Menjadi seorang indigo, bukanlah hal yang di inginkan oleh gadis cantik bernama Lilis Yuliani karena setiap hari ia harus bersinggungan dengan hal yang gaib dan ia tidak bisa menolaknya.
Sosok-sosok itu selalu mengikuti untuk meminta pertolongan ataupun hanya sekedar mengganggu pada Lilis sampai suatu hari ketika ia sedang berjualan bakso bertemu dengan arwah pria tampan namun menyebalkan.
Siapakah arwah itu?????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolong Mayang Part 2
"Hikhilhik.. Lapar.. Papa, Askara lapar" isak seorang anak lelaki yang sedang terkurung di kamar mandi.
Sudah dua hari Azkara sengaja dikurung oleh Pandu ayahnya dan Gendis sang ibu tiri lantaran Azkara tak sengaja memecahkan piring.
Pandu seolah lupa diri akan keberadaan Azkara, sang putra. Hatinya sedang diliputi oleh cinta yang berlimpah ruah kepada Gendis bahkan menganggap Gendis seakan dunianya padahal Gendis adalah orang yang sangat berpengaruh besar mempengaruhi sikap Pandu kepada Mayang istrinya terdahulu dan Putra semata wayangnya.
Dahulu ketika sebelum kedatangan Gendis di kehidupan Pandu, Pandu adalah pria yang sangat mencintai Mayang bisa dibilang Pandu adalah seorang family Man, good Papa sekaligus leader di dalam rumah tangga tetapi Sematan baik itu seketika luntur ketika wanita ular semacam Gendis Ayu datang ke kehidupan Pandu, pelan-pelan Pandu menjadi acuh, kejam bahkan tidak peduli kepada keluarga.
Azkara di dalam sana meraung-raung, perutnya terasa lapar dan tenggorokannya kering bahkan bocah itu dari kemarin hanya meminum air yang ada di bak mandi saja. Dari kejauhan Mayang menangis tak tega melihat penderitaan sang putra namun ia tidak bisa berbuat apapun lantaran Gendis sudah memagari rumah itu dengan pagar gaib sehingga Mayang tidak bisa masuk ke rumah itu.
Yang paling parahnya adalah, Azkara juga tidak mereka sekolahkan karena berpikir bahwa biaya sekolah itu mahal.
"Dari pada untuk menyekolahkan anak sialan itu lebih baik uangnya aku pakai untuk bersenang-senang" ucap gendis waktu itu.
Melihat putra semata wayangnya tidak sekolah, tidak membuat hati Pandu tergerak untuk menanyakannya kepada sang istri mudanya. Pria yang sudah buta mata hatinya seolah tidak peduli lagi dengan sang putra mau hidup atau mati pun.
Sementara di dalam kamar Pandu dan Gendis sedang melakukan hubungan suami istri dengan begitu menggelora nya
"Eummmzzzz Mas, terus Mas, terus sayang... Hssssssssssss Mas" racau Gendis di bawah kungkungan Pandu.
"Sayang kenapa, kenapa milikmu...Ahhhhhhhhhh. Selalu nikmat" erang Pandu.
Hingga keduanya sama-sama mengejang dan menumpahkan sesuatu yang nikmat di dalam sana.
..
Mayang terus menuntun mobil yang Bara kemudikan menuju ke rumahnya. Lalu Mayang pun berhenti di depan sebuah rumah megah bercat putih berlantai 3, bahkan pagar rumahnya sangat tinggi menjulang.
Lilis langsung keluar dari mobil itu menemui sosok Mayang, terlihat sosok Mayang menatap rumah itu dengan pilu namun entah kenapa Lilis melihat rumah itu di selimuti oleh cahaya merah yang beraura sangat tajam.
"Ada apa Mbak?" tanya Lilis.
Mayang menggeleng.
"Apakah ini benar rumah Mbak?" tanya Lilis.
"Ini rumah saya! Rumah inilah yang menjadi tempat ternyaman saya 2 tahun ke belakang sebelum durjana itu merenggut kebahagiaan saya dan Azkara, putra saya" jawab Mayang.
