NovelToon NovelToon
Fall In Love At The First Night

Fall In Love At The First Night

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Romansa / Konflik etika
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Irish_kookie

Anaya White memaksa seorang pria asing untuk tidur dengannya hanya untuk memenangkan sebuah permainan. Sialnya, malam itu Anaya malah jatuh cinta kepada si pria asing.
Anaya pun mencari keberadaan pria itu hingga akhirnya suatu hari mereka bertemu kembali di sebuah pesta. Namun, siapa sangka, pria itu justru memberikan kejutan kepada Anaya. Kejutan apa itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irish_kookie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyerah

Anaya terpaku sesaat melihat nama yang tertera di layar ponsel Josh itu.

Akan tetapi, dia segera turun dari pangkuan Josh, merapikan piyamanya, dan memberikan ponsel Josh tanpa memandang pria berumur itu.

Josh menerimanya dan segera menjawab panggilan telepon itu sambil beranjak menjauhi Anaya.

Sembilu pedih seakan menyayat hati Anaya saat itu. Dia menahan air matanya yang sudah siap meluncur.

Tak lama, Josh kembali. Dia mengangkat ponselnya dan mematikan ponsel itu di depan Anaya.

"Sorry. Aku lupa memberitahu ist-Celline, kalau aku ada tugas dari Tuan White," kata Josh lemah.

Anaya memaksakan senyumnya pada Josh. "Aku yang seharusnya minta maaf padamu, Josh. Tidak seharusnya aku seperti itu tadi."

"Kau boleh pulang dan tidak harus menginap di sini. Aku bisa meminta Jane untuk menemaniku malam ini," lanjut Anaya lagi.

Suara gadis itu getir dan gemetar. Dia tau, dia akan menangis dalam hitungan detik.

Namun, dia tidak ingin Josh melihat sisi lemahnya itu.

Josh menggelengkan kepalanya. "Aku tetap di sini, Nay. Kau boleh kembali ke kamarmu atau bersamaku di sini."

"Baik, aku akan kembali ke kamarku, Tuan Grebel. Kau bisa berkirim pesan atau menghubungiku jika sudah waktunya makan malam. Terima kasih." Dengan setengah berlari, Anaya meninggalkan Josh yang masih termenung di ruang tengah.

Anaya kembali teringat tekadnya untuk menjauhi Josh, maka pagi itu, Anaya memutuskan satu hal sederhana, tapi sangat sulit untuk dia jalani, menjaga jarak dari Josh Grebel.

Setelah semua kekacauan yang terjadi, setelah tatapan-tatapan yang membuat jantungnya berdetak di luar kendali, dia tahu satu-satunya cara untuk bertahan adalah mundur.

Dia tak ingin menjadi perempuan lain yang menghancurkan rumah tangga seseorang.

Karena meskipun Josh tidak pernah mengatakannya secara gamblang, cincin perak di jarinya tetap menjadi pengingat yang paling menyakitkan.

Sejak kejadian hari itu, Anaya mulai jarang berbicara dengannya.

Di kantor, Anaya banyak menghabiskan waktu di depan laptopnya atau di luar.

Rapat dan pertemuan yang seharusnya dia hadiri bersama Josh, dia delegasikan kepada Leona.

Pesan-pesan pribadi yang masuk ke ponselnya, dia abaikan. Bahkan, saat Josh menatapnya dari seberang ruangan, Anaya berpura-pura sibuk menulis laporan.

Namun semakin dia menghindar, semakin pria itu menarik perhatiannya.

Josh menjadi lebih intens, lebih dingin, tapi juga lebih menyatakan dirinya.

“Anaya,” suaranya berat saat memanggil di lorong kantor.

Perempuan itu menoleh sekilas. “Ya, Tuan Grebel?”

“Sejak kapan kau memanggilku seperti itu lagi?” tanya Josh menuntut.

“Sejak aku sadar kalau kita hanyalah sebatas rekan kerja. Bagaimana, ada yang bisa saya bantu?" Anaya balas bertanya.

Josh terdiam, matanya menatap tajam. “Rekan kerja atau suami orang, Nay?"

Pertanyaan itu membuat napas Anaya tertahan sesaat. Tapi dia memaksakan senyum kecil. “Hmm, bisa jadi keduanya."

Josh menatapnya lama, seolah berusaha menembus tembok yang baru saja Anaya bangun.

Namun pada akhirnya, pria itu hanya berkata pelan, “Kau belum mengenalku, Nay, dan kau sudah menilai dirimu sebagai perusak rumah tangga. Huh, aneh sekali!"

Anaya tak menjawab. Dia memilih berbalik dan melangkah pergi sebelum hatinya kembali tersayat luka.

Malam hari itu, saat dia pulang ke rumah, Robert sudah duduk di ruang tamu dengan wajah tenang tapi berwibawa seperti biasa.

