NovelToon NovelToon
IKATAN SUCI YANG TERNODA

IKATAN SUCI YANG TERNODA

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Mengubah Takdir / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / Romansa pedesaan
Popularitas:154.5k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Niatnya mulia, ingin membantu perekonomian keluarga, meringankan beban suami dalam mencari nafkah.

Namum, Sriana tak menyangka jika kepergiannya mengais rezeki hingga ke negeri orang, meninggalkan kedua anaknya yang masih kecil – bukan berbuah manis, melainkan dimanfaatkan sedemikian rupa.

Sriana merasa diperlakukan bak Sapi perah. Uang dikuras, fisik tak diperhatikan, keluhnya diabaikan, protesnya dicap sebagai istri pembangkang, diamnya dianggap wanita kekanakan.

Sampai suatu ketika, Sriana mendapati hal menyakitkan layaknya ditikam belati tepat di ulu hati, ternyata ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Isyt : 04

Triani menatap rumit wajah sang sepupu, ia tersenyum penuh makna, lalu meletakkan paper bag di atas meja ruang tamu seraya bernyanyi lirih.

“Sri, aku mau kasih lihat ke kamu kalau baru saja dapat kado istimewa dari Mamas ku,” ucapnya riang.

Sriana menutup pintu kamar nenek, dia mendekati sang sepupu yang jam sebelas malam baru pulang dari libur. Tanpa kata, tapi mata memandang lekat kala kotak beludru dibuka, dan seutas benda cantik dipamerkan tepat di depan wajahnya.

Ekspresi Sri langsung berubah, dia seolah mengenal kado yang dibilang istimewa ini. ‘Bukannya itu kalung yang kapan hari diminta oleh Ambar?’

Batin Sri bertanya-tanya, dia mencoba mengingat foto kiriman dari putrinya lewat ponsel sang adik ipar.

“Malah bengong sih! Pasti iri kan? sebab suamimu itu ndak pernah memberi hadiah. Makanya jadi perempuan itu kudu pintar dandan dan bergoyang! Biar disayang, dihujani hadiah, dan dipuaskan batinnya walaupun lagi berjauhan. Bukan malah dianggurin! Ha ha ha ....” Ejeknya sambil menari memutar badannya ke kanan dan ke kiri.

Jantung Sriana tak mau berdetak tenang, gemuruh dadanya terdengar berisik, dia tersenyum dengan manik memperhatikan detail kalung berliontin hati.

“Pasangkan kaitnya, Sri!” Ia ulurkan rantai kalung tipis, tanpa kata minta tolong langsung membelakangi sang sepupu.

Sriana menurut, firasatnya mengatakan ada sesuatu tersembunyi dari senyum miring kakak sepupunya.

Kala berhasil dipasang, dan terlihat pas pada leher jenjang Triani yang mengenakan kaos ketat bagian kerah ditarik sampai pundak, si empunya berlari kecil masuk ke dalam kamar mandi, mau bercermin.

Meninggalkan Sriana yang masih terpaku, seolah tersedot ke dunia lain.

Tiba-tiba dering ponsel menarik perhatian manik mata berwarna hitam kelam itu, ia memalingkan wajah, sedikit maju melihat siapa yang menelepon di ponsel sang sepupu tergeletak di atas meja.

‘Mamas?’ batinnya terusik oleh foto profil si pemanggil, lalu netranya membulat kemudian menyipit kala mengenali potret sehelai baju lingerie merah menyala, bukan pakaian transparan itu yang menjadi daya tarik, melainkan sarung bantal bertuliskan Ambar Ratih.

“Astaghfirullah.” Kaki Sriana mundur, dia terhuyung, kepalanya terasa berat, dan pandangan mulai berkunang-kunang.

"Itu sarung bantal hasil sulaman tanganku ketika menghabiskan waktu luang di PT ketenagakerjaan, kuhadiahkan untuk Ambar Ratih sebagai kado ulang tahunnya yang ke lima.” Entah dorongan dari mana, dia maju lagi – merogoh saku celana mengambil ponselnya.

Jari telunjuknya bergetar hebat, wajah mulai hangat dikarenakan pias, dia tekan tombol samping ponsel Triani. Kemudian dirinya menarik garis sandi yang dihafalnya – Sriana membuka kontak nama, lalu mencari nama Mamas.

Dalam keadaan bingung, cemas, pikiran mulai kemana-mana – beruntung otak dan anggota geraknya masih bisa diajak kerjasama. Nomor ponsel asing itu dia foto, lalu diperbesar gambar profil guna memperjelas penglihatan tadi. Hatinya langsung seperti disiram air es, beku.

Cepat-cepat jemari Sri menyentuh tombol keluar dari pencarian nama, lalu menekan lagi bagian samping sampai layar ponsel berubah hitam.

Dering ponsel pun kembali terdengar, nama yang sama ‘Mamas’. Sriana mundur, dibalik baju kebesaran, jemarinya mencubit kulit perut agar rona pucat pada wajah kembali netral. Dia butuh rasa sakit pada fisik untuk mengalihkan pikiran liar.

Triani melangkah tergesa-gesa, menatap penuh maksud ke sang sepupu seperti ekspresi mengejek, dia raup barang bawaan lalu berlari menaiki undakan tangga.

“Sayang, kalunge pas. Aku seneng banget, kamu beneran membelikan yang ku mau, padahal waktu itu cuma guyon (bercanda ) lo.”

Buliran bening jatuh bersamaan dengan terdengar bantingan pintu. Tubuh Sriana merosot ke lantai, hatinya bagai ditikam sembilu.

“Mungkin aku salah lihat, mana tahu sarung bantal itu cuma mirip,” gumamnya kala ingin menipu matanya sendiri.

Sriana membuka ponselnya, dia mencari foto kalung yang dikirim Ambar, dan mencocokkan dengan milik Triani tadi. ‘Ndak ada bedanya, kaitannya pun sama bisa dipanjang pendekan. Apa ini ya Gusti?’

Dibukanya lagi screenshot nomor ponsel dan ada lingkaran foto profilnya. ‘Apa ini petunjuk darimu-Mu yang hamba pinta seminggu lalu ya Allah?’

Dia menggigit kulit lengan agar tangisnya tak bersuara, rasanya seluruh sendinya lemah, tak berdaya. Rasa sakit tak tampak mata mulai menjalar ke hati, membuat tenggorokannya seperti disumpal batu kerikil.

“Terus kok ya bisa Ambar minta kalung sampai tantrum, jika bukan untuk dia ….” Badan Sriana tersentak, bulu mata lentik basah itu hampir menyentuh alis. Bila tadi hatinya terasa sakit, kini berubah menjadi berdenyut-denyut.

“Septian, Ambar, Nak … kalian baik-baik saja ‘kan?” rasa takut itu membuat kakinya bergetar, sampai dia merangkak berpegangan pada sisi lemari pajangan baru dapat berdiri.

Hampir saja dirinya menghubungi nomor suami, maupun adik iparnya, tapi urung. ‘Aku ndak boleh gegabah, harus tenang. Kalau bertanya pada mereka sama saja bunuh diri namanya, pasti langsung dicurigai.’

Sriana tertatih, air matanya masih terus berguguran, dia tak sanggup lagi melangkah dikarenakan kakinya menggigil, lalu duduk di sofa tunggal.

Wanita bertubuh ringkih, wajah basah oleh air mata, mulai mengotak atik ponselnya, dia merasa ada yang aneh. Otaknya diajak kerja rodi, dari menebak, mengingat, membayangkan, sampai dipaksa mencari celah di antara banyaknya peristiwa telah berlalu selama dirinya bekerja satu rumah dengan Triani.

“Assalamualaikum, Ka. Belum tidur ‘kan?” tanyanya pelan.

“Mbak pean baik-baik saja ‘kan? Suaramu kok sengak, koyok wong bar nangis? Nyapo Mbak? Ngomong’o karo aku?” suara Eka terdengar cemas, dia sebenarnya sudah tidur tapi terbangun saat mendengar ponselnya berdering.

“Besok ya ceritanya, aku cuma mau tanya – gimana caranya tahu kalau nomor kita disadap apa ndak?” Ia menggigit bibir, rasanya ini sangat membingungkan.

Walaupun merasa ada yang aneh, Eka tetap memberikan petunjuk.

“Ka, jangan chat aku ya. Jangan tanya apa-apa melalui pesan, besok tak ceritani. Assalamualaikum.” Sriana mengakhiri panggilan singkat, lalu menekan angka sesuai arahan Eka.

“Astaghfirullah!” pekiknya pelan, bibirnya langsung mengatup, jemari meremas ponsel.

‘Sejak kapan WhatsApp ku di sadap?!’ batinnya berteriak terkejut. Bola matanya sampai menyipit mirip bulan sabit, membaca ulang satu kalimat yang memberitahukan bila aplikasi hijau di ponselnya disadap.

Sriana jelas shock, ini terlalu tiba-tiba, seperti ombak besar menggulungnya hingga ke tengah lautan lepas.

“Sabar Sri. Waras Sri. Joh nganti eddian, mesakke Tian mbek Ambar.” Tangan kurus itu memukul dada dan kepalanya, agar kesadarannya tak tenggelam.

(Jangan sampai gila, kasihan Tian dan Ambar)

“Aku kudu kepiye ya Allah (Aku harus bagaimana ya Allah)?” ia bingung, otaknya seketika buntu. Sama sekali tidak menduga, secuil pun firasat buruk tak pernah singgah dibenaknya.