Lilis mengangguk, ia kemudian kembali lagi masuk kedalam mobil memberitahukan kepada Bara dan Adrian.
"Gimana?" tanya Bara.
"Benar ini rumahnya" jawab Lilis.
Tiba-tiba sosok Mayang sudah duduk di kursi belakang di sebelah Adrian.
"Astagfirullah Mbak, saya kaget" ucap Lilis.
"Ya ampun" Bara tak kalah terkejutnya sementara Adrian merasakan bulu-bulu di tangannya berdiri semua.
"Rumah itu di jaga pagar gaib! Wanita sundal itu sudah bersekutu dengan dukun supaya saya tidak bisa masuk kedalamnya. Kalian harus bisa bebaskan Azkara dan menyeret mereka berdua ke penjara! Saya mohon jika bukan kepada kalian, lalu siapa lagi yang akan membantu saya? Hikhikhik" papar Mayang sembari menangis.
"Doa kan saja supaya kami bisa membantu Mbak!" ucap Bara.
"Di dalam rumah itu sebelum saya meninggal saya simpan CCTV karena saya sudah curiga kenapa sikap Mas Pandu berubah. CCTV itu saya simpan di balik lukisan yang ada di ruang tamu, lukisan kuda dan kalian bisa mengambil ponsel saya yang Mas Pandu sembunyikan entah dimana" papar Mayang kembali.
"Tapi sebelum ini kita harus menyusun rencana agar bisa leluasa masuk kedalam rumah itu" ucap Bara kembali.
Adrian melihat ada dua motor yang berhenti di depan rumah Pandu.
"Lis, mungkin itu akan menjadi jalan untuk kita" ucap Adrian sembari menunjuk kedua orang di luar.
"Ayo kita turun!" balas Lilis.
Di lihatnya dua orang yang memakai seragam home servis dari sebuah aplikasi khusus beres-beres rumah.
Terlihat pula kedua pria yang siap masuk dalam rumah milik Pandu.
"Maaf Mas, apa Mas mau masuk rumah itu?" tanya Lilis.
"Benar Mbak, kami dari Home Service dipanggil khusus oleh pemilik rumah untuk membetulkan kran air dan atap yang jebol tak tahu kenapa pemilik rumah memanggil kami malam-malam" jawab salah satu pria itu.
Memang Gendis memanggil kedua Home Service itu malam-malam ketika ia ingin mandi selepas bercinta tiba-tiba kran air itu mati dan ia melihat atap dapur yang jebol juga jadi sekalian saja Gendis memanggil kedua orang Home Service itu.
"Begini saja Mas, kalau Mas mau kita tukar posisi saja. Mas tunggu kami di sini, kami akan menggantikan tugas Mas" ucap Adrian.
"Oh maaf Mas kalau itu tidak bisa karena menyalahi aturan aplikasi" tolak pria yang satunya lagi.
"Kami ada misi Mas, tapi kalau ini apa Mas akan menolak?" tanya Adrian sembari memperlihatkan uang di dalam dompetnya yang tebal.
Kedua pria itu saling senggol karena ia begitu minat melihat uang Adrian yang banyak.
"Kami akan membayar Mas 5 kali lipat dari apa yang Mas nanti peroleh dari orang yang punya rumah ini, bagaimana apakah Mas terima tawaran kami?" giliran Bara yang bertanya.
"Ya Mas boleh! Kami akan menunggu di sini" akhirnya kedua pria itu pun tergiur oleh tawaran Adrian dan Bara.
"Memang duit bisa merubah apapun" ucap Lilis dalam hatinya kala melihat kedua pria kaya yang setia mendampinginya memberikan upah yang menjanjikan kepada dua petugas Home Service di hadapannya.
Kemudian Bara dan Adrian pun bertukar pakaian dengan dua Home Service itu lalu membawa alat-alat servis kedalam rumah besar di hadapannya.
"Mas berdua tunggu ya" ucap Lilis kepada kedua pria petugas Home Service itu.
"Siap Mbak, lagi pulang baju seragam dan alat-alat servis kami kan dibawa sama teman Mbak" balas salah satunya.
