Menjadi anak yatim piatu tidaklah mudah bagi seorang perempuan bernama Khasanah .
Sejak kedua orang tuanya meninggal ia hidup seorang diri di rumah peninggalan kedua orang tuanya ,
Bagaimana ia menjalani kehidupan sehari-hari seorang diri ? apakah akan ada seorang membawanya dalam kehidupan yang lebih baik ?
Ikuti kisahnya dan dukung karya Author 👉 like 👉 komentar 👉 subscribe 👉 hadiah 👉 vote.
Harap membaca dengan bijak dan sampai selesai agar tahu endingnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Malam itu menjadi saksi proses lamaran Abdi dengan Khasanah . Semua orang menunggu jawaban dari khasanah nampak Abdi merasa khawatir kalau lamarannya di tolak .
Jantung abdi berdegup cepat sedangkan tangannya terasa kebas dan dingin . Baru kali ini ia bertemu dengan seorang prempuan yang membuatnya panas dingin dan tidak bisa berkutik .
”Saya menerima lamaran saudara Abdi , " jawab Khasanah dengan yakin .
”Alhamdulillaah ,” jawab mereka semua dengan perasaan lega .
”Abdi kamu berikan yang kamu bawa tadi , " Dewi berbisik di telinga Abdi .
Abdi paham langsung mengambil kotak di dalam jasnya lalu memberikan kepada Khasanah , Khasanah menerima lalu membukanya .
Sebuah cincin bermata putih keemasan kemudian diambil dan memakaikannya di jarinya .
Begitu pula dengan Abdi ia juga memakai cincin yang sama . Keduanya saling pandang dan mengunci satu sama lain . Ada sesuatu dalam hati keduanya yang ingin disampaikan namun merasa malu .
"Mari silahkan di nikmati hidangannya ," Listya mencairkan suasana . Semua orang mengambil hidangan dan menikmati .
Khasanah mengambilkan nasi buat Abdi , hal itu menjadi pusat perhatian semua orang . Abdi terkejut mendapat perlakuan dari calon istrinya hatinya menghangat padahal belum jadi suami istri sudah menunjukkan baktinya .
"Kak Khasanah cantik sekali ya , kak Abdi ," celetuk Almira duduk di samping Abdi .
Abdi dan Khasanah terlihat salah tingkah keduanya saling lirik dan menunduk malu mendengar perkataan Almira .
”Kamu itu kalau ngomong kok benar sih , lihat wajah mereka merah itu berarti mereka saling suka ," kata Alba melihat ekspresi sepasang calon pengantin .
"Iya kak Alba . Baru juga lamaran sudah salah tingkah bagaimana kalau unboxing pas malam pertama bisa gagal tuh ," sahut Almira sambil membayangkan pasangan pengantin di saat malam pertama .
"Kamu itu ya kalau ngomong bisa tidak saring dulu , kayak pernah ngelakuin aja , atau jangan-jangan ....," Alba tidak meneruskan perkataannya karena Almira menutup mulutnya .
"Belum lah emangnya aku cewek gituan , maaf ya masih orisinil ," ketus Almira .
" Kalian berisik sekali dari tadi bisa tidak kalau makan itu diam ," Abdi menatap dua saudaranya sambil menyuapkan makanan ke dalam mulut mereka .
Almira dan Alba tertawa melihat tingkah Abdi .
Mereka terdiam ketika Ibnu berbicara suasana kembali hening .
"Kalau begitu kapan acara akadnya jangan terlalu lama karena tidak baik ," kata Ibnu kemudian .
Semua saling pandang Abdi menatap Khasanah meminta pendapatnya .
"Bagaimana kalau tiga bulan lagi karena bulan depan saya ada acara dengan salah satu pelanggan tepatnya awal bulan ," Khasanah memberi ide .
Semua nampak tidak setuju dengan pendapat Khasanah .
"Kalau begitu di percepat saja dari acara pelangganmu itu benar tidak ," ucap Listya memberi saran .
Abdi merasa kalau Khasanah sengaja mengulur waktu akhirnya ia angkat bicara .
"Akad akan di laksanakan dua minggu dari sekarang , deal ," Abdi dengan yakin sambil menatap tajam Khasanah .
Semua yang mendengar senyum senang tapi tidak bagi Khasanah , ini terlalu cepat dan ia belum merencanakan membeli pakaian , mengurus tempat dan lain sebagainya .
Khasanah menatap Abdi namun diabaikan membuatnya tidak terdiam . Khasanah merasa terlalu mendadak karena semua butuh perencanaan yang matang tapi sepertinya percuma kalau dia bicara merubah rencana akadnya tidak didengar oleh semua orang .
