Kehidupan yang di alami orang sekitarnya, terutama kakak nya sendiri membuat Harfa tak mau menjalani yang namanya pernikahan.
Apalagi, setelah Biru, membatalkan pernikahan mereka. Membuat hati Harfa begitu dingin akan yang namanya cinta. Mengunci hati hingga sulit di tembus.
Perubahan Harfa membuat kedua orang tuanya merasa sedih. Apalagi usia Harfa tak lagi mudah.
"Nak, menikahlah. Usia kamu sudah matang?"
"Tidak. Aku gak mau menikah, Ummah."
Jawab tegas Harfa membuat hati umma Sinta teriris.
yuk ikuti kisah nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Apa!!
"Abi, ummah gak menyangka jika kakak Ifa akan hamil kembali. Sebentar lagi kita nambah cucu."
"Iya ummah. Semoga saja kakak Ifa selalu di beri kebahagiaan."
"Aamiin ya rabbal alamiin 🤲."
"Abi berharap, Harfa juga segera menikah."
"Iya Abi. Usia Harfa semakin tua ummah khawatir jika Harfa masih memikirkan Bumi."
Dokter Harfa nampak sedih mendengar percakapan kedua orang tuanya. Mereka sangat menghawatirkan dokter Harfa. Hal itu membuat dokter Harfa tak tega. Mereka sudah tua, dokter Harfa tak ingin terus membuat keduanya khawatir akan dirinya.
Apa ini waktu yang pas berbicara. Dokter Harfa tak ingin membuat kedua orang tuanya salah faham.
"Abi, ummah."
"Eh, nak. Kamu belum tidur?"
Kaget ummah Sinta akan keberadaan dokter Harfa.
"Ada sesuatu yang mau Harfa bicarakan."
"Ada apa sayang,"
Abi Farel dan ummah Sinta saling tatap. Tak biasanya dokter Harfa seperti ini. Membuat mereka penasaran.
"Sebenarnya dokter Langit melamar Harfa."
"Apa!!"
Pekik keduanya terkejut akan kabar menggembirakan itu.
"Abi, ummah. Diam dulu. Dengarkan Harfa bicara."
Keluh dokter Harfa tak menyangka akan reaksi kedua orang tuanya.
"Ok, ok,."
"Harfa bingung, Harfa tak mencintai dokter Langit. Tapi, dia laki-laki yang baik. Bagaimana pendapat ummah sama Abi?"
Dokter Harfa terdengar frustasi. Ia tak tahu dengan hatinya sendiri. Yang ia bisa lakukan hanya meminta pendapat. Apalagi dokter Harfa tak ingin kedua orang tuanya terus menerus menuntut ia menikah.
"Nak, kalian kan sudah cukup lama mengenal. Apalagi dokter Langit juga anak sahabat ummah. Dia laki-laki baik yang ummah kenal selama ini. Ummah senang jika kalian bisa menikah. Bukankah begitu, Abi."
"Tentu. Abi sangat senang jika dokter Langit jadi mantu Abi. Apalagi kalian sudah saling kenal. Harfa tentu sudah hapal betul bagaimana sikap dokter Langit. Tak perlu ada yang di ragukan lagi."
Dokter Harfa memikirkan semuanya. Apa yang di katakan kedua orang tuanya memang benar. Ia sudah mengenal dokter Langit. Apa yang membuat dokter Harfa harus ragu.
Dokter Harfa tak mau terus menerus menggantung hubungannya juga dengan dokter Langit. Seperti nya dokter Harfa harus segera memutuskan. Ia tak mungkin terus seperti itu terjebak dengan perasaannya sendiri.
"Abi dan ummah setuju jika Harfa menikah dengan dokter Langit?"
"Tentu sayang. Ummah dan Abi setuju."
"Baiklah, kalau begitu nanti Harfa akan meminta dokter Langit melamar Harfa langsung di hadapan ummah dan Abi."
"Harus sayang, siapapun itu dia harus melamar kamu di hadapan Abi."
"Iya Abi. Kalau begitu Harfa istirahat dulu."
"Iya sayang. Tidur yang nyenyak ya."
Dokter Harfa langsung pergi. Perasaan nya sedikit lega setelah berbagi dengan kedua orang tuanya. Dokter Harfa ikut bahagia jika kedua orang tuanya bahagia juga.
"Aku tak tahu apa keputusan ku sudah benar. Melihat mereka membuat ku harus melakukannya. Semoga saja ini cuma sebuah perasaan biasa saja."
Tak ada yang bisa dokter Harfa perbuat untuk menenangkan hati kedua orang tuanya. Menikah jalan satu-satunya agar kedua orang tuanya bisa tenang. Dokter Harfa tak peduli jika dirinya harus berkorban. Menjalani hal yang selalu membuat dokter Harfa ragu. Ia tak tahu, merasa jika dokter Harfa belum sepenuhnya mengenal dokter Langit.