Bara dan Adrian pun masuk dan mengetuk pintu, tak lama Gendis membukanya. Wanita itu hanya memakai bathrobe karena ia belum mandi.
"Selamat malam Mbak, kami petugas home servis, ada yang bisa kami bantu?" tanya Bara dengan ramah.
Bukannya menjawab, Gendis malah memandangi kedua pria tampan yang memakai seragam home service itu dari atas ke bawah.
"Tampan sekali mereka berdua ini. Aku tidak menyangka ternyata ada home service setampan mereka" ucap gendis dalam hatinya.
"Oh iya Mas, keran di rumah saya mati tolong benerin sekaligus tolong benerin atap dapur yang jebol ya" ucap Gendis dengan nada yang mendayu-dayu seolah menggoda kedua pria tampan di hadapannya.
Keduanya mengangguk lalu mengikuti Gendis kedalam rumah.
"Mbak Maaf apakah saya harus masuk ke kamar Mbak?" tanya Adrian.
"Tak apa-apa Mas masuk saja" balasnya.
Adrian lalu masuk ke dalam kamar Gendis. Disana juga terdapat Pandu yang sedang tertidur saking lelahnya sehabis bertukar peluh dan memuntahkan lahar panasnya.
"Mbak saya tidak enak dengan suami anda" ucap Adrian.
"Hmmmzz tak apa-apa, tenang saja " balas Gendis.
Adrian pun masuk ke dalam kamar Gendis dan masuk ke dalam kamar mandinya.
Sementara Bara mencari kamar mandi tempat di mana Azkara dikurung.
Di sana di lantai bawah hanya ada satu kamar mandi dan Bara sudah bisa memastikan jika Azkara dikurung di tempat itu.
Bara lalu memutar kunci kamar mandi dan benar saja ada anak kecil yang meringkuk di dalam.
"Dek ayo ikut Om" ucap Bara.
"Om siapa?" tanya Azkara dengan parau.
"Om yang akan menyelamatkanmu" balas Bara lalu mengangkat tubuh kecil Azkara dan membawanya keluar dari tempat pengap itu.
Bara segera berlari keluar dari rumah Pandu sembari membawa Azkara.
"Lis, cepat" Bara memanggil Lilis.
Lilis segera berlari menghampiri Bara.
"Alhamdulillah, Ya Allah akhirnya dapat juga di bawa" ucap Lilis.
"Bawa ke mobil, dan suruh kedua orang itu membeli makanan untuk dia, kasihan badannya lemas" perintah Bara.
Lilis mengangguk, ia segera mengambil bocah 4 tahun itu dari gendongan Bara.
"Mas, tolong belikan bubur atau apalah untuk anak ini, nanti uangnya saya ganti" pinta Lilis pada salah satu petugas home servis itu.
Kini kedua pria itu sudah sedikit mengerti dengan keadaan yang sedang terjadi.
Bara kembali lagi ke rumah namun Adrian belum juga keluar dari kamar Gendis.
"Wah curiga di pake dulu tuh perempuan sama dia" kekeh Bara.
Sementara di dalam kamar mandi, Gendis seolah menahan Adrian untuk keluar dari tempat itu walau keran sudah Adrian betulkan.
"Mas, udah lama jadi home servis?" tanya Gendis dengan genitnya bahkan ia berani memegang pundak Adrian.
"Sumpah aku takut sama wanita ini, bikin merinding sebadan-badan" ucap Adrian dalam hatinya.
"Mbak maaf, teman saya masih menunggu apa yang harus di kerjakan" ucap Adrian berusaha menghindar.
"Ya ampun saya jadi lupa! Mas, lain kali saya panggil lagi kalau suami saya lagi kerja ya? Kita bisa sedikit senang-senang, saya suka lihat wajah dan tubuh Mas, dan saya yakin Mas tidak akan menolak apa yang saya miliki" ucap Gendis dengan sensual bahkan ia tidak malu menggesekkan kedua gunung kembarnya ke tangan Adrian.
Dokter tampan itu segera berlari keluar dari kamar Gendis, ia begitu takut dengan wanita binal di hadapannya.
semangat k