Di sebelahnya berdiri seorang pria berjas abu-abu dengan senyum sopan dan mata ramah.

“Anaya,” kata Robert lembut. "Kau baru pulang? Ada Jack dan Tuan Scout di sini. Beri salam pada mereka dulu, Nay."

Anaya kembali memaksakan senyumnya. Dia hanya ingin kembali ke kamar, bergumul dengan selimut dan bantalnya, lalu berbicara dengan Jane tentang Josh hari itu.

Namun, dia tetap harus bersikap professional. "Selamat malam, Tuan Scout dan selamat malam, Jack."

Jack tersenyum tipis. “Hai, Nay. Sudah lama juga kita tidak bertemu sejak terakhir di restoran waktu itu.”

Anaya mengangguk kikuk. “Iya, sudah sangat lama.”

Robert menambahkan dengan nada seperti perintah terselubung, “Kalian sebaiknya makan malam bersama. Jack baru kembali dari luar negeri. Aku pikir ini waktu yang baik untuk saling mengenal lagi.”

Walaupun lelah dan kepalanya sangat berisik, akhirnya Anaya mengangguk saat Jack menggandeng tangannya untuk pergi makan malam.

Jack mengajak Anaya ke sebuah restoran sederhana di atap sebuah gedung.

Restoran rooftop itu hangat oleh cahaya lampu dan aroma wine yang samar.

Jack tetap seperti Jack yang Anaya kenal sebelumnya. Selalu membahas tentang pekerjaan dan bisnisnya.

Namun, Anaya selalu membalas dengan membahas masalah fashion, musik, atau kegemarannya.

"Aku suka piano dan harpa. Aku juga suka ballet. Ayo, kapan-kapan kita menonton pertunjukkan ballet!" Anaya berbasa-basi tanpa sungguh-sungguh mengajak Jack.

Tetapi, Jack cukup antusias dengan ajakan Anaya itu. Dia mengangguk dan segera mencari resital ballet yang diadakan dalam waktu dekat. "Boleh! Aku akan mengabarimu jika aku sudah mendapatkan tiketnya, ya."

Untuk sesaat, Anaya membiarkan kebahagiaan Jack masuk ke dalam relung hatinya. Saat itu, dia hanya ingin merasa damai dan tenang.

Angin berlari pelan menyapu rambut Anaya yang dia biarkan tergerai. Dia bisa berbicara santai tanpa takut ada wanita lain yang akan menghubungi Jack.

Anaya menghela napas lega, dia menatap Jack dan berusaha mengumpulkan semua point positif dari pria yang hanya berbeda satu tahun dengannya itu.

Jack tersenyum saat menyadari tatapan mata Anaya. "Kenapa kau daritadi melihatku? Apa ada yang salah di wajahku?"

"Hehehe, tidak ada. Maaf kalau aku membuatmu tidak nyaman," jawab Anaya tersipu malu.

Tidak ada debaran jantung, tidak ada napas yang tertahan, dan sekali lagi, Anaya menghela napas lega. "Terima kasih karena sudah membawaku ke sini, Jack."

Perlahan, tangan Jack bergerak ke arah Anaya. Tetapi, gadis itu tiba-tiba saja merapikan rambutnya.

Tak lama, kedamaian itu buyar saat mata Anaya menangkap sosok pria yang sangat dia kenal.

Pria itu duduk tak jauh dari mereka, sedang berbicara dengan seseorang dan tampaknya seorang wanita.

Dada Anaya langsung menegang. Tatapan pria itu bertemu dengan miliknya, tajam, gelap, dan sulit diartikan.

Detik berikutnya, Jack menggenggam tangan Anaya di atas meja.

"Kau sudah selesai? Mau kembali sekarang atau kau mau lanjut ronde kedua, heheh?" tanya Jack.

Sebelum menjawab, Anaya menoleh ke sosok pria itu dan pria itu masih menatapnya dengan tajam.

Anaya menggeleng. "Kita sudahi saja, Jack. Besok aku ada meeting pagi bersama klien dari PT Protrans Coorporate."

Jack mengusap pucuk kepala Anaya. "Calon istriku ternyata seseorang yang sangat bertanggung jawab akan pekerjaannya. Jujur saja, mau sudah menggoyahkan hatiku, Nay."

Gerakan kecil dari Jack tadi membuat pria di seberang sontak berdiri.

Mata pria itu seolah berubah dingin seketika, dan tanpa bicara sepatah kata pun, dia meninggalkan tempat itu.

Anaya berusaha mengabaikan debaran aneh di dadanya, tapi gagal. Dia tau siapa sosok pria itu dan Anaya hanya mengangguk lemah saat Jack mengatakan kalau dia sudah membuat Jack goyah.