Dokter Harfa menghubungi nomor dokter Langit untuk memberi kabar keputusannya.
Namun, nomor dokter Langit tidak aktif.
Dokter Harfa menulis pesan, semoga saja pesannya bisa di baca oleh dokter Langit.
Dokter Langit pasti senang mendengar kabar keputusan dokter Harfa. Itu artinya dokter Langit dua langkah lebih maju.
...
Dokter Harfa belum menerima balasan dari dokter Langit. Padahal, ini sudah pagi. Bahkan dokter Harfa tidak menemukan dokter Langit berada di rumah sakit. Kabar yang dokter Harfa terima jika dokter Langit izin namun tak di ketahui alasan pas kenapa dokter Langit tak bisa datang ke rumah sakit.
Perasaan dokter Harfa mulai cemas. Kenapa dokter Langit tiba-tiba menghilang setelah bertemu dengan Raka.
"Apa dugaan ku benar. Jika ada sesuatu yang dokter Langit sembunyikan. Tapi apa?"
Bingung dokter Harfa, kembali mengingat bagaimana tatapan dokter Langit pada temannya tempo hari. Seperti nya ada sesuatu yang tidak beres.
Di saat dokter Harfa sudah memutuskan membuka lembaran baru. Ada saja halangan yang membuat dokter Harfa ragu. Apa dokter Harfa di takdirkan hanya untuk kembali kecewa.
Dokter Harfa sudah berusaha menata hatinya. Membangun sebuah keluarga dengan dokter Langit. Tapi, keadaan ini mulai kembali menggoyahkan. Bagaimana bisa dokter Langit tak bisa di hubungi sama sekali.
Ada apa?
Apa ada urusan yang sangat penting. Tapi kenapa sampai nomor dokter Langit ikut tak aktif. Apa sepenting itu hingga dokter Langit memutuskan jejak.
Sekarang apa yang harus dokter Harfa lakukan. Dokter Harfa sudah bilang jika lusa ia akan menyuruh dokter Langit datang kerumahnya. Namun, sampai saat ini kabar dokter Langit belum di ketahui.
Bahkan tak ada satupun yang tahu kemana perginya dokter Langit. Dokter Langit pergi tanpa meninggalkan jejak apapun. Tanpa memberi kabar atau pun pengertian. Hal itu membuat dokter Harfa kacau.
"Apa dia meninggalkan ku?"
Gumam dokter Harfa merasa kesal dengan dirinya sendiri. Kenapa dia bodoh sekali, harusnya dokter Harfa tidak menerima dokter Langit sebagai bagian dari masa depannya.
Di saat semua sudah tersusun, susunan itu malah di hancurkan oleh hal yang tak pernah dokter Harfa tahu. Apa dokter Langit hanya ingin mempermainkannya. Apa dokter Langit sengaja untuk membalas luka yang dokter Harfa torehkan.
Apa karena dokter Harfa sering menolak perasaan dokter Langit dulu, kini dokter Langit membalasnya.
"Tidak."
Dokter Harfa yakin jika dokter Langit bukan tipikal orang yang seperti itu. Pasti ada alasan kuat kenapa dokter Langit menghilang secara tiba-tiba.
"Alasan apa yang harus aku berikan pada Abi dan ummah. Mereka pasti sedih."
Terdengar frustasi dalam setiap alunan nada yang keluar dari bibir dokter Harfa.
Dokter Harfa benar-benar bingung kali ini. Apa yang harus ia lakukan. Mencari tahu tentang keberadaan dokter Langit itu tak mungkin. Dokter Harfa tak ingin melewati batas atas masalah orang lain yang bahkan tak membagi dengan dirinya.
Dokter Harfa akan menunggu dan mendengar penjelasan dari dokter Langit. Dokter Harfa berharap tidak ada yang terjadi. Apapun Maslaah dokter Langit dokter Harfa akan mencoba memahaminya selagi itu dalam batas wajar.
"Di bawah sinar matahari yang cerah,
Aku berjalan menggenggam harapan.
Kisah kita bersemi, seperti bunga di taman,
Mekar dengan indah, tanpa cela.
Tapi seperti bunga yang layu,
Kisah kita juga bisa pudar.
Sinar matahari yang cerah,
Berubah menjadi hujan yang deras.
Air mata jatuh, hati terluka,
Kisah yang masih abu-abu apa akan menjadi duka?
Kenangan manis berubah menjadi pedih,
Mengingatkan aku akan kisah yang telah pergi."
"Sungguh menyedihkan hidup mu Harfa."
Gumam dokter Harfa setelah menyelesaikan coretan puisinya. Puisi sederhana namun mengandung makna yang dalam. Menggambarkan keputusasaan dokter Harfa terhadap kisah cintanya.
Akan kah akan ada harapan cerah untuk kehidupan dokter Harfa?
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...