah dangan lama-lama pulang," balas Umar. Tidak ada rasa takut bocah itu dalam gendongan dokter Aisyah.

Anak-anak memang bisa merasakan mana yang tulus sayang padanya.

Kenyamanan saat di gendong dokter Aisyah, hampir sama rasanya dalam gendongan Firman. Berbeda saat Jack yang menggendong.

"Iya." Firman tersenyum pada bocah itu, kemudian matanya beralih memandang dokter Aisyah.

"Kalau begitu saya permisi dulu bu dokter." Agak kikuk Firman mengatakan hal itu, kedengaran di telinganya seperti seorang suami yang meminta izin pada istri. Dengan rasa malu Firman segera melangkah keluar dari klinik dokter Aisyah.

"Dadah.. Yayah." Umar melambaikan tangan pada Firman yang terus berjalan keluar dari klinik.

Setelah kelibat Firman menghilang. Dokter Aisyah membawa Umar ke ruang kerjanya.

Lalu Umar di dudukkan di atas lantai yang telah di alas karpet.

"Nah, Umar main ini dulu ya." Sebuah kertas dan pena di berikan dokter Aisyah pada Umar. Hanya itu yang ada di ruang kerjanya.

Dokter Aisyah juga mengajarkan Umar, cara mencoret-coret kertas dengan alat tulis yang di berikannya.

Umar pun tampak riang dengan hal itu. Pena yang di berikan dokter Aisyah di pegang dan tangannya mulai mencoret-coret kertas tersebut.

1
Iqlima Al Jazira
kasihan firman😢
Iqlima Al Jazira
suka banget cadel gini
®agiel
semoga tokoh Jack bisa satu arah tujuan dengan Firman berhijrah, untuk menjadi manusia manusia hebat...

dan tentunya semua itu tergantung Author yaa....hihihiiiii 🤭
Sasa Sasa: hihi.. makasih masukkanya kK
total 1 replies
®agiel
saya berharap semoga karya ini cepat kamu up ya Thor...
soalnya tanggung ini, kopi hampir habis tapi malah kalah cepat sama bab terakhir yang lebih dulu habis...

🤤😩
®agiel: terima kasih yaa, sehat terus & terus sehat 💪
Sasa Sasa: Baik, Abang.
total 2 replies
®agiel
salut dengan karyamu ini Thor, detail banget, meskipun tanpa visual tapi tulisan mu bisa mangajak para pembaca seolah olah adalah tokoh Firman, termasuk saya tentunya.

lanjutkan Thor 👍
®agiel
di bab ke 3 makin mantul nih Thor..
kopi mana kopi....🤭
®agiel
keren 👍
®agiel
saya baru saja mampir di karya tulis mu Thor...
bab awal yang keren menurut saya, ilustrasi kehidupan keras dengan di bumbui seorang bocah berusia 2 tahun...

semoga tokoh Firman di sini, author bisa membawa nya sebagai figur ayah angkat yang hebat.

salut Thor...lanjutkan 👍👍👍
®agiel: sama sama Thor, saya suka karya mu, sehat sehat ya agar bisa terus berkarya tulis yang sehat....hihihiiii 🤭
Sasa Sasa: Terimakasih kak.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!