ADILA ARSYAF
Setelah semua yang ku korbankan ternyata hanya sakit yang aku dapatkan. Semuanya meninggalkan aku ketika aku tidak punya apa apa lagi. Hingga akhirnya aku hanya bisa menunggu malaikat mau menjemput ku.
Tapi ternyata tuhan masih memberikan aku satu kesempatan lagi.
pengen tau bagaimana perjalanan Adila menjadi wanita kuat, cuss baca👉👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria ardila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
Haris berjalan mendekati Adila dan dengan gerakan kaku dia memeluk Adila. Dapat Adila rasakan usapan lembut di punggungnya.
Tubuh mereka menempel dengan sempurna. Adila meletakkan kepalanya di dada Haris dan terus menangis hingga akhirnya setelah sepuluh menit Adila berhenti dengan sendirinya.
Adila melepaskan pelukan Haris dan dengan suasana yang ambigu Adila meminta maaf pada Haris karena sudah lancang.
"Bukan kamu yang harus minta maaf, tapi aku. Aku yang bersalah karena mengatakan kata kata yang membuat kamu **sakit**. Maafkan aku Adila tapi ini semua demi dirimu, kamu tidak harus selalu menjadi wanita lemah yang bergantung dengan pria itu." Untuk pertama kalinya Adila mendengar Haris berkata begitu panjang dengan raut wajah yang tidak bisa di jelaskan.
"Biarkan aku..." Haris menggantung ucapannya yang membuat Adila mendongak menunggu kata selanjutnya yang akan diucapkan Haris.
"Biarkan aku yang menjadi perisai yang akan melindungi kamu." Haris menatap dengan serius pada Adila.
Mata Adila menatap jejak keseriusan itu, Haris melakukannya dengan tulus. Apakah salah jika Adila memanfaatkan dia?
"Bapak tau kalau itu berarti bapak akan saya manfaatkan?" tanya Adila dengan hati hati.
Haris tidak menjawab secara langsung tapi ia menatap ke dalam mata Adila hingga pada akhirnya dia mengangguk.
Adila mengalihkan pandangannya ke lantai sedangkan Haris masih terus memandangi Adila.
"Saya tidak tau harus mengatakan apa tapi terimakasih pak. Setelah saya bisa lepas dari Joan maka saya tidak akan menggangu bapak lagi. Saya tau bahwa putus dari Joan tidak semudah mengatakan saja pasti dia akan merencanakan hal lain untuk saya." Ucap Adila sambil tersenyum tipis tidak menatap Haris.
"Saya akan membantu kamu."
Adila tersenyum ke arah Haris, kembali mata mereka bertemu. Ada letupan tak kasat mata di dada Haris, dia melihat Adila bersinar saat ini. Apakah ini hanya ilusi pikirannya saja?
"Terima kasih bapak, saya akan membicarakan bagaimana selanjutnya di telepon. Sekarang saya harus kembali ke ruangan saya."
"Ya, pergilah." Haris kemudian duduk di kursinya sedangkan Adila pamit undur diri ke ruangan sendiri.
Tapi saat dia keluar dari ruangan Haris, Adila kembali bertemu dengan Sintia yang ternyata sudah berdiri di samping pintu masuk.
Adila yakin bahwa Sintia pasti melihat bagaimana ia menangis dan Haris memeluk Adila tadi. Adila tersenyum pada Sintia lalu beranjak pergi.
Sintia menatap Adila dengan pandangan tak bisa diartikan.
.
.
Tak terasa sudah waktu istirahat, Adila mengemas barang barang dan berjalan keluar, ia ingat bahwa dia akan makan siang bersama dengan Sintia.
Tapi baru selangkah Adila keluar dari ruangannya sudah ada Joan yang mencengkram tangannya dan menyeret dia menuju gudang.
Adila tidak mau, dia berusaha keras untuk melepaskan tangan Joan tapi tenaga laki laki memang begitu kuat. Di lorong itu rata rata pegawai sudah pergi makan siang dan hanya beberapa orang yang masih fokus bekerja.
"Aku tidak mau!!" Adila tetap mencoba untuk melepaskan diri.
"Ikut aku!! atau aibmu aku bongkar disini." Ancam Joan menatap Adila dengan tajam.
Adila kembali terdiam, di titik ini dia lupa dengan aib apa yang ia katakan ada Joan. Hingga akhirnya dia ingat tapi dia sudah berada di depan pintu gudang.
.
.
.
bersambung
jangan lupa like and vote ya
salam hangat dari author
udh d ksh ksmptan lg,msa ga d mnfaatin.....ga ush tkut,lwan aja mreka yg mnindasmu.....smngttt.....
udh mmpir....slm knl y....
aku ko gmes sih sm adila...pdhl udh d ksh ksmptan kedua,tp msh aja mau pduli sm joan....mngkn krna msh pnya hti nurani,mkanya dia jd labil....
crazy uup dong thoor 😢