NovelToon NovelToon
ZAREENA

ZAREENA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Sandyakala

Setelah ibunya tiada, Zareena hampir dijadikan jaminan untuk melunasi utang-utang judi Sang Ayah.

Dia marah pada Ayahnya, tapi kasih sayang dalam hati Zareena jauh lebih besar, sehingga apapun akan Zareena lakukan untuk menyelamatkan sosok Ayah yang ia sayangi. Namun segala usaha Zareena pada akhirnya sia-sia, Ayahnya meninggal dan dia harus merelakan satu-satunya rumah peninggalan kedua orang tuanya jatuh ke tangan Sang bandar judi.

Saat itu, Zareena sudah putus asa dan hampir menyerah. Tapi takdir berkata lain, di tengah ketidak pastian akan hidupnya, Zareena justru terselamatkan oleh kehadiran Ethan, putra tunggal sekaligus pewaris keluarga Hawkins.

Siapa Ethan dan kenapa dia menolong Zareena? lalu bagaimana kisah keduanya berlanjut?. Yuk, baca kisah lengkapnya dalam novel ini.

Jangan lupa tinggalkan komentar dan like sebagai dukungan kamu, ya. Selamat membaca, terima kasih 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Para Istri yang Merajuk

"Honey, aku bosan sekali hari ini. Kapan kamu ada waktu menemaniku jalan-jalan atau belanja keluar?".

Vallen merajuk pada Alden di telepon. Alden yang sejak pagi sibuk mendampingi Ethan memeriksa beberapa proyek hanya bisa menghela nafas berat.

"Maaf, Honey, pekerjaanku masih banyak. Nanti kalau sudah luang aku pasti menemanimu, ya. Aku janji", bujuk Alden untuk kesekian kalinya.

"Ck, pekerjaan terus yang kamu urus. Aku ini istrimu, Honey. Tapi aku kesepian setiap hari. Kamu pulang larut malam dan aku sudah tidur. Pagi buta saat aku belum bangun pun kamu sudah berangkat bekerja. Kapan kamu ada waktu untukku?", protes Vallen keras.

Alden memijat dahinya yang tidak terasa pusing. Dia bingung harus bagaimana membuat Vallen mengerti?.

Sebetulnya sebelum menikah pun Vallen tahu betul kesibukan Alden, hanya saja setelah mereka menikah, Vallen lebih manja dari sebelumnya.

Vallen sendiri setiap hari disibukkan dengan pekerjaannya sebagai penata rias. Studio rias miliknya selalu ramai pengunjung, tapi pekerjaan itu tidak membuatnya larut dari tanggungjawabnya sebagai seorang istri.

"Honey, kamu sadar tidak kalau kamu itu bukan hanya tidak ada waktu untukku saja, bahkan sudah hampir dua minggu ini kamu sama sekali tidak menyentuhku. Apa kamu sudah bosan denganku atau ada wanita lain yang membuatmu mengacuhkanku?", tuduh Vallen sadis.

Alden terkejut, bagaimana bisa istrinya berpikir seburuk itu?.

"Tidak seperti itu, Honey. Ok, aku minta maaf karena aku masih sibuk dengan pekerjaanku. Hari ini aku usahakan pulang lebih cepat dan nanti malam kita bisa melakukannya juga".

"Ck, keterlaluan sekali. Aku marah!", suara Vallen terdengar semakin merajuk di telepon.

"Honey, jangan begitu. Kalau kamu marah nanti aku sedih. Aku menjadi tidak fokus bekerja. Tolong maafkan aku, ya", Alden memelas.

Terdengar suara Vallen mendengus kesal di balik telepon.

"Ya sudah. Hari ini aku mau berbelanja ke mall, agar kepalaku tidak pusing karena sikapmu. Apapun yang aku inginkan akan aku beli untuk menghapus semua kemarahanku padamu dan satu hal lagi, tolong bantu aku meminta izin pada Ethan untuk bisa mengajak istrinya keluar. Aku pikir Zareena bisa menjadi teman baikku".