Akhirnya Khasanah menyetujui pendapat Abdi . "Semoga ini adalah jalan yang terbaik ," batin Khasanah .
”Baiklah jika semua sudah setuju akad akan dilangsungkan dua minggu mulai hari ini , tapi sebelum itu apa nak Khasanah ada yang ingin katakan ? ' tanya Ibnu melihat Khasanah gelisah .
Bagaimana pun juga ia tidak mau menjadi orang tua yang egois , keputusan akad ada pada kedua belah pihak .
"Insya Allah saya sependapat dengan saudara Abdi ," jawab Khasanah dengan degup jantung membuatnya nervous.
Dewi dan Elma tersenyum melihat sikap Khasanah yang begitu sangat terlihat tidak nyaman .
"Nak Khasanah , boleh kita bicara berdua saja ," Dewi mengajak Khasanah keluar .
" Boleh Tante ," jawabnya sambil beranjak dari tempat duduk mengikuti Dewi duduk di teras rumah.
Dua perempuan duduk di teras rumah , mereka terdiam beberapa saat sambil menikmati suasana malam yang terang bercahaya bulan dan bintang seolah menjadi saksi lamaran .
Awalnya keduanya merasa canggung dan malu bagaimana cara mengungkapkan dalam benaknya .
"Maaf kalau lamaran terkesan mendadak , Tante tahu kamu belum siap . Melihat anak Tante yang sudah cukup dewasa memang sudah pantas untuk berumah tangga , Tante mohon sama kamu kalau kamu merasa keberatan jangan di paksa . Tante tahu bagaimana rasanya menikah dengan terpaksa ," Dewi menjeda kalimatnya menarik napas panjang .
Khasanah paham dengan maksud mamanya Abdi . Ia seperti menemukan sosok seorang ibu yang selama ini dirindukan .
Khasanah meneteskan airmata haru lalu mengusap . Dewi tersenyum lalu memeluknya , Khasanah semakin kencang tangisnya . Pelukan Dewi mampu membuatnya merasakan keteduhan dan kehangatan .
"Menangislah jika itu bisa membuatmu merasa lebih baik , Tante akan selalu ada buatmu ," ucap Dewi .
Khasanah melerai pelukannya menatap wajah Dewi , ia merasa lebih baik beban di dadanya seakan hilang . Senyum mengembang dibibirnya .
"Terimakasih Tante , Saya sangat bersyukur bisa mengenal Tante dan saya tidak akan membatalkan pernikahan ini , saya akan memperjuangkan pernikahan ini karena pernikahan itu ikatan sakral seumur hidup ," sahut Khasanah dengan yakin .
Dewi melihat kesungguhan di mata Khasanah hatinya merasa bahagia .
"Tante berharap kamu sabar menghadapi sifat Abdi nantinya . Jika dia tidak bersikap baik padamu bilang sama Tante , oh iya jangan panggil Tante tapi Mama ingat Mama ," Dewi menyebut dirinya Mama untuk Khasanah .
"Iya Tan eh Mama ," katanya merasa canggung ketika menyebut Dewi dengan sebutan mama .
Keduanya saling tertawa ketika Dewi bercerita tentang Abdi dan Almira .
"Masuk yuk , di lihat tetangga tidak baik perempuan duduk di luar ," ajak Dewi beranjak dan masuk ke dalam rumah .
Semua orang melihat dua perempuan beda usia masuk rumah merasa aneh namun tidak ada yang berani bertanya . Mereka memilih berbicara ala kadarnya .
"Sudah malam kami pamit dulu ," Ibnu menjabat tangan Abraham lalu beranjak dari tempat duduk dan diikuti yang lainnya .
"Terimakasih dan hati-hati di jalan , semoga selamat sampai di rumah ," ucap Abraham kepada Ibnu sekeluarga .
"Aamiin ," jawab mereka dengan kompak lalu berjalan masuk ke dalam mobil .
Sepeninggal kelurga Ibnu , Listya dan Abraham saling melirik lalu tersenyum bahagia . Khasanah membereskan makanan di bantu Bu Hesti dan beberapa tetangga .
"Kamu istirahat saja semua biar ibu yang membereskan bersama ibu-ibu yang lain ," kata Bu Hesti menyuruh Khasanah istirahat .
"Tapi saya ingin membantu ," sahut Khasanah merasa tidak enak hati .
"Sudahlah ini sudah tanggung jawab ibu , sana kamu pergi dan istirahat ," usirnya sambil mendorong tubuh Khasanah .
Akhirnya Khasanah berjalan masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah .