Sejak selamat dari bencana alam yang melanda kampung halamannya, tubuh Lusi menjadi aneh.
Dia bisa merasa sakit tanpa terbentur, merasa geli tanpa digelitik. Dan merasakan kepuasan yang asing ketika Lusi bahkan tidak melakukan apa-apa.
Dan setelah bekerja di sebuah perusahaan dan bertemu sang CEO, akhirnya dia tahu sebabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"Bagaimana keadaanmu?" tanya ayah Samuel saat mereka makan bersama.
"Lebih baik" jawabnya.
Sakit di pipinya memang berangsur membaik. Tapi ada rasa kebas yang sulit dihilangkan di pipinya. Tidak tahu kenapa.
"Dokter mengatakan tidak ada yang salah dengan hasil pemeriksaan mu. Apa kita harus pergi keluar negeri lagi untuk pemeriksaan lebih lanjut?" saran ibunya yang khawatir.
"Mereka semua tidak punya jawaban atas apa yang terjadi padaku. Dan sakitnya tidak terlalu mengganggu"
Ibu Samuel masih terlihat khawatir dan dia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Kejadian ini memang sering terjadi, dan setelah pemeriksaan lengkap pun, tidak ada hasil yang bisa menjawab. Kenapa Samuel bisa merasa sakit disaat tidak ada yang terjadi padanya.
"Besok Senin, kau pergi ke wilayah Utara?" tanya ayahnya mengalihkan pembicaraan.
"Iya"
"Apa ini berkaitan dengan orang yang membuat keributan di perusahaan kemarin?"
Semua kejadian di perusahaan tidak akan pernah terlewat dari pantauan ayahnya. Samuel mengangguk.
"Katanya, kakek tua itu memukul seorang pegawai perempuan. Bagaimana keadaannya? Apa parah?" tanya ibunya kembali menampakkan khawatir secara jelas di wajah.
"Dokter memberikan obat yang terbaik untuknya" jawab Samuel acuh. Sebenarnya dia tidak terlalu peduli pada pegawai wanita yang terluka itu.
"Bagaimanapun, dia menerima pukulan yang seharusnya diarahkan padamu. Bukankah hal itu harus dibalas dengan benar? Bagaimana kalau mengundang pegawai itu untuk makan malam?"
Sebuah makan malam dengan pemilik perusahaan hanya karena menerima pukulan demi dirinya? Bukankah itu hanya sebuah kebodohan?
"Tidakkah itu berlebihan?"
"Lalu, apakah kita harus memberinya uang? Atau mengangkatnya menjadi pegawai tetap? Ibu dengar dia adalah pegawai baru yang berasal dari tempat jauh" alasan ibunya.
Begitu mengerti kalau Samuel tidak suka dengan pemberian uang dan jabatan di perusahaan untuk sebuah jasa tak berguna. Daripada dia harus memberikan status pekerja tetap untuk seseorang yang bodoh, maka ... .
"Ibu atur saja" katanya menyerah dengan keinginan ibunya yang suka berbicara dengan wanita muda.
"Baiklah. Ibu pasti akan mengatur dengan baik"
"Tapi ... "
"Ibu tahu. Ibu akan mengadakan makan malam ini secara tertutup dan tidak akan pernah memberikan sesuatu yang mahal untuk wanita itu. Ibu janji"
"Baiklah"
"Dasar anak yang sama persis dengan ayahnya" keluh ibunya kesal.
"Kenapa aku dibawa-bawa?" protes ayahnya yang sejak tadi diam.
Keesokan harinya, Samuel pergi ke pabrik di Utara. Dia bertemu dengan kakek yang menyebabkan keributan di pusat dan menyelesaikan semua masalah.
"Maaf Tuan muda. Semua ini memang kesalahan beberapa dari kami yang tidak bisa menutup mulut dengan baik!!" ucap seorang pria yang mewakili kakek tua itu dalam bicara. Kelihatannya seseorang yang lebih berpendidikan dari warga lain.
"Dengan ini maka kami berharap tidak ada masalah lagi tentang ganti rugi tanah yang kami berikan" jawab asisten Samuel yang sejak tadi mewakilinya. Karena Samuel malas berurusan tentang sesuatu yang seharusnya telah usai.
Pabrik telah beroperasi satu tahun lalu, tapi masalah tiba-tiba muncul. Dia hanya bisa melihat keserakahan di mata kakek yang membuat masalah itu. Dan Samuel sangat tidak menyukai seseorang yang mendewakan uang.
"Saya akan pastikan hal seperti ini tidak akan terjadi lagi" kata wakil yang terus menekan pandangan pada kakek rakus uang itu.
