Sebuah cerita yang berfokus kepada seorang remaja bernama Celvin Lloyd Relgi. Dia berangan-angan untuk menjadi seorang pahlawan kelas-S terkuat yang pernah ia dambakan. Bersama teman-temannya mereka pergi berpetualang dengan keseruan, candaan, suka dan duka akan mereka alami pada perjalanan mereka. Musuh-musuh yang menjadi lebih kuat seiring berjalannya waktu membuat Celvin ingin menjadi semakin kuat demi melindungi orang-orang yang ia pedulikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Si Bogeng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16: Sebuah Misi yang Berat
A-apa?! Bagaimana…bagaimana dia bisa mengetahui namaku?!
Terlihat seorang pria tua pendek, yang sedang duduk menyilang di hadapanku. Dengan tato disekujur tubuhnya dan berbagai aksesoris mistis yang ia gunakan di tubuhnya.
“Mungkin ini sedikit membingungkan, dan terlihat dari raut wajah kalian—kalian juga nampak terkejut dengan hal seperti ini”
Alice dan Kai, yang mendengar fakta bahwa aku adalah seorang “Wielder” terkejut dan shock dengan apa yang mereka dengar.
“T-tunggu. Celvin, k-kamu… ‘The Wielder’?!!”
Ucap Kai, dengan ekspresi yang panik dan gelisah.
“I-iya. Aku memanglah seorang ‘Wielder’”
Jawabku pada Kai. Seakan tak percaya, Kai melirik Aldat sebentar dan kembali melihatku lagi. Dan secara tiba-tiba, Kai menundukkan kepalanya sambul bersujud di hadapanku sambil meminta maaf.
“Maaf…maaf karena aku telah tidak sopan kepada anda, wahai Wielder yang terhormat”
A-apa? Apa maksudnya ini?
Aku melihat Kai, dengan kebingungan dan kemudian menyuruhnya untuk berdiri.
“Sudahlah… ayo, angkat kepalamu. Tidak perlu melakukan yang nggak-nggak”
Kataku sambil mengulurkan tanganku pada Kai. Kai yang masih bersujud, kemudian mengangkat kepalanya dan menganggukan kepalanya lalu berdiri.
“Y-ya terima kasih, yang mulia”
“Sudahlah. Panggil saja aku Celvin”
“Baik, yang mulia Celvin”
Hadeh… kayaknya ini bakal sulit deh.
*************** Sementara itu, di lain sisi…
Terlihat ibuku masih dengan cemas hanya mondar-mandir di ruang tamu sambil menggigit ujung jempolnya.
“...”
Ayah, lalu masuk dan dengan wajah yang serius, berbicara dengan ibu
“Baiklah… sepertinya ini memang hal yang seri-”
“TENTU SAJA INI HAL YANG SERIUS!!! KAMU GAK LIHAT?!! INI UDAH JAM 2 MALAM. DAN CELVIN, MASIH JUGA BELUM DITEMUKAN”
Teriak ibuku, sambil membentak ayah. Lalu dengan terkejut, ayahku menundukkan kepalanya dan berkata dengan nada yang pelan dan terdengar putus asa.
“Ya…ya aku tau, m-maafkan aku”
Ya… ayahku yang tampak selalu santai dan tenang dalam menyelesaikan masalah, kini terlihat gelisah dan putus harapan. Tak lama ibuku kembali berkata pada ayah.
“B-bagaimana dengan polisi? Apa kau sudah menghubungi mereka?”
Ucap ibuku sambil mencoba menahan tangisnya.
“Ya. Sayangnya… mereka tidak menemukan apa-apa sejauh ini. Terlebih, para pahlawan juga tampak tidak menemukan apa-apa”
Dengan shock, ibuku kemudian menggenggam sebelah tangannya dengan keras. Dan sambil mengangkatnya seakan mau memukul ayah, dan tentu—ayahku hanya bisa diam dan bersiap untuk menerima pukulan dari ibuku.
