Seorang gadis Pustakawan yang merupakan seorang kutu buku harus menerima kenyataan bahwa ia tewas saat ia menamatkan novel kesukaannya berjudul "Moonira".
Namun bukannya menuju akhirat, gadis itu justru masuk ke dunia novel kesayangannya dan ditunjuk sebagai calon Helena yang menyalurkan berkat dari dewi Selene kepada kerajaan Welf. Disana ia ditemukan oleh seorang Adipati kerajaan Welf yang merupakan high Elf.
Bagaimana kisah gadis itu di dunia Moonira? Apakah gadis itu berhasil menjadi seorang Helena dan bagaimana kisah cinta gadis itu dengan sosok Adipati yang terkenal sebagai dewa kematian di dalam peperangan? Apakah cinta mereka bersatu atau justru kandas di tengah jalan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arthystrawberry23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I "Dunia Moonira"
Di perpustakaan negara yang sangat luas dan mewah, terlihat seorang gadis berusia 24 tahun sedang membereskan buku-buku yang ada di perpustakaan.
Gadis itu bekerja sebagai pustakawan di perpustakaan itu. Gadis itu sangat suka membaca buku, kecintaannya pada buku membuatnya mampu betah berlama-lama di perpustakaan. Diantara ribuan buku yang ada di perpustakaan yang besar dan luas itu, ada satu buku yang menjadi kesukaan dari gadis itu.
Sebuah novel karya penulis dari abad pertengahan yang menjadi kesukaaannya. Buku itu memiliki beberapa series yang membuat gadis itu selalu bersemangat membaca dan menantikan peristiwa yang ada dalam novel itu.
Sosok karakter Roselina Helena L Greenwood menjadi karakter kesukaannya, ia sangat kagum dengan kepribadian dan sifat pantang menyerah Roselina dalam mempelajari sihir dan ritual penerimaan berkat dari dewi bulan. Karakter lainnya yang sangat gadis itu suka adalah sosok Adipati kerajaan Welf bernama Ernathan Eirnior Cireon yang dikenal sebagai dewa kematian dalam medan perang.
Kedekatan dan persahabatan Roselina dan Ernathan membuat gadis itu kagum, bagian yang paling gadis suka adalah ketika Adipati Ernathan yang dikenal dingin menyatakan cintanya pada Roselina dan bahkan akan menikah. Hanya sampai bagian itu yang gadis itu baca, kini ia ingin segera menyelesaikan pekerjaaannya dan melanjutkan membaca novel kesukaanya yang sebentar lagi tamat ia baca.
Gadis itu melakukan pekerjaannya sembari bersenandung kecil menikmati momen melakukan pekerjaannya yang sangat ia sukai.
Hari pun berlalu, kini malam sudah menyambut bumi. Lampu perpustakaan menyala satu persatu, karena sudah menyelesaikan pekerjaannya, gadis itu segera mengambil posisi nyaman di meja baca perpustakaan dan menyalakan lampu membaca. Ia membuka novel Moonira dan melanjutkan bacaannya.
Berjam-jam gadis itu membaca buku novel itu, berbagai emosi terlihat di ekspresi gadis itu ketika membaca novel itu. Sampai akhirnya gadis itu mencapai akhir dari cerita itu. Terlihat ekspresi terkejut gadis itu ketika mengetaui ending dari kisah novel Moonira.
Sungguh gadis itu tidak menerima ending cerita dari novel Moonira yang tidak sesuai dengan ekspetasinya.
"Haa? Kenapa endingnya seperti ini? Sungguh malang nasibmu Roselina" ujar gadis itu menggerutu kesal.
Gadis itu membuka halaman terakhir novel itu dan gadis itu mengerutkan keningnya, ia melihat sebuah kalimat yang tidak gadis itu ketahui dari bahasa mana, baru saja gadis itu membaca kalimat itu tiba-tiba ia mendengar suara dering telepon membuat gadis itu menggeram kesal.
Gadis itu berjalan menuju meja kerjanya untuk mengambil ponsel yang berdering, terlihat kontak "mama" yang menandakan bahwa ibu gadis itu yang menelepon.
"Halo, ada apa bu?" Tanya gadis itu.
"Kau dimana nak? Kenapa kau belum pulang? Ini sudah larut malam nak"
"Aku masih di perpustakaan bu, aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku, ini aku baru saja ingin pulang"
"Baiklah nak, hati-hati yah dalam perjalanan pulang, ibu sudah memasakkan makanan kesukaanmu, kalau begitu ibu tutup telfonnya yah"
"Iya bu, sampai bertemu di rumah" ujar gadis itu menutup panggilan telepon dengan ibunya.
Mata gadis itu menatap ke novel Moonira yang masih terbuka, matanya terpaku pada kalimat yang tertulis di halaman terakhir novel Moonira. Gadis itu menyimpan ponselnya dan meraih buku itu.
Gadis itu berusaha membaca kalimat yang sangat asing baginya sembari berjalan kembali menuju meja baca perpustakaan.
"O Helena a luna deo electa, accipe benedictionem lunae deus, et salve mundum Moonirae ab interitu."