Sriana beristighfar, lalu mengatur napas pelan-pelan, kemudian kedua tangan bertumpu di sandaran tangan sofa. Kembali dirinya tertatih, membiarkan ponselnya terjatuh di atas lantai. Cuma satu tujuannya, ingin memastikan sesuatu agar keyakinannya utuh, batinnya enggan lagi menyangkal logika.

Sriana sampai di lantai atas, dia putar pelan handle pintu hingga terbukanya celah sempit.

"Mas Agung ... Ahhh!"

.

.

Bersambung.

1
bunda fafa
kalau dasarnya jujur tentu saja sriana tdk keberatan beda lg kl misal itu si sundel tri 😏
hidagede1
jin mata duitan mangkanya bisa ngomong mesra🤮
!m_mah
ana apa 🤔
nara
mas tian karo ambar arek golek,i opo to le nduk ati ati yo ojo nganti konangan,,kak cublik jaga tian sama ambar ya supaya berhasil nyuri hak nya bundanya
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
ihhh dapuran mu gung karo tri opo ora mikir kui bjo ne wong iseh status sah kok yo wani2 ne kyo gono hadeh ngilani
mmh nengmuti
kaya nya anak2 mau cari surat2 penting biar gak kecolong sm s agung
Ratih Tupperware Denpasar
memang bener2 keluarga uedan ni ortnya agung
nunik rahyuni
thor up lg up lg....kok penasaran aq..opo sing digoleki..arep tak ewangi thoooor💪💪💪🤭
nunik rahyuni
apa yg di cari?????
ayo cepat keburu do muleh...thor belok kan dulu trintil gunggung ke hotel mesyium🤭🤭🤭golek opo kowe le...ndang to tak ewangi 🤣🤣🤣
hidagede1: gak bakalan cepet" pulang mbak yu, pasti melipir ke hotel dulu🤭
total 1 replies
Betri Betmawati
eelah jadi pembantu aja panggiln nya mami🤮🤮 mual aku
itu Septian cari apa ya Sama Ambar
nunik rahyuni
jin trintiiiil 🤣🤣🤣🤣 mbak sri...guak no kali ae ben gae konco yuyu😄😄
Cublik: 😆😆😆😆😆
total 1 replies
ɴɪɴɢ_ɑʀɑ
biasalah sri namanya juga kamu masih kecintaan sama agung, mau orang sekampung ngingatin kamupun, pasti kamu nggak akan mau percaya dan dengerin. bagimu agung tetap yang terbaik dan pasti kamu mikir, namanya manusia pasti akan ada saatnya berubah. iya kan? tapi setelah kamu tahu sendiri kelakuan agung dan di rasa kamu sudah lelah dan capekk. baru kamu belajar melepaskan agung. semua memang harus di awali dari luka dulu baru otak bisa di ajakin mikir 🤭
Cublik: Kalau udah jatuh cinta, tahi Kucing pun rasa coklat 🤣
total 1 replies
ilham gaming
akhirnya kamu sadar Sri,udah d manfaatin aja
Cublik: Iya 😁😁😁
total 1 replies
Betri Betmawati
dasar tak tau malu giliran minta uang ja manis skli mulut nya, bawa2 anak sgala lg
jgn harap kau bisa dpat uang lagi dari sriana
nunik rahyuni
juan lanangan opo ngini ki ...tukar tambah ae sri...🤭
ɴɪɴɢ_ɑʀɑ
huekkk, kudu gumohhh smapai tembus layar hp 🤣 wes nggak acengg gung! malah gawe kudu 💩🙊
ChikoRamadani
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ Sangat menarik
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...

terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️
ɴɪɴɢ_ɑʀɑ
jangan mau sri...gelayyy! hanya laki2 b4ngc4tttt yang menuntut istrinya melayani lewat VCS. meski di perbolehkan, selama itu pasangan sahnya . tapi jangan lahh...nggak baik juga buat kesehatan kamu sri. jari2mu itu meski sudah di cuci bersih, tetap mengandung bakteri. jangan yaa dek yaa jangannn 🤭
Jeng Ining
mba Cublik iki sopo sik disandera 🤭🤭🤭
Cublik: Para tahanan kota😆
total 1 replies
ɴɪɴɢ_ɑʀɑ
Omonganne wong lanang mabokk 0l1 t4p2p4n, di rungokne malah gawe asam lambung + darting 🥴 kalkul4tormu jian tepakk banget gung, kerja puluhan tahun , di rewangi poso, tetap ora duwe opo2 🤦‍♀️ lhawong gandenganne wae speak Safno. mung iso ngitung lan ngentekne..jiannn kudu yamplokk lambemu gung 🤣
Cublik: Kruwes ae, Kak 🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!