Ibu dengan seluruh kekuatannya untuk menahan tangisannya, akhirnya goyah dan menurunkan kembali tangannya—lalu dengan cepat melaju ke arah ayah untuk memeluknya sambil menangis histeris.
“Apa…apa kita akan m-memiliki kesempatan u-untuk melihat C-Celvin lagi?!!”
Ucap ibuku yang berbicara pada ayah, sambil menangis. Lalu ayah, yang kehilangan senyumannya—berkata dengan serius.
“Ya. Akan kupastikan itu”
Ibu, yang tak kuat lagi—akhirnya berteriak pada tangisnya. Dan akhirnya terjatuh dengan perasaan yang putus asa.
Ayah, dengan wajah yang serius kembali ke kamar dan membuka pintu kamar, dengan keadaan yang sunyi—dan suasana yang sangat memanas. Terlihat rak buku yang berada di samping ayahku, dan dengan perlahan—ayah mengambil dua buku yang berada di tengah.
Dan terlihat sebuah dinding dengan simbol yang aneh. Ayah, kemudian memasukkan dua jarinya, jari tengah dan telunjuk secara bersamaan pada simbol itu. Dan secara tiba-tiba.
Gruuuuukk!
Sebuah suara seperti batu yang bergeser, terdengar menggema di dalam kamar. Dan ayah kemudian berbalik, dan terlihat lemari baju dari kayu yang sangat besar. Ayah kemudian mendekati lemari itu, dan membukanya—terlihat banyak baju-baju yang tergantung di lemari itu. Tapi tentu, bukan itu yang dicari oleh ayahku.
Terlihat, sebuah tangga yang mengarah ke ruang rahasia di bawah tanah yang terletak di balik pakaian-pakaian yang ada di dalam lemari. Ayah, kemudian memasuki ruang itu dan menuruni tangganya—dan pintu itu, kembali tertutup dengan rapat.
“Setelah sekian lama ini. Aku sebenarnya tidak mau menggunakan ini, tapi… aku terpaksa”
Setelah sampai di ruangan bawah tanahnya, ayahku lalu menjentikkan jarinya. Dan secara tiba-tiba, lampu ruangan itu hidup dan terdengar suara robot perempuan dari ruangan itu.
“Selamat datang, tuan Zwane”
“Jangan panggil aku dengan nama itu lagi, aku sudah membuang nama itu. Namaku sekarang adalah Relgi, Crane Relgi”
Ucap ayah dengan nada yang sangat serius.
“Baik, Tuan Relgi. Maafkan hamba,”
“Kollei, siapkan baju zirahku.
‘Annihilator Type 3’”
“Baik, perintah diterima”
Sebuah benda semacam kapsul dengan kaca pelindung, kemudian muncul dari bawah dan menunjukkan sebuah baju zirah berwarna hijau dengan motif garis berwarna kuning.
“Sudah lama hal ini kusembunyikan dari keluargaku, semenjak aku menikahi Melissa—aku bersumpah untuk tidak memakai zirah ini dan kembali ke pribadiku yang dulu. Tapi sepertinya aku harus mengingkari sumpah ku itu, maafkan aku…Melissa”
*************** Kembali pada sisiku…
“Jadi begitu ya? Kalian berdua jatuh kebawah dan mencoba mencari jalan keluar dari sini?”
Ucap Aldat, pada ku dan Finn.
“Y-ya. Kurang lebih begitu, kami sedang mencari jalan keluar dari sini”
Aldat, kemudian menundukkan kepalanya dan berbicara pada kami.
“Aku sebenarnya sudah menantikan kedatangan kali berdua. Terutama kau, Celvin sang Wielder. Ternyata… ramalan itu memang benar”
Aku yang kebingungan, akhirnya mencoba bertanya tentang apa yang dimaksud oleh Aldat.