"Baiklah"
"Maafkan kami Tuan Muda West. Lingkungan kami sangat terbantu dengan keberadaan pabrik ini. Terutama karena pabrik Anda telah menyediakan banyak lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar"
Sungguh wakil yang pandai sekali bicara.
"Ya" jawabnya lalu berdiri dari kursi, ingin meninggalkan ruangan. Tapi wakil kakek tua itu menyeruak ke arahnya.
"Putri saya diterima di perusahaan Techno West pusat" kata wakil itu tiba-tiba.
Sebuah berita yang tidak penting bagi Samuel.
"Lalu ... "
"Apa?"
"Apa yang Anda inginkan?" tanya Samuel mempertanyakan motif wakil kakek itu mengatakan semua ini.
"Oh, tidak. Tidak ada maksud apa-apa. Saya hanya merasa senang memberitahukan kalau putri saya diterima di Techno West sesuai prosedur. Itu berarti putri saya pasti memiliki kemampuan yang bagus. Iya kan Tuan muda?"
Membanggakan putrinya yang diterima di Techno West, bukan merupakan sesuatu yang penting bagi Samuel.
"Aku ... "
Samuel bingung harus menjawab apa untuk wakil kakek tua yang tampak sangat bangga pada putrinya itu.
"Saya hanya ingin mengatakan itu saja. Tidak ada maksud lain"
Samuel sungguh ... Tidak mengerti kenapa dia harus mendengarkan semua ini. Dia harus pergi sekarang atau ... akan mulai merasa sangat kesal.
"Yahhh" kata Samuel lalu berjalan ke arah pintu.
"Namanya Lusi North. Pegawai baru di meja depan perusahaan Anda"
Langkah kaki Samuel terhenti. Pegawai di meja depan? Di lobi? Apa jangan-jangan? Itu artinya putri wakil itu adalah wanita yang menerima pukulan dari kakek tua Johan?
Samuel menoleh sebentar ke arah kakek tua yang sejak tadi tidak berani menatapnya. Seandainya wakil itu tahu kalau putrinya menerima pukulan dari orang yang dibela. Apa yang akan terjadi? Apa hal itu layak untuk disaksikan?
Tidak. Semua itu tak layak untuk waktunya yang berharga.
Samuel melanjutkan langkahnya keluar dari ruang pertemuan dan memeriksa perkembangan pabrik pengolahan sampah miliknya.
Satu jam kemudian dia menyelesaikan semuanya dan pergi. Kembali ke perusahaan pusat.
"Selamat datang Tuan Muda" sapa semua orang di perusahaan ketika Samuel datang. Dia berjalan menuju lift lalu terhenti karena melihat seorang wanita yang juga menunduk ke arahnya. Wanita yang menerima pukulan kakek tua itu.
Lalu Samuel tersenyum sedikit membayangkan ekspresi wanita itu bila mengetahui ayahnya menjadi wakil kakek tua itu.
Sesuatu yang membuat asistennya terheran-heran. Karena Samuel bukan orang yang mudah tersenyum karena seorang wanita.
"Apa yang Anda ..." kata asistennya menyadarkan Samuel untuk melanjutkan langkah ke ruangan.
"Apa kau mengenal Tuan Muda West?" tanya Priya pada Lusi, setelah Tuan muda West datang ke perusahaan.
"Mengenal Tuan West? Tentu saja aku mengenalnya. Dia adalah putra pemilik perusahaan" jelas Lusi.
"Bukan, maksudnya mengenal secara pribadi"
Secara pribadi? Bagaimana bisa Lusi mengenal Tuan Muda West secara pribadi?
"Tidak. Tentu saja tidak. Tidak mungkin seorang penjaga meja depan sepertiku mengenal Tuan Muda West secara pribadi"
"Tapi ... Sepertinya Tuan Muda West tadi tersenyum ke arahmu" ucap Priya membuat Lusi hampir tertawa.
"Pasti kau hanya berpikir terlalu jauh. Lagipula, Tuan Muda West terkenal sebagai pribadi yang jarang tersenyum. Dia hanya penerus perusahaan yang sangat serius bekerja. Memperbesar dan memperluas perusahaan dan kekayaannya"
Kelihatan sekali Priya ingin menyangkal tapi argumen Lusi terlalu kuat. Lagipula, tidak mungkin seorang penerus seperti Tuan Muda West tersenyum ke arahnya. Karena bahkan saat Lusi menerima pukulan demi pria itu. Tuan Muda West hanya membalas dengan memberikan obat. Itupun tanpa melihat dirinya sama sekali.
uda baca karya2mu. syukaaaa...
semangat berkarya, lope u