Mendapati kekasihnya memiliki hubungan dengan perempuan lain, membuat Agnes ingin balas dendam.
"Emang siapa yang mau sama kamu? Udah tepos, pendek, miskin lagi."
Agnes menatap tajam Wira, mantan kekasihnya. Laki-laki itu baru saja putus sudah mengatainya.
"Lihat saja nanti, aku akan mendapatkan laki-laki yang baik tidak seperti kamu, tukang selingkuh. Mana selingkuhannya istri orang. Dih amit-amit deh."
PLAK PLAK
Agnes tidak hanya membalas ucapan Wira, tapi juga menamparnya.
Disisi lain, ada seorang laki-laki tengah diejek oleh mantan istrinya.
"Setelah tidak denganku, memang ada yang mau denganmu? Laki-laki yang sibuk bekerja, tidak tahu cara memanjakan istrinya."
Akankah Agnes memiliki takdir bertemu dengan laki-laki yang berstatus duda ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Siang Bertemu Seseorang
Sudah semingguan ini Agnes dan Daru sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mulai dari pekerjaan hingga persiapan pernikahan mereka. Meski sudah di bantu oleh Mama Jelita tapi mereka tidak akan lepas tangan begitu saja.
Seperti sekarang, di jam makan siang mereka menyempatkan diri untuk membeli cincin pernikahan. Mama Jelita sudah merekomendasikan beberapa cincin pernikahan yang dirasa sangat bagus, tapi kembali lagi semua diserahkan pada Daru dan Agnes.
"Pilihan mama bagus semua Mas. Aku jadi bingung pilih yang mana." Agnes menatap beberapa pilihan cincin di depannya. Semua sangat cantik sekali, membuat mata gadis itu terkagum-kagum melihatnya.
"Ya udah ambil semua aja, nanti pasang di semua jari kamu. Biar ga bingung pilih." Daru berkata sambil tertawa.
"Tahu kamu kaya Mas, tapi jangan buang-buang duit lah. Ya kali setiap jari aku terpasang cincin pernikahan. Apa ga jadi gunjingan tamu undangan kita?" ujar Agnes menolak ide konyol calon suaminya.
Daru ikut memperhatikan cincin dihadapannya. Memang benar semua nampak cantik. Jika Seina yang ada disini pasti wanita itu tidak akan sungkan menginginkan semuanya. Berbeda dengan Agnes, dia hanya menginginkan yang benar-benar dia suka dan butuhkan.
"Kalo yang ini gimana mas?" Agnes menunjuk salah satu cincin pasangan. Cincin platidium emas putih, dengan kilauan permata tampak elegan. Berlian putih ini memberikan kesan mewah karena bahan yang digunakan emas putih dan platidium. Desainnya garis yang membelah dan setiap sisi tertata rapi berlian setengah lingkaran yang indah.
"Oke kita ambil itu. Selera kamu emang bagus, sayang." puji Daru merangkul pinggang Agnes tanpa segan.
Daru segera membayar pesanan cincin pernikahan mereka, dilanjutkan makan siang bersama.
"Mau makan apa?" tanya Daru menggandeng tangan Agnes.
Agnes melihat sekitar, matanya tertuju pada restoran yang menyajikan makanan india. "Itu aja mas, kayaknya enak. Tempatnya juga ga terlalu ramai jadi ga harus antri. Jam makan siang kita terbatas nih." kata Agnes melihat waktu istirahat hanya tersisa 30 menit lagi.
"Oke sayang."
Mereka menikmati makan siang dengan tenang, sesekali mengobrol soal persiapan pernikahan mereka. Tiba-tiba ada seorang wanita menyapa mereka.
"Handaru, apa kabar? Makan disini juga?"
Merasa terpanggil Daru menoleh, raut wajahnya mendadak datar dan kembali melanjutkan makannya.
"Mas itu disapa orang." kata Agnes melihat wanita itu mendekati mereka.
"Biarin aja, sayang. Ga penting juga." jawab Daru terlihat tidak minat membalas sapaan itu.
"Lama banget kita ga ketemu. Kamu cerai ya sama Seina? Aduh aku kira kalian bakal jadi pasangan sehidup semati, abisnya cocok banget lho kalian." Tanpa malu wanita itu duduk satu meja dengan Agnes dan Daru.
"Eh ini siapa? Pasti sekretaris kamu ya?" tanya wanita itu melihat Agnes. "Aduh gimana sih, makan siang kok pilih tempat disini. Harusnya makan siang cari yang seger biar fresh dan semangat lagi. Kamu gimana sih jadi sekretaris, ga bisa arahin bosnya cari tempat makan bagus." ujar wanita itu memarahi Agnes.
"Mbak sendiri ngapain jam makan siang disini? Ga bisa cari tempat makan siang yang bagus?" Agnes membalikkan pertanyaan membuat wanita itu kesal.
"What? Mbak? Muka se bule aku dipanggil mbak?" kata wanita itu tidak suka. "Panggil aku dengan sebutan NONA. Lagian aku kesini karena beli pesenan temen. Kalo aku sendiri makan siang ya udah pasti salad, lebih sehat."