Setelah makan malam berakhir, Anaya berjalan ke arah parkiran dengan langkah ringan. Tapi langkah itu terhenti ketika seseorang muncul dari balik mobil hitam yang terparkir di sudut.

Sosok itu berdiri dengan wajah menegang dan rahang mengeras, seolah sedang menahan sesuatu yang sangat besar di dalam dirinya.

“Jadi itu alasannya kau menghindariku?” suaranya serak, nyaris seperti geraman tertahan.

Anaya mengerutkan kening. “Apa maksudmu?”

Josh menatapnya lurus. “Tunanganmu, Jack Scout!"

Anaya menghela napas, mencoba tetap tenang. “Ya. Lalu? Kita sudah sama-sama memiliki pasangan dan tidak boleh berbuat sesuatu yang berbahaya."

Suara Josh pecah. “Setauku, mau bahkan tak mencintainya.”

“Cinta bukan segalanya,” sahut Anaya pelan. “Lebih baik bersama seseorang yang tidak membuatku merasa bersalah setiap detiknya.”

"Aku ingin tenang, Josh," lanjut Anaya lelah.

Josh mendekat. Langkahnya berat, napasnya terdengar jelas di udara malam yang lembap. "Tenang? Lalu, bagaimana denganku? Apa kau pikir aku bisa tenang setelah apa yang kita lalui?"

Percakapan panas mereka terhenti saat Jack mendekat. "Lho, bukannya Anda ...,"

"Jack, aku akan pulang sendiri. Ada masalah mendadak dan asistenku menyusulku malam ini. Maafkan aku. Aku akan menghubungimu kembali secepatnya." Anaya menarik tangan Josh sebelum Jack bisa mencegahnya.

Anaya mengajak Josh kembali ke restoran. Dia memaksa pria itu untuk duduk. "Dengar, Josh, hubungan kita ini tidak lazim dan tidak boleh!"

"Semua yang telah terjadi itu salah dan kita harus berhenti!" Anaya mendesis nyaring.

Ada kepanikan dan putus asa dalam nada suaranya. "Kita tidak boleh meneruskan hubungan ini, Josh!"

"Hubungan? Apa kau sudah mengakui kalau kau mencintaiku, Nay?" tanya Josh cepat.

Anaya memejamkan matanya sesaat. "Ya, aku mencintaimu. Lalu, apa?"

"Aku juga mencintaimu, Nay, tapi aku tidak bisa berhenti. Aku ingin kau mengenalku, aku ingin kau masuk ke dalam hidupku sebelum kau menjauh dariku!" ucap Josh menggebu-gebu.

Namun, Anaya menutup kedua telinganya. Dengan kencang Josh melepaskan kedua tangan gadis itu.

Tarikan itu tidak keras, tapi cukup untuk membuat jantung Anaya berpacu.

Mereka hanya duduk diam, begitu dekat hingga napas mereka bertemu di udara.

“Kenapa kau begitu keras kepala?” bisik Josh, matanya tak lepas dari wajahnya.

“Karena aku harus seperti itu, sebelum kita jatuh terlalu dalam," jawab Anaya.

Hening. Hanya suara angin yang berdesir di antara mereka.

Lalu Josh membuka mulutnya lagi, kali ini suaranya lebih rendah, nyaris seperti pengakuan yang keluar dari kedalaman luka.

"Hubunganku dengan Celline, sudah tidak benar, Nay. Sudah tidak ada cinta lagi di antara kami. Tunggu aku dan teruslah berjuang bersamaku!" kata Josh putus asa.

Anaya terpaku. Napasnya tercekat, dunia seakan berhenti berputar sesaat.

Matanya menatap pria di depannya, berusaha mencari kebohongan, tapi yang dia temukan justru ketulusan yang menyakitkan.

"Maaf, Josh. Aku tidak bisa berlari bersamamu. Itu urusanmu dan aku tidak ingin menunggu. Kalaupun pada akhirnya kau berpisah, berbahagialah dengan wanita lain, bukan denganku," kata Anaya getir.

Setelah mengucapkan kalimat itu, Anaya berdiri dan hendak pergi. Namun, Josh menarik pergelangan tangan gadis itu.

"No! Jangan tinggalkan aku dan jangan pergi dari hidupku, Nay! Aku tau aku menyedihkan, tapi aku butuh kau di sampingku!" Josh mendekap Anaya ke dalam pelukannya erat.

Anaya terdiam, hatinya berlomba-lomba mengatakan agar dia menyerah dan memeluk Josh.

Dia memejamkan matanya sesaat, mengangkat kedua pipi Josh, dan menghapus air mata pria itu.

"Aku tidak tau ini akan sampai mana, Josh. Tapi, kumohon kalau kau seperti ini, hatiku juga terasa sakit." Perlahan, Anaya mencondongkan tubuhnya dan mengecup kening Josh dengan lembut.

***

1
Sophia
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!