Gadis itu mengerutkan keningnya ketika ia akhirnya tahu arti dari kalimat itu yang ternyata berasal dari bahasa Latin.
"Wahai Helena yang dipilih oleh dewa bulan, terimalah berkat dari dewa bulan dan selamatkan dunia Moonira dari kehancuran." ujar gadis itu berusaha menerjemahkan kalimat dalam buku itu.
"Nona Helena Agung" Langkah gadis itu terhenti ketika mendengar seseorang memanggilnya, ia menoleh melihat ke sekitar untuk mengetahui siapa yang memanggilnya namun nihil tak ada seorangpun di perpustakaan selain dirinya.
Tubuh gadis itu bergidik ketakutan, matanya tertuju pada buku yang ada di tangannya dimana secara tiba-tiba terbentuk tulisan baru membuat gadis itu diam terpaku.
"Sum puella, quae deae lunae benedictionem accepit, munus deae lunae accepit, nunc titulum magnae Helenae in animo meo corde accipio"
"Akulah gadis yang menerima berkah dewi bulan, aku menerima anugerah dewi bulan, kini aku menerima gelar Helena yang agung di hatiku."
Setelah membaca kalimat selanjutnya secara tiba-tiba gadis itu merasakan sakit di dada kanannya, ia mencengkram dada kanannya, tubuhnya sedikit membungkuk dan buku yang ada di tangan terjatuh.
Gadis itu mengatur pernafasannya berharap agar sakit di dadanya bisa cepat mereda. Disaat ia berusaha untuk mengatur pernafasannya buku itu kembali tertulis kalimat baru yang entah kenapa membuat mulut gadis itu membaca kalimat baru itu.
Angin bertiup kencang di luar gedung perpustakaan, tanah mulai bergetar ketika gadis itu mulai membaca kata pertama dalam kalimat yang baru saja muncul.
"O mundi de Moonira, me suscipe et ad te perduc me, aperi mihi ianuam ad mundum tuum et renascentem animam meam in forma puellaris nomine..."
"Oh dunia Moonira, terimalah aku dan bawalah aku kepadamu, bukalah untukku pintu menuju duniamu dan jiwaku akan terlahir kembali dalam wujud seorang gadis bernama..."
Cahaya putih bersinar di leher gadis itu perlahan membentuk sebuah liontin berwarna putih berbentuk bulan sabit. Angin semakin bertiup kencang dan tanah bergetar hebat, barang-barang yang ada di dalam perpustakaan bergoyang akibat guncangan hebat.
Gadis itu menutup matanya dan mulutnya membaca nama yang tertulis dalam buku itu yang menjadi kata terakhir sebelum akhirnya gadis itu berhasil menamatkan buku novel Moonira.
"Roselina" sambung gadis itu menyelesaikan kalimatnya dan liontin itu terbentuk dengan sempurna di leher jenjang gadis itu.
Tubuh gadis itu ambruk dan rak buku besar yang ada di sampingnya terjatuh menimpa tubuh gadis itu membuatnya tewas di tempat.
Dapat gadis itu rasakan bahwa dirinya berada dalam sebuah laut yang dalam dan disinari matahari, mata gadis itu tertutup dengan tubuh yang tanpa busana, secara perlahan tubuh gadis itu seperti tenggelam dalam lautan yang tak berdasar.
"Nona! Nona! Bangun! Nona sadarlah!" Dapat gadis itu dengar dengan samar suara seorang pria yang memanggil namanya.
"Nona! Nona! Apa kau baik-baik saja? Nona!"
Suara itu semakin jelas terdengar di telinga gadis itu, secara perlahan mata gadis itu terbuka dan hal yang ia lihat adalah pemandangan lautan yang disinari oleh cahaya matahari.
Secara samar gadis itu melihat sosok wanita bersurai panjang datang menghampirinya, wanita itu merentangkan tangannya membuat gadis itu juga merentangkan tangannya berusaha menggapai tangan wanita itu.
Ketika tangan wanita itu menggapai tangan gadis itu, cahaya terang menyilaukan pandangan gadis itu membuatnya menutup mata.
"Nona sadarlah! Nona!"
Gadis itu perlahan membuka matanya, cahaya sinar matahari menyilaukan matanya membuatnya harus mengedipkan mata beberapa kali untuk menyesuaikan sinar matahari. Gadis itu mengedarkan pandangannya dapat ia lihat seorang pria berpakaian seragam militer.
Gadis itu menoleh ke kanan dan alisnya mengerut ketika ia melihat sosok pria yang sangat tidak asing di matanya. Sosok pria bersurai putih panjang hingga pinggangnya dengan mata hijau yang menatap tajam kearahnya tanpa ekspresi, telinganya panjang yang menjadi penanda bahwa pria itu adalah sosok elf, pria itu memakai baju yang mewah dengan pedang tergantung di pinggang kanannya.
Dalam benaknya ia kembali mengingat ilustrasi karakter Ernathan dalam buku novel Moonira membuat gadis itu secara cepat tersadar dan bangkit dari posisi duduknya.
"Adipati Ernathan Eirnior Cireon?!"
To be continued....