Agnes menatap heran wanita ini, tampak sombong sekali. Ingin rasanya menjejeli mulutnya dengan daging sapi.
"Handaru, bilangin dong sama sekretaris kamu biar sopan sama aku. Seenaknya aja panggil aku mbak, dia ga gaul sama sekali ya." Tanpa malu wanita itu memegang tangan Daru membuat Daru segera menghabiskan makanannya tanpa sisa.
"Jauhkan tanganmu, Lindi." Daru menghempaskan tangan wanita itu dengan kasar.
"Handaru, kamu kenapa?" Lindi, menatap kaget tindakan Daru yang terlihat tidak suka padanya.
"Gadis ini bukan sekretaris ku tapi calon istriku. Dan aku rasa calon istriku sangat sopan sekali padamu. Tidak ada yang salah dengan panggilan MBAK. Itu umum disini. Jika kamu merasa panggilan itu tidak gaul, berarti kita tidak sama. Lingkungan kami menormalisasi panggilan itu kepada siapapun sebagai tanda menghormati orang lain. Dan untuk tempat makan, aku rasa makan apapun tidak masalah dan tidak ada aturan makan siang harus ini atau itu. Kamu tidak berhak mengomentari apapun." Daru mengatakan dengan penuh ketegasan. Dia tidak suka dengan sikap Lindi yang seenaknya sendiri.
"Apa? Calon istri?" tanya Lindi kaget. "Bagaimana bisa kamu menikah padahal baru beberapa bulan bercerai? Dan kenapa harus perempuan seperti ini, Handaru? Banyak perempuan lain yang lebih pantas untuk kamu, seperti aku misalnya. Aku tidak setuju jika kamu menikahi dia." ujar Lindi menunjuk Agnes dengan tatapan tajam.
Daru berdiri dari kursi sambil menepis tangan Lindi. "Jangan menunjuk calon istriku seperti itu. Dan aku tidak membutuhkan persetujuan mu untuk menikah dengan siapapun. Dia adalah perempuan yang aku pilih karena sikap dan sikapnya baik. Dan orang lain tidak berhak mengomentarinya. Apalagi kamu, yang bukan siapa-siapa ku." jawab Daru tidak membiarkan siapapun merendahkan Agnes.
Lindi ikut berdiri, mencoba meraih tangan Daru. "Handaru, kita itu teman... "
"Kamu teman Seina, mantan istriku. Bukan temanku, ingat itu. Berhenti bersikap seolah-olah kita teman atau kenalan dekat. Jangan membuat salah paham di depan calon istriku." Daru tentu harus bertindak tegas agar tidak terjadi salah paham.
"Sayang, ayo kita pergi." Ajak Daru memegang tangan Agnes agar berdiri. Mereka segera pergi meninggalkan Lindi yang berusaha menghentikannya.
"Handaru, dia ga pantas jadi istri kamu. Aku yakin dia cuma pelarian karena kamu dan Seina bercerai kan?" teriak Lindi tidak menghiraukan orang lain.
"Pelarian apa? Kamu pikir sehebat apa temanmu itu sampai aku harus mencari pelarian setelah bercerai dengannya?" ujar Daru dengan suara lantang.
"Kamu bohong, Handaru. Kamu pasti menikahinya karena terpaksa. Penampilannya tidan secantik Seina, tidak juga secantik aku. Lebih baik kamu menikahi aku daripada perempuan itu." Lindi masih tidak terima.
Daru berhenti sejenak dan membalikkan badan. "Kamu pikir Seina dan kamu itu cantik? Ya memang wajah kalian cantik. Tapi cantik yang ku maksud tidak hanya wajah tapi juga hatinya. Lihat saja penampilanmu, dibandingkan calon istriku, jelas dia lebih baik. Dia bisa menjaga penampilan agar tidak dinikmati banyak orang. Kamu pikir aku senang melihat penampilan seperti kamu dan Seina? Jika tidak percaya, tanyakan saja pada temanmu itu, sudah berapa kali aku menegur dan menasehati nya soal berpakaian. Bahkan kami sering bertengkar karena hal itu. Jadi jangan merasa lebih baik dari calon istriku, Lindi."
Daru kembali berbalik badan dan menggandeng Agnes pergi meninggalkan tempat ini.
Wajah Lindi bersemu merah, dia merasa dipermalukan oleh Handaru.
"Sial, lihat saja aku akan membuat pernikahan kalian batal." ujarnya dengan kesal.
snjta mkan tuan namanya kl ky gt....
nmanya jg kjhtan,psti blik lg k tesngka utamanya.....
Huuffttt.....legaaa....
boooommmm.....trnyta psangannya bkn daru,tp laki2 lain.....
mngkn daru sngja sih bkin sng mntan ngrsa menang,tp akhrnya ttp jtuh jg....
btw,kmna aja kk??lma ga nongol....😁😁😁