“Ramalan? A-apa maksudmu?”
Alice, kemudian menyela dan berkata.
“Itu adalah sebuah tradisi, terutama untuk seorang ‘Shaman’ seperti Aldat. Hampir setiap Wielder, memang ditakdirkan untuk bertemu dan mencari penerangan pada para ‘Shaman’ di tempat bawah tanah ini”
Ternyata begitu? Berarti ini memang takdir, atau salahku ya?
“20 tahun yang lalu, lebih tepatnya pada tahun 2241 A.A . Pada saat insiden blokade jalur Golgaria, jalan satu-satunya yang menghubungkan antara ras Galdia dan dunia atas. Tertutup secara total, dan sampai sekarang… kami masih tidak tahu apa yang menyebabkan hal itu”
“Dan pada saat Aldat, mengira bahwa tidak ada lagi harapan jika seorang Wielder, akan datang. Dan disinilah kau berada sekarang, disaat sudah tidak ada lagi harapan—kalian akhirnya datang”
Ucap Kai, yang menjelaskan pada kami.
Ternyata begitu, aku merasa kasihan dengan para ras Galdia di sini.
Finn, kemudian bertanya pada Aldat.
“Tapi… hal penting apa yang membuat tempat ini, menjadi tujuan para ‘The Wielder’?”
“Setiap Wielder, memiliki jalannya masing-masing. Dan setiap jalan itu memiliki tujuan dan alasan yang nantinya diperlukan para Wielder tersebut untuk menjadi lebih kuat”
Jawab Aldat, pada Finn.
Kupikir, ini adalah salah satu jalanku sebagai salah satu Wielder.
Kai, kemudian berdiri—dan mengajak kami untuk keluar.
“Kemarilah, ada hal yang inginku tunjukkan pada kalian.”
Kami akhirnya pergi keluar dan berjalan menuju suatu tempat. Suasana kota Golgaria, sangatlah sejuk—walaupun dengan kekurangannya cahaya, tapi suasana ini ingin membuatku tinggal disini.
Setelah berjalan tak jauh, kami akhirnya sampai di pusat dari kota Golgaria. Terlihat bangunan yang sangat besar di hadapan kami, dan kami akhirnya memutuskan untuk masuk.
Kami kemudian menaiki tangga ke atas dan terlihat sebuah bola cahaya yang sangat terang di tengah-tengah reactor itu. Sambil menunjuk bagian reactor itu, Kai berkata pada kami.
“Kalian lihat itu? Itu adalah ‘Core Reactor’ itulah juga hal yang membuat tempat ini hidup dan terasa terang. Tapi… sejak insiden blokade itu, Core itu menghilang dan seluruh kota berubah menjadi gelap gulita”
“Core yang kalian lihat itu, adalah replika alias rekayasa dari yang asli. Yang kota ini tidak terlalu terang dan kekurangan sumber energi”
Tak ku sangka, ternyata begini kehidupan di bawah tanah. Aku juga nggak bisa berkata-kata.
“Kalau begitu, biarkan kami membantu kalian’
Ucap Finn, pada Kai.
“Tidak-tidak, kalian nggak perlu sampai berbuat begitu. Lagipula kalian juga seorang pendatang, dan kami hanya perlu memastikan kalian selamat sampai permukaan”
Aldat, kemudian menepuk pundak Kai, dari belakang dan berkata.
“Sudahlah, tidak ada gunanya menentang rekan dari ‘Wielder’.”
“T-tapi… baiklah pak Aldat, maafkan saya atas ketidak sopananku”
Ucap Kai, sambil menundukkan kepalanya pada kami. Aldat, kemudian memanggil kami—sambil membawa sebuah buku yang sangat tebal dan tampak usang. Kami merasa sangat penasaran dengan buku itu, dan kemudian Aldat, menjelaskan.