Entah ide dari mana hal itu terlintas begitu saja dalam pikiran Vallen.

"Ok ok. Setelah kamu selesai menelepon, aku akan menemui Ethan dan meminta izin padanya dan kamu juga boleh membeli apapun yang kamu mau, Honey. Tapi kamu janji ya, jangan marah lagi", bujuk Alden.

"Tergantung. Kalau kamu berhasil mendapatkan izin darinya, aku akan memaafkanmu", jawab Vallen seraya menutup teleponnya.

Alden menghela nafas berkali-kali.

"Wanita itu memang sulit dimengerti", gumamnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Ethan melirik ke arah Alden yang baru saja masuk ke ruang kerjanya setelah selesai menerima telepon dari Vallen.

Tiga puluh menit yang lalu Ethan dan Alden baru kembali ke kantor. Sejak pagi mereka mengunjungi beberapa proyek di kota yang tengah digarap perusahaan Hawkins.

"Apa hubunganmu dengan Vallen sedang tidak baik-baik saja?", tanya Ethan yang tak sengaja mendengar suara Alden meminta maaf beberapa kali di telepon.

Alden cemberut. Dia bersandar di sofa dan merebahkan kepalanya.

"Dia sedang merajuk padaku, Than karena belakangan ini menurutnya aku terlalu sibuk bekerja. Dia merasa aku mengabaikannya", keluh Alden.

Ethan tersenyum, "Persis seperti yang aku alami. Beberapa waktu yang lalu Zareena pun merasa seperti itu".

"Benarkah?".

Ethan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Ya, beberapa minggu ke belakang Ethan susah payah membujuk Zareena agar mau memaafkannya.

Saat itu, Zareena bahkan mengusir Ethan dari kamar mereka. Zareena tidak membiarkan Ethan untuk menyentuh ataupun menemuinya karena dia sangat kesal pada Ethan.

Suaminya yang biasanya rajin memberi kabar, justru semakin jarang mengabari dan sangat sulit dihubungi. Dia pulang larut malam disaat Zareena sudah tertidur lelap.

Ethan tertawa kecil mengingat momen itu. Demi bisa meluluhkan kembali hati Zareena, Ethan berusaha menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat agar bisa pulang lebih awal dari kantor. Tak lupa, setiap hari dia juga membeli buket mawar putih sebagai hadiah untuk istrinya.

"Kau tahu, Ethan, sadisnya Vallen bahkan menuduhku menyukai wanita lain", keluh Alden lagi. Kepalanya berdenyut saat mengingat ucapan Sang istri tadi di telepon.

"Apa separah itu dia merajuk padamu, Al?. Hmm ... para wanita itu prasangkanya memang berlebihan, Al", ucap Ethan santai.

"Coba kau berikan perhatian kecil padanya. Dia pasti akan luluh", lanjut Ethan lagi.

"Ck, perhatian kecil macam apa, Than?. Jangankan perhatian kecil untuk Vallen, diriku saja kesulitan memperhatikan diri sendiri karena semua pekerjaan ini menguras waktu, pikiran, dan tenagaku".

"Jadi, maksudmu, kamu sudah bosan bekerja di sini?", canda Ethan.

"Ah, bukan, bukan begitu maksudku, Ethan. Hhh ... aku pusing sekali kalau Vallen sudah merajuk begini", Alden mengacak rambutnya.

Lagi, Ethan tertawa.

"Jangan dipikirkan terlalu serius, Al. Mulai hari ini aku mengizinkanmu untuk pulang tepat waktu. Jika masih ada pekerjaan yang belum selesai, bisa ditunda esok hari selama itu bukan pekerjaan yang urgent, ok?", sahut Ethan yang memahami kondisi asisten pribadinya itu.

"Ah, benarkah?. Terima kasih banyak, Than. Kamu memang bos yang pengertian", Alden sumringah dengan lampu hijau dari Ethan.

Ethan tersenyum dan memberikan anggukkan kecil pada Alden.

"Oh ya, Than. Apakah hari ini Vallen boleh mengajak istrimu pergi keluar atau berbelanja bersama?. Tadi dia memintaku untuk bisa mendapatkan izin darimu agar bisa membawa Zareena pergi. Kalau aku berhasil mendapatkan izinmu, dia akan memaafkanku", ungkap Alden jujur dan penuh harap.

Ethan tampak berpikir. Sudah hampir satu bulan terakhir ini dia melarang istrinya untuk keluar rumah selain dengannya karena khawatir dengan ancaman Nadine.

"Boleh saja. Tapi aku akan menugaskan beberapa penjaga untuk menemani mereka selama mereka berbelanja. Bagaimana?", Ethan meminta pendapat Alden.

Alden yang tahu kondisi Zareena langsung mengangguk setuju. Jika ada penjaga, bukan hanya Zareena yang terjamin keamanannya, tapi juga Vallen akan ikut aman. Begitu pikir Alden. Jadi, dia tidak perlu khawatir.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Ethan, Alden segera menghubungi istrinya dan menjelaskan ketentuan yang sudah Ethan buat. Vallen menyetujui semuanya.

Jam dua siang mobil Vallen memasuki area kediaman keluarga Hawkins.

Beberapa penjaga yang sudah Ethan tugaskan untuk menjaga Zareena dan Vallen tampak bersiap di depan rumah.

Zareena juga sudah mengetahui jika siang ini Vallen akan mengajaknya berbelanja bersama.

"Terima kasih kamu sudah mengajakku keluar. Senang rasanya aku bisa melihat dunia luar lagi", ucap Zareena sumringah.

Vallen tersenyum, "Seburuk itulah sepupuku memenjarakanmu di dalam sana?".

Zareena tertawa mendengar pertanyaan Vallen.

"Tidak juga. Hanya saja aku tidak bisa leluasa berpergian seperti sebelumnya. Entah kenapa Ethan berbuat seperti itu".

Vallen yang sudah mengetahui alasan Ethan membatasi ruang gerak istrinya hanya bisa diam dan tersenyum.

"Selama black card miliknya ada padamu, meski kamu jarang keluar, dunia akan baik-baik saja, Zareena. Hari ini ayo kita habiskan uang para suami", teriak Vallen penuh semangat sebelum dia menghidupkan mesin mobilnya.

Zareena tertawa dan ikut bersemangat juga. Menurut Zareena, Vallen ternyata sosok yang menyenangkan. Selain ramah dan cepat akrab, Vallen juga tipe wanita yang penuh semangat.

Mobil para penjaga mengawal mobil Vallen dari belakang. Setibanya di mall, Vallen dan Zareena segera menuju tempat-tempat yang disukai banyak wanita. Toko tas, baju, perlengkapan rumah tangga, toko perhiasan, dan banyak lagi.

"Za, jangan banyak berpikir. Ambil dan beli apapun yang kamu mau, ayo", lagi, Vallen mengompori Zareena yang sempat ragu saat memilih barang di depannya.

Mereka masing-masing sudah membawa lima pepper bag berisi banyak barang branded dengan harga selangit. Wajar saja jika Zareena ragu untuk menambah belanjaannya dan menggesekkan black card yang ia dapat dari suaminya.

Berbeda dengan Zareena, Vallen justru sangat menikmati momen belanja itu. Dia benar-benar memenuhi perkataannya pada Alden untuk membeli apapun yang dia mau.

"Ya Tuhan aku menghabiskan banyak uang suamiku. Tolong setelah ini isi kembali tabungannya", batin Vallen mendoakan Alden disela-sela kegilaannya berbelanja.

1
Dwi anggun
sangat oke sekali😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!