“Ini. Adalah ‘Codex of Gaia’, dan buku ini disimpan turun-temurun oleh para leluhurku. Buku ini mengandung informasi-informasi penting, terutama berbagai hal yang berada di dunia bawah tanah ini”
Sebuah buku yang menyimpan berbagai hal di dunia bawah tanah ini?... Dan tebalnya juga gak main-main. Kayak jurnal tapi… Codex?
Sambil memperlihatkan berbagai halaman, Aldat terus mencari informasi-informasi penting. Terlihat juga tulisan-tulisan yang kami nggak paham sama sekali, tulisan yang sangat abstrak dan gak jelas sama sekali.
“Ini dia! ‘7 Ancient Primordial’”
Ucap Aldat, sambil menunjuk pada suatu halaman. Aku yang nggak paham sama sekali dengan isi dari buku itu, hanya bisa menggaruk kepala sambil kebingungan.
“Uhh… tulisan macam apa itu??”
“Ini adalah tulisan yang dipakai oleh para ras Galdia di masa lampau, yaitu bahasa ‘Arcanian-Galdia’. Aku adalah satu-satunya penguasa bahasa ini yang masih hidup.”
Bahasa Arcanian ya? Wajar saja aku gak paham sama sekali.
Sambil menunjuk halaman itu, Aldat kemudian berkata.
“Ini adalah hal-hal yang perlu kalian bawa. ‘Fire Primordial’,’Water Primordial’,’Gale Primordial’,’Nature Primordial’,’Stone Primordial',’Thunder Primordial’ dan ‘Frost Primordial’”
“Terdengar cukup sulit, apa yang harus kami lakukan?”
Jawabku sambil mengelus dagu. Aldat kemudian mengeluarkan gulungan kertas, dan membukanya sambil menjelaskan.
“Kalian perlu mengumpulkan ketujuh dari kristal itu, dan membawanya ke sebuah gerbang yang bernama ‘The Great End’”
Finn, lalu menyela sambil bertanya.
“Tunggu. Bagaimana kau bisa yakin kalau kami perlu mengumpulkan ketujuh kristal itu dan membawanya ke ‘The Great End’??”
Aku lalu memukul kepala Finn, dengan pelan dan berkata.
“Dia kan seorang ‘Shaman’!”
“Ya. Aku merasakan hal aneh, dan firasatku mengatakan bahwa satu-satunya kuncinya ada di ‘The Great End’”
Aldat, lalu membuka gulungan kertas itu, dan terlihat—gulungan itu ternyata adalah sebuah peta.
“Ini adalah peta yang nanti akan menunjuk kalian pada ketujuh kristal itu. Ikuti saja petanya dan kalian akan menemukan lokasi-lokasi dari ketujuh kristal itu”
Begitu ya… baiklah, mulai besok kami akan menjelajah untuk mencari ketujuh kristal itu.
Aku kemudian mengambil peta itu dan berterima kasih pada Aldat, lalu pergi keluar bersama Finn, Kai, dan Alice. Di tengah perjalanan Alice menawarkan kami untuk menginap di rumahnya.
“Hey Celvin, Finn, apakah kalian mau beristirahat di rumahku? Kalian tampaknya sedikit lelah”
“Gak usah, kami perlu persiapan untuk nanti. Jadi kami akan bersiap-siap dan pergi mencari ketujuh kristal itu”
Jawabku pada Alice. Kai kemudian menyela dan berkata.
“Gapapa, biar aku saja yang menyiapkan hal-hal untuk pergi nanti”
Aku lalu menjawab Kai.
“Kamu yakin, Kai? “
“Ya! Serahkan saja hal ini padaku. Selain itu juga, aku mau namaku tertulis di sejarah sebagai salah satu rekan dari ‘The Wielder’”
“Aduh kamu ini. Yaudah deh, aku serahkan hal ini padamu”
Aku dan Finn, kemudian kembali ke rumah Alice, untuk beristirahat dan tidur mempersiapkan tenaga